Sebaiknya Anda Tahu

Terungkap! Beginilah Pendidikan Prajurit Komando TNI: Tidak Kenal Pangkat, Mengejutkan Ritualnya!

Tujuan para pelatih dan siswa pendidikan komando tidak menggunakan pangkat adalah semua siswa diperlakukan sama oleh para pelatih

ist via intisarionline
Ilustrasi pendidikan prajurit komando 

Karena pendidikan komando TNI materinya adalah kemampuan bertempur yang tidak bisa dilakukan oleh pasukan reguler biasa, semuanya serba khusus, maka sistem pendidikannya pun sangat keras dan ‘’mengerikan’’.

Presiden Joko Widodo saat diberikan penjelasan mengenai alutsista Kopassus di Markas Kopassus, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur pada Kamis (10/11/2016).
Presiden Joko Widodo saat diberikan penjelasan mengenai alutsista Kopassus di Markas Kopassus, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur pada Kamis (10/11/2016). (Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado)

Misalnya saja , prajurit siswa pendidikan komando yang sudah ditempa berbulan-bulan di hutan , hanya mengenal satu kata ‘’Komando...!’’ setiap bertemu orang. Baik orang sipil maupun militer.

Dalam kondisi apapun siswa komando harus berlari sambil membawa perlengkapan tempur lengkap dan hanya satu yang dipikirkan.

Yakni lulus dari pendidikan komando yang sangat keras serta brutal itu.

Bisa dikatakan brutal karena seorang siswa yang sebenarnya mengalami cedera dan berlari sambil terpincang-pincang tetap diijinkan mengikuti pendidikan selama dirinya masih merasa mampu.

Paskhas TNI AU
Paskhas TNI AU (tribunnews)

Tak ada yang menolong atau membantunya ketika siswa komando yang berlari terpincang-pincang itu tertinggal di barisan paling belakang.

Pasalnya tidak ada kata mundur dalam pendidikan komando yang dikondisikan dalam peperangan yang sesungguhnya.

Mundur berarti gagal dan dikembalikan ke satuannya menjadi prajurit biasa.

Selain mendapatkan materi latihan tempur di semua medan dan beragam teknik, para siswa komando, juga mendapatkan latihan yang terkesan brutal serta sungguhan, yakni ditangkap sebagai tawanan perang.

Dalam latihan menjadi tawanan di kamp tawanan yang bangunannya dibuat seperti kandang hewan dan tanah berlumpur itu, para siswa komado memang diperlakukan sebagai tawanan perang sungguhan.

Hajaran sampai berdarah-darah tapi terukur merupakan materi ‘’biasa’’ dalam kamp tawanan.

Intinya para siswa komando diperlakukan sebagai tawanan perang selama tiga hari dan harus kuat menghadapi siksaan serta interogasi layaknya seorang tawanan.

Ketika ditawan, umumnya para siswa komando diajarkan untuk sebisa mungkin tidak mengaku sebagai tentara saat diinterogasi.

Pasukan marinir SBY saat latihan skenario penghancuran di Pulau Rempang, Selasa (23/1/2018).
Pasukan marinir SBY saat latihan skenario penghancuran di Pulau Rempang, Selasa (23/1/2018). (istimewa)

Pasalnya dalam perang sungguhan dan tertawan, prajurit komando akan mendapatkan interogasi dan siksaan sangat brutal dari tentara musuh.

Tapi sesuau yang lucu tetap saja terjadi di ‘’adegan’’ pelatihan kamp tawanan yang seharusnya garang dan brutal itu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved