Tepian Zaman
Ini Kisah Nyata di Lampung! Fenomena Pria Lampung yang Disewa untuk Menjadi Pengantin
Kisah Pengantin Sewaan yang terjadi di Lampung ini ditulis oleh Mochtar Tamaela seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 1979
Mungkin dengan pertimbangan bahwa boss telah banyak membantu keluarga saya dan juga keluarga paman di sektor permodalan. Lalu sebagai balas budi saya ditokohkan jadi pengantin pria sehari.
Ayah dan ibu tampaknya setuju saja. Ayah malah berkata demikian: “Ala, terima sajalah nak. Apa sih ruginya menolong orang jadi pengantin-pengantinan barang sehari. Apalagi untuk kebaikan boss yang banyak menolong keluarga kita.”
Akhirnya saya mengangguk setuju!
Kemudian hari Minggu yang dimaksud itu tiba juga. Pagi-pagi sebuah Mercy menjemput saya terus dilarikan ke sebuah hotel di Telukbetung. Saya langsung di make up ala pengantin masa kini. Pakai jas dan dasi segala. Padahal ketika itu pakai jas maupun dasi saya belum pernah. Maklum orang desa.
Saya tersipu ketika duduk di kursi pengantin. Tamu atau undangan berlimpah. Saya sempat melihat hadir bupati dan beberapa camat setempat. Sementara di samping saya .... pengantin wanita yang molek itu pelupuk matanya berkaca-kaca.
Ketika resepsi usai, saya dan gadis pengantin itu berdiri di muka pintu untuk menerima ucapan selamat "menempuh hidup baru". Sambil menerima jabat-tangan setiap tamu, hati saya gemuruh tak keruan mengalami kenyataan ini.
Lha, saya jadi pengantin yang stunt-man. Padahal sebentar lagi pengantin wanitanya bukan apa-apa lagi bagi saya. Boss akan menerbangkan anak gadisnya ke luar negeri untuk menghilangkan "bencana" tidak jadi menikah.
Tapi yang masih bisa dikatakan beruntung, tak seorangpun tamu yang diundang boss itu kenal siapa saya. Maklum yang diundang orang kota, sementara saya sendiri orang desa dari kecamatan Gedongtataan. Jadi amanlah.
Esoknya datang ke rumah saya utusan boss. Yang datang bukan siapa-siapa, lagi-lagi paman saya sendiri yang pernah mencomblangi pernikahan fiktif ini. Paman menghadiahi saya sebuah sepeda Hercules baru dan pantalon yang kemarin saya pakai jadi pengantin.
Enak saja paman berkata, “Nih hadiahmu dari boss. Lumayan toh ....”
Tidak saya ketahui lagi bagaimana nasib anak gadis boss yang pernah "menikah" dengan saya itu. Sebab tahun berikutnya saya meneruskan study ke Surabaya. Sekarang anak saya sudah tiga, tapi anak-anak saya bukan cucu boss. Isteri saya gadis Suroboyo tulen.
Kalau saya hitung-hitung, saya sebenarnya pernah menikah dua kali. Sekali sebagai pengantin yang "stunt-man", yang kedua jadi pengantin sungguhan. (Intisarionline)