Motion
Tak Ingin Tergerus Zaman, Komunitas Ini Kenalkan Budaya Batak pada Generasi Muda
Komunitas tersebut, merasakan bahwa anak-anak yang lahir di perantauan sudah banyak yang lupa dengan budaya orangtua mereka.
KEMAJUAN teknologi seiring kemajuan zaman, membuat anak keturunan para perantau lupa dengan adat dan budaya dari suku orangtuanya. Bahkan, tak sedikit yang tak bisa berbahasa daerah asal orangtua.
Hal ini diperparah dengan makin tipisnya kecintaan pada budaya dan bahasa daerah tergerus budaya barat yang dianggap lebih modern.
Kondisi tersebut membuat banyak kalangan melakukan aksi untuk menyelamatkan budaya daerah agar tak hilang di masa generasi mendatang. Hal itu juga yang dilakukan Komunitas (punguan_red) Ompu Tuan Binur Kota Batam.
Komunitas yang beranggotakan Marga Simalango, Saing, Simarmata dan Nadeak tersebut, merasakan bahwa anak-anak zaman sekarang khususnya yang lahir di perantauan sudah banyak yang lupa dengan budaya orangtua mereka.
"Jadi inilah yang mendorong kita untuk menbentuk komunitas, di mana di dalamnya kita bisa menunjukkan kepada anak-anak kita apa yang menjadi budaya nenek dan orangtua mereka," kata Bangkit Saing, Penasehat komunitas Ompu Tuan Binur.
Baca: Jika Insomnia Dibiarkan Ternyata Bahaya Lho! Simak 5 Cara Mencegahnya
Baca: Mie Lendir Tulang, Rasanya Nikmat dan Nendang. Cek Resepnya di Sini!
Baca: Aktris Cantik Rachel Shenton Menuai Pujian, Sampaikan Pidato Oscar dengan Bahasa Isyarat
Bangkit yang akrab disapa Oppu Exel, menceritakan dirinya tinggal di Batam sudah lebih dari 30 tahun. Dan selama berada di perantauan, dia sering melihat dan memperhatikan anak -anak khususnya orang Batak yang sudah lupa dengan budaya mereka.
"Yang paling utama adalah soal tutur sapa. Orang Batak ini kan ada sebutan, tutur tetapi itulah yang sudah tidak dimengerti anak-anak sekarang," kata Bangkit.
Dia juga mengatakan, banyak anak-anak bahkan orang dewasa yang sudah tidak mengerti budaya nenek moyang dan orangtuanya. "Oleh sebab itu dalam komunitas ini, kita banyak menanamkan budaya terhadap anak sejak dini," kata Bangkit.
Di tempat terpisah, Belsin Nadeak, ketua komunitas Ompu Tuan Binur juga mengatakan komunitas Oppu Tuan Binur dibentuk untuk mengenalkan dan menanamkan budaya nenek dan orangtua mereka pada generasi penerus," kata Belsin.(*)
Tiap Bulan Gelar Pertemuan
UNTUK mempererat tali silaturahmi sesama anggota dan keluarga anggota, Komunitas Punguan Ompu Tuan Binur rutin menggelar pertemuan satu kali dalan sebulan.
Pertemuan digelar secara bergilir di rumah anggota komunitas."Untuk rumahnya sendiri di awal tahun biasanya kita sudah tentukan, cara penentuannya yang pertama bagi siapa yang bersedia," kata Parlindungan Simarmata, sekretaris komunitas Ompu Tuan Binur.
Dia mengatakan, biasanya dalam satu tahun banyak yang tidak kebagian menjadi tuan rumah. "Jadi kalau yang belum kebagian tapi ingin sekali di rumahnya dibuat pertemuan makan untuk tahun selanjutnya akan diberikan kesempatan," kata Parlindungan.
Parlindungan mengatakan, biasanya pertemuan atau kumpul komunitas ini dilaksanakan pada minggu ke empat.
"Namun saat ini karena di kota Batam, anggota sudah banyak sudah lebih dari 700 orang jadi kita bagi empat wilayah. Wilayah satu Batam Centre, wilayah dua Sekupang, wilayah tiga Tanjungpiayu, dan wilayah empat Batuaji," kata Parlindungan.
Dia juga mengatakan, untuk pertemuan per wilayah diatur oleh wilayah masing-masing.
"Jadi untuk mempererat tali silaturahmi semua anggota se-kota Batam kita adakan pertemuan setiap empat bulan sekali," kata Parlindungan Simarmata. (*)
Pupuk Rasa Peduli dan Jiwa Sosial
PEDULI terhadap sesama, baik dalam suka maupun dalam duka, ini yang menjadi motto Komunitas Ompu Tuan Binur Batam.
"Kita tidak tahu satu jam, bahkan satu menit ke depan apa yang akan kita alami. Jadi inilah yang menjadi motivasi kita mendirikan komunitas ini," kata Rumolo Nadeak, ketua wilayah Tanjungpiayu.
Dia mengatakan, hidup di perantauan jauh dari kampung halaman yang pertama yang harus dicari selain uang adalah keluarga sendiri.
"Mungkin tidak semua perantau ada saudara sebapak dan seibunya di tempat rantau yang sama," kata Rumolo.
Oleh sebab itu, saat susah dan senang pasti seseorang membutuhkan saudara.
"Mungkin saat senang banyak teman yang datang mendekat, kalau lagi susah, atau sedang ada musibah siapa yang menjadi teman kita," kata Rumolo.
Rumolo menjelaskan kalau anggota komunitas atau keluarga anggota komunitas Tuan Binur Kota Batam mengalami musibah atau dukacita, maka semua anggota komunitas ikut merasakannya.
"Jadi inilah tujuan komunitas Tuan Binur dibentuk, tanpa melihat siapa, bagaimana keadannya, selama terdaftar sebagai anggota,kita pasti ikut sepenanggungan,"kata Rumolo. (*)
