KRISIS TURKI

Nilai Tukar Uang Lira Anjlok, Presiden Erdogan Tuding Ada Skenario Licik untuk Jatuhkan Turki

"Mereka akan melihat langsung bagaimana industri di sana maju. Bagaimana kebijakan yang diberikan pemerintah di sana," kata Lukita

Editor: Mairi Nandarson
VEW IMAGE SEARCHING GOOGLE
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan 

TRIBUNBATAM.id, ISTANBUL - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding anjloknya nilai tukar lira terhadap dollar Amerika Serikat merupakan "skenario politik" untuk menjatuhkan Turki.

"Tujuan operasi ini adalah untuk membuat Turki menyerah mulai dari seluruh sektor keuangan hingga politik," katanya, Minggu (12/8/2018).

"Kami sekali lagi menghadapi skenario politik yang licik. Dengan izin Tuhan, kami akan mengatasi ini," katanya.

Baca: Krisis Turki, Indonesia Beri Insentif Pajak Bagi Eksportir

Baca: Dampak Krisis Ekonomi, Mata Uang Turki Terjun Bebas, Begini Efeknya Terhadap Rupiah

Baca: Krisis Ekonomi Turki Merahkan Bursa 47 Negara, Rupiah Tembus Rp 14.600 per Dolar

Pernyataannya itu dia lontarkan di depan anggota partainya di Trabzon, sebuah kota di pesisir Laut Hitam.

Kurs mata uang Turki, lira, merosot hingga lebih dari 16 persen terhadap dollar AS.

Angka tersebut merupakan rekor terendah, sejak perseturuan dengan AS meningkat karena sejumlah masalah.

Salah satunya, penahanan seorang pendeta asal AS di Turki.

Selain itu, kerja sama AS dengan pasukan milisi Kurdi Suriah dalam perang melawan ISIS.

"Kami hanya bisa bilang 'selamat tinggal' kepada semua orang yang mengorbankan kerja sama strategis dan setengah abad bersekutu dengan sebuah negara berpenduduk 81 juta demi relasi dengan kelompok teror," ujar Erdogan.

"Anda berani mengorbankan 81 juta penduduk Turki untuk seorang pendeta yang terkait dengan kelompok teror?" imbuhnya.

Baca: Diambang Bangkrut, Erdogan Ajak Rakyat Turki Jual Dollar dan Euro

Baca: Hanya Gara-gara Kicauan Trump, Lira Turki Pendarahan Hebat. Kebangkrutan di Depan Mata

Penangkapan pendeta Andrew Brunson sejak Oktober 2016 membuat hubungan AS dan Turki memburuk.

Brunson merupakan pendeta Protestan yang memimpin gereja di kota Aegean, Izmir, Turki.

Kini, dia menjadi tahanan rumah, setelah selama dua tahun mendekam di penjara atas tuduhan spionase dan mendukung kelompok teror.

Presiden AS Donald Trump pada Jumat lalu telah menggandakan tarif impor terhadap baja dan aluminium atas Turki.

Kebijakan tersebut menyebabkan lira semakin tertekan.

Gedung Putih menyatakan, sanksi baru tersebut akan diberlakukan mulai 13 Agustus 2018.

Sementara, Erdogan mengancam akan mencari sekutu baru untuk menjalin kemitraan.

"Kami akan memberikan jawaban kami, dengan beralih ke pasa baru, kemitraan baru, dan aliansi baru, kepada negara yang mengobarkan perang ekonomi terhadap seluruh dunia, dan juga termasuk negara kami," ucap Erdogan.

Ajak Rakyat Turki jual Dolar

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengajak rakyatnya agar menjual uang dollar AS dan euro mereka untuk ditukar dengan lira.

Langkah tersebut demi membantu mengangkat nilai mata uang negara tersebut yang merosot tajam setelah Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif impor baja dan aluminium atas Turki.

Erdogan, Sabtu (11/8/2018), mengajak pada rakyat Turki untuk membantu mendukung lira agar dapat memenangkan apa yang digambarkannya sebagai sebuah "perang kemerdekaan".

"Jika ada uang dollar di bawah bantal Anda, keluarkan. Jika ada uang euro, keluarkan. Segera berikan kepada bank untuk ditukar dengan lira Turki," seru Erdogan kepada para pendukungnya di kota Unye.

"Dengan melakukan hal ini, kita akan memperjuangkan perang kemerdekaan dan juga masa depan," tambah dia dilansir The Guardian.

Melansir dari Reuters.com, mata uang Turki, lira, telah dalam kekhawatiran akan terus jatuh akibat kebijakan moneter Erdogan, serta hubungan dengan AS yang semakin buruk.

Pada Jumat (10/8/2018), nilai mata uang lira telah turun hingga 18 persen. Hal itu merupakan penurunan terbesar dalam sehari sejak krisis keuangan di Turki pada 2001.

Dampak penurunan meluas melalui pasar keuangan global, terutama pada pasar saham Eropa, yang terpukul karena para investor yang takut akan tekanan bank terhadap Turki.

Sebelumnya, Erdogan memperingatkan kepada AS agar tidak mempertaruhkan hubungannya dengan Turki.

Dia bahkan mengancam negaranya akan mencari sekutu baru.

"Kecuali AS mulai menghormati kedaulatan Turki dan membuktikan bahwa negara itu paham tentang bahaya yang sedang dihadapi bangsa kita, relasi kita bisa dalam bahaya," kata Erdogan dikutip New York Times.

"Kegagalan untuk membalikkan tren unilateralisme dan tindakan tidak hormat ini mengharuskan kami untuk mulai mencari kawan dan sekutu baru," lanjut dia.

Erdogan juga meminta rakyat Turki untuk tidak khawatir atas fluktuasi nilai tukar mata uang negara. Dia mengatakan, Turki masih memiliki beberapa alternatif dari Iran, Rusia, China, dan beberapa negara Eropa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Erdogan Sebut Anjloknya Kurs Lira adalah Skenario Politik Licik" 
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved