Historia
Inilah Cleopatra, Ratu Cantik Penakluk Kaisar Romawi! Siasat Ranjangnya Mengejutkan!
Bermodal raganya yang molek dan kepiawaiannya merayu, dalam waktu singkat Caesar terpikat dan bertekuk lutut
Putus sudah harapan Cleo menancapkan pengaruhnya di Romawi. Dalam keputusasaan ia pulang ke Mesir.
Sakit hati Cleopatra kepada Caesar terbalaskan ketika Romawi diperintah oleh triumvirat generasi berikutnya; yakni Octavian, Lepidus, dan Markus Antonius. Nama yang tersebut terakhir inilah yang kemudian berhasil "dijerat" dalam pelukannya.
Saat itu Mesir sudah berhasil memakmurkan diri, bahkan terkaya di kawasan Laut Tengah bagian timur. Kemakmuran itulah yang menarik minat Markus Antonius datang pada tahun 41 SM.
Misinya mencari dana untuk membiayai peperangan melawan bangsa Parthia, sebuah kerajaan di tenggara Laut Kaspia.
Kedatangan Antonius ke Mesir disambut hangat oleh Cleopatra. Berbagai jamuan pesta makan dan minum dirayakan.
Kedua pihak meneken memorandum of understanding (MoU) bilateral. Cleopatra berjanji memberi dukungan material kepada Antonius dalam peperangannya melawan bangsa Parthia.
Sebaliknya Antonius melindungi kepentingan dan keamanan Cleopatra, terutama dalam menyingkirkan Arsinoe, saudaranya yang terlalu ambisius.
Tentu saja karena MoU tadi tak mengatur hal-hal di luar urusan kenegaraan, maka kalau hubungan pribadi kedua pelakunya berkembang lebih jauh, tidak ada pihak yang berhak melarangnya.
Terbukti, Cleopatra dan Antonius segera terlibat hubungan asmara. Jalinan cinta keduanya berhasil membuahkan tiga orang anak, sepasang kembar, yakni Alexander Helios – Cleopatra Selene serta Ptolemy Philadelphus.
Yang jelas, hadiah terbesar yang diterima Cleopatra adalah penobatan dirinya sebagai Ratu Segala Raja dan Caesarion sebagai Raja Di Raja.
Bahkan dengan pengaruhnya, Cleopatra berhasil mendesak Antonius menitahkan Caesarion sebagai pewaris tunggal takhta Roma, dalam sebuah upacara kenegaraan meriah di Alexandria.
Sesuatu yang melampaui wewenangnya sebagai anggota triumvirat.
Maka pantas bila kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Triumvirat Romawi kembali pecah, karena Octavian (yang kelak menjadi Kaisar Agustus) menuduh Markus Antonius melakukan desersi dan berniat memindahkan ibukota kerajaan ke Alexandria.
Menyusul perpecahan itu, tahun 31 SM terjadilah perang besar antara kubu Octavian melawan kubu Antonius.
Pertempuran yang memuncak di Actium harus usai dengan kekalahan Cleopatra dan Antonius.