Bersatu Melawan Teroris
Doktrin 'Ke Surga Bareng Keluarga' Hingga Tangisan Anak Dita di Musala Sebelum Aksi Bom Bunuh Diri
Berikut 5 hal seputar aksi terorisme yang dilakukan satu keluarga hingga kisah sedih tiga pelaku teroris yang melibatkan anak-anaknya
"Pertama seseorang terpapar biasanya melalui ayahnya. Lewat pergaulan ayahnya, lalu dia mengajar kepada istrinya baru anak-anaknya," jelasnya.
2. Diajak Nonton Film Jihad
Sang ayah akan mengajak anak-anaknya untuk melihat film-film jihad sampai mendengar petasan agar sang anak terbiasa dengan suara ledakan.
Semua cara itu dulunya dilakukan Sofyan demi mendoktrin anak-anaknya.
Namun ia akhirnya tidak mau melanjutkannya dan menarik semua film jihad setelah merenungkan perilakunya selama di penjara.
"Kita pertama tidak mau menyinggung itu semua. Video jihad saya singkirkan dulu karena memang anak-anak ini belum pantas untuk mencerna hal-hal seperti itu", ujar Sofyan.
3. Menangis di Musala

Sehari sebelum aksi bom bunuh diri di gereja Surabaya, anak-anak dari Ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Surabaya, Dita Oepriarto, sempat terlihat menangis.
Hal ini diungkapkan oleh Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto.
Berdasarkan keterangan RT tempat tinggal mereka, Setyo mengatakan anak-anak itu saling menangis saat salat di Musala, sehari sebelum kejadian yakni pada Sabtu, 12 Mei 2018.
"Ada keterangan Pak RT yang mengatakan satu hari sebelum kejadian, malam minggu, dua anak itu salat di musala dan saling tangis-tangisan," ujar Setyo, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (18/5/2018) dikutip dari Tribunnews.com.
Ia pun menduga bahwa anak-anak itu mengetahui akan mengakhiri hidupnya dengan aksi bom bunuh diri keesokannya.
Sehingga, jenderal bintang dua itu menilai para anak-anak Dita telah sadar akan melakukan amaliyah.
"Ada apa itu? Kemungkinan besar mereka sadar akan melakukan amaliyah," imbuh Setyo.
4. Bom Bunuh Diri Sekeluarga
