Motion

Komunitas Pembudidaya Pala Anambas Ingin Produksi Sirup dan Minyak Atsiri

Taspinardi, seorang petani pala yang juga anggota komunitas mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar untuk membeli bibit Pala ini.

ISTIMEWA

Peneliti utama bidang pemuliaan dan genetika tanaman Balitro Bogor DR. Ir Nurliani Bermawie kepada saat kunjungannya ke Desa Tiangau beberapa waktu lalu kepada Tribun mengaku baru mengetahui kalau ada tanaman Pala yang menjadi sumber benih di Provinsi Kepri.

Di Indonesia, terdapat enam varietas yang secara keseluruhan berasal dari daerah timur seperti Kepulauan Maluku dan daerah sekitarnya.Tanaman pala yang ada di Desa Tiangau pun, kini telah menjadi sumber benih lokal se- Provinsi Kepri.

Namun demikian dalam peraturan menteri pertanian sumber benih yang sudah ditetapkan sebagai sumber benih lokal, dapat dijadikan sebagai sumber benih nasional dengan lama waktu maksimal tiga tahun, serta harus dilepas sebagai varietas unggul. Sumber benih pala terbaik saat ini, mengacu pada Pala Banda.

"Kualitas pala Banda dipilih, selain memiliki kadar minyak yang tinggi, terdapat kandungan lain pada bagian tanaman seperti pada biji yang memiliki kualitas dengan kadar minyak yang tinggi pula," ungkapnya.
Indonesia pun, saat ini merupakan eksportir pala terbesar di dunia dengan menguasai pangsa pasar antara 70 sampai 75 persen, dengan pangsa pasar mulai dari Jepang, Saudi Arabia, hingga ke Eropa.

Hanya saja, dari sisi produktivitas, pala di Indonesia masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan negara produsen terkenal yang telah diakui dunia, yakni Granada.

Hal ini dikarenakan banyaknya varietas yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi pada kualitas mutu. Indonesia pun, saat ini belum mengatur regulasi untuk mengeskpor pala untuk bahan mentah, bahan setengah jadi, hingga bahan jadi.

"Kalau di dunia, produsen pala terkenal dari Granada itu hanya satu macam, dan itu pala banda. Dari penelusuran kami tadi, kami melihat hanya satu macam, sehingga Homogen. Itu keuntungan sebenarnya. Adapun mengenai pohon indukan yang dipilih sebanyak 20 pohon. Meskipun, banyak pohon lain yang bagus," bebernya.

Tanaman pala pun, diakuinya dapat menjadi sumber penghasilan masyarakat secara terus menerus. Produksi buah yang tidak mengenal musim, ditambah dengan sejumlah komponen mulai dari kulit, daging, hingga biji yang memiliki nilai ekonomis tinggi, menjadi potensi yang diharapkan dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan masyarakat ke depan. (*)

Pesan Ketel Khusus Penyuling Minyak dari Jawa

USAHA yang dirintis komunitas budidaya Pala di Desa Tiangau Kecamatan Siantan Selatan terus dikembangkan. Tak ingin setengah-setengah, serta mengurangi ketergantungan pada daerah lain, komunitas pembudidaya ini pun sepakat untuk membeli ketel khusus untuk menyuling bagian tanaman Pala menjadi aneka produk seperti minyak atsiri.

Ketel khusus tersebut dipesan langsung dari Jawa dan saat ini sedang dalam proses pengiriman. "Alhamdulillah, sudah pesan ketel khusus untuk proses penyulingan. Bila tidak ada halangan, awal Februari ini ketel tiba di Anambas," ujar Jonggarman, pembudidaya tanaman Pala kepada Tribun.

Ketel yang dipesan ini pun, sanggup untuk mengolah bagian dari tanaman Pala menjadi minyak dengan kapasitas 500 hingga 800 kilogram sekali naik. Dengan pemesanan ketel ini, rencana program jangka menengah untuk membentuk komunitas menjadi industri kecil menengah perlahan mulai terealisasi.

"Insya Allah bila tidak ada halangan, pertengahan Februari sudah bisa dipasang di Tiangau," ungkapnya.
Danramil 02/ Tarempa Kodim 0318/Natuna, pembina sekaligus pemerhati budidaya tanaman Pala Kapten Inf Syamsuwarno mengatakan, meski skala untuk menyuling tanaman Pala terbilang besar dengan menggunakan ketel yang telah dipesan, namun pihaknya tak ingin terburu-buru untuk mengolah tanaman Pala ini untuk disuling menjadi minyak.

Selain ingin mencari kualitas yang terbaik, pihaknya ingin pola serta kebiasaan masyarakat untuk membudidayakan tanaman Pala, termasuk tanaman yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat menjadi prioritas utamanya.

"Kami memprediksi, tanaman Pala yang ada ini baru benar-benar produktif antara lima hingga enam tahun. Untuk sekarang memang sudah bisa, meski belum bisa dilakukan secara masif," ungkapnya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved