Historia
TNI AU Nyaris Tembak Jatuh Jet Tempur AS Penyusup Setelah Kepergok Nyelonong ke Bawean!
Ketahuan nyelonong masuk ke Pulau Bawean, TNI AU nyaris tembak jatuh jet tempur Amerika Serikat penyusup. Begini kejadiannya!
Karena baik pesawat F-16 maupun Hornet hanya mengandalkan kemampuan elektroniknya, yang kemudian terjadi adalah dogfight secara elektronik.
Selain itu, para pilot Hornet juga menyadari dua F-16 yang datang pasti bukan musuh mengingat masih merupakan pesawat produksi AS.
Perang radar atau radar jamming antara kedua pihak pun berlangsung seru. Yang lebih menegangkan pada saat yang sama, F-16 yang berada pada posisi pertama telah dikunci, lock on, oleh radar dan rudal Hornet.
F-16 kedua yang terbang dalam posisi Supporting Fighter juga dikejar oleh Hornet lainnya. Namun posisi F-16 kedua lebih menguntungkan. Jika memang harus terjadi dogfight ia bisa melancarkan bantuan.
Untuk menghindari sergapan rudal lawan seandainya memang benar-benar diluncurkan, F-16 pertama lalu melakukan manuver menghindar, yakni hard break berbelok tajam hampir 90 derajat ke arah kanan dan kiri serta melakukan gerakan zig-zag.
Manuver tempur itu dilakukan secara bergantian baik oleh F-16 maupun Hornet yang terus ketat menempel.
Melihat keadaan makin memanas, F-16 kedua lalu mengambil inisiatif menggoyang sayap (rocking wing) sebagai tanda bahwa kedua pesawat F-16 TNI AU tidak mempunyai maksud mengancam.
Sekitar satu menit kemudian, kedua F-16 berhasil berkomunikasi dengan kedua Hornet yang mencegat mereka. Dari komunikasi singkat itu akhirnya diketahui bahwa mereka mengklaim sedang terbang di wilayah perairan internasional.
“We are F-18 Hornets from US Navy fleet, our position on International Water, stay away from our warship”.
Dari jawaban yang diberikan oleh pilot Hornet jelas telah terjadi kesalahan persepsi mengenai Hukum Laut Internasional. F-16 pertama lalu menjelaskan bahwa mereka sedang melaksanakan patroli dan bertugas mengidentifikasi visual serta memberi tahu bahwa posisi F-18 berada di wilayah Indonesia.
Mereka juga diminta untuk mengontak ke ATC setempat, karena ATC terdekat, Bali Control, belum mengetahui status mereka. Usai kontak kedua pesawat Hornet AL AS itu terbang menjauh sedangkan kedua F-16 TNI AU return to base, kembali ke pangkalannya, Lanud Iswahjudi, Madiun.
Selain berhasil bertemu dengan Hornet, kedua F-16 TNI AU juga melihat sebuah kapal perang frigat yang sedang berlayar ke arah timur. Setelah F-16 mendarat selamat di pangkalan, TNI AU menerima laporan dari MMC Rai (ATC Bali) bahwa Flight Hornet merupakan bagian dari Armada US Navy.
Namun yang paling penting dan merupakan tolok ukur suksesnya tugas F-16, Hornet AL AS baru saja mengontak MCC Rai dan melaporkan kegiatannya. Keesokan harinya TNI AU terus mengadakan pemantauan terhadap konvoi armada laut AS itu dengan mengirimkan pesawat intai B 737.
Hasil pengintaian dan pemotretan menunjukkan bahwa armada laut AS yang terdiri dari kapal induk USS Carl Vinson, dua frigat dan satu destroyer sedang berlayar di antara Pulau Madura dan Kangean menuju Selat Lombok.
Selama operasi pengintaian itu pesawat surveillance B737 terus dibayangi dua F/A-18 Hornet AL AS.