Bersatu Melawan Teroris
Doktrin 'Ke Surga Bareng Keluarga' Hingga Tangisan Anak Dita di Musala Sebelum Aksi Bom Bunuh Diri
Berikut 5 hal seputar aksi terorisme yang dilakukan satu keluarga hingga kisah sedih tiga pelaku teroris yang melibatkan anak-anaknya
Ketua JAD Surabaya Dita Oepriarto melakukan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Minggu (13/5).
Pada hari yang sama, istrinya, Puji Kuswati, bersama anaknya, FS dan FR, meledakkan bom di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Jalan Diponegoro.
Sedangkan anak Dita yang lain, YF dan FH, melakukan pengeboman di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel.
Peristiwa pengeboman di tiga gereja itu menyebabkan 18 orang tewas dan 43 orang mengalami luka-luka.
Sehari setelah itu, keluarga Tri Murtono yang melakukan hal sama bersama istrinya Tri Ernawati, serta dua anaknya, Muhammad Daffa Amin Murdana dan Muhammad Dary Satria Murdana (anak kedua).
Di antara satu keluarga itu, hanya Ais yang selamat setelah terlempar akibat guncangan bom.
5. Sering Diajak Ayah

Tak hanya Ais (7) yang kini tinggal sebatang kara setelah ayah, ibu dan dua abang tewas, hal yang sama juga dirasakan oleh Ain (15).
Ain menjadi yatim piatu setelah kedua orangtuanya Anton Febrianto (47) dan Puspita Sari (47) serta kakak tertuanya Haliyah (17) tewas akibat ledakan bom.
Korban yang juga terduga teroris tewas setelah bom rakitan meledak di tempat tinggalnya di lantai 5 Blok B, Rusunawa, Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Ain dan dua adiknya kini dirawat di RS Bhayangkara, Surabaya, Jawa Timur.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian sempat mengunjungi ketiga anak pelaku.
Kamar tersebut ditinggali enam anggota keluarga, dua orangtua dan empat anak.
Akibat peristiwa tersebut, tiga orang tewas terdiri dari kedua orangtua dan seorang anak.
Sementara Ain (anak kedua) beserta adiknya Fai (11) serta Hud mengalami luka.