GUNUNG MELETUS
Ini 5 Gunung Api yang Meletus Beruntun di Tahun 2018, Dua Setelah Gempa dan Tsunami di Palu
Pascagempa dan tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tenah pada Jumat lalu Jumat (28/9/2018), dua gunung berapi di Indonesia meletus.
TRIBUNBATAM.id - Pascagempa dan tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tenah pada Jumat lalu Jumat (28/9/2018), dua gunung berapi di Indonesia meletus.
Keduanya yaitu gunung Gamalama di Pulau Ternate, Maluku Utara meletus, pada Kamis (4/10/2018) dan gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara, meletus pada Rabu (3/10/2018).
Badan Geologi Kementerian ESDM memantau secara terus menerus keadaan gunung api di Indonesia selama 24 jam/hari
Dari 127 gunung api aktif di Indonesia, 69 gunung dipantau secara menerus 24 jam/hari.
Saat ini ada satu gunung api status AWAS/Level IV, yaitu G. Sinabung (Sumut) sejak 2 Juni 2015.
Satu gunung api status SIAGA/Level III, yaitu G. Agung Bali sejak 10 Februari 2018.
Sebanyak 19 gunung api Status Waspada/Level II yaitu Marapi, Kerinci, Dempo, Krakatau, Semeru, Bromo, Rinjani, Sangeangapi, Rokatenda, Soputan, Lokon, Karangetang, Gamalama, Gamkonara, Ibu, Dukono, Lewotolok dan Banda Api
Sisanya 48 gunung api: Status NORMAL/Level I.
Peristiwa meletusnya Gunung Merapi ini mengingatkan kembali serentetan peristiwa letusan yang terjadi pada sejumlah gunung berapi di Indonesia.
Berikut daftar gunung yang meletus di Indonesia di tahun 2018 dan menyorot perhatian.
1.Gunung Gamalama, Asap Putih Membubung Setinggi 250 Meter
Gunung Gamalama, Ternate, Maluku Utara kembali semburkan abu vulkanik setinggi 300-500 meter (KOMPAS.com/YAMIN ABD HASAN)
Gunung api Gamalama di Pulau Ternate, Maluku Utara, meletus pada Kamis (4/10/2018) pada pukul 11.52 WIT.
Gunung mengeluarkan asap berwarna putih kelabu setinggi 250 meter dari puncak awal. Abu vulkanik terbawa angin ke arah barat laut dan jatuh di wilayah Kecamatan Ternate Barat dan Pulau Ternate.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Gamalama Darno Lamane menuturkan, status gunung masih tetap waspada tingkat II.
Pihaknya masih terus mengamati perkembangan aktivitas vulkanik gunung tersebut.
Menurut dia, Gamalama didominasi gas hidrothermal sehingga statusnya belum perlu dinaikkan.
Darno mengatakan, perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Gamalamasudah menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik sekitar pukul 10.00 WIT hingga letusan terjadi pada pukul 11.52 WIT.
Belum dapat diprediksi lagi kapan gunung akan kembali meletus.
Sekitar satu jam sebelum kejadian erupsi, lanjut dia, terekam delapan gempa vulkanik dengan kemungkinan mekanisme yang disebut steam-driven eruptionatau ledakan hidrotermal.
Oleh karena itu, Darno mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Gamalama dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 1.5 km dari kawah puncak gunung itu.
Begitu pula, ada musim hujan, masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Gamalama agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar.
Pemantauan akan ditingkatkan untuk mengantisipasi peningkatan kegempaan menyusul letusan minor ini.
Warga Ternate diminta untuk tenang dan tidak mudah percaya dengan informasi dari sumber yang tidak jelas dengan tujuan menimbulkan keresahan di masyarakat.
"Kami akan terus menyampaikan informasi mengenai perkembangan gunung api Gamalama dan kalau masyarakat ingin mendapatkan informasi mengenai aktivitas Gunung Gamalama dapat menghubungi Pos Pemantu Gunung Api Gamalama," kata Darno.
Sebelumnya sejumlah gunung yang ada di Indonesia juga sedang bergejolak. Berikut gunung-gunung Indonesia yang sedang erupsi.
2. Gunung Soputan Meletus Keluarkan Abu Vulkanik Setinggi 4 Km
Guguran lava pijar nampak terlihat dari kawah gunung api Soputan di Sulawesi Utara (Kompas.com/Ronny Adolof Buol)
Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara, meletus pada Rabu (3/10/2018 pukul 08.47 Wita.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari Pos Pengamatan Gunung Soputan, tinggi kolom abu vulkanik teramati sekitar 4.000 meter di atas puncak kawah atau 5.809 meter di atas permukaan laut.
"Kolom abu dengan tekanan kuat teramati berwarna kelabu hingga cokelat dengan intensitas tebal condong ke arah barat dan barat laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 39 mm dan durasi sekitar 6 menit," kata Sutopo dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu.
Sutopo menyebutkan, hujan abu vulkanik diperkirakan jatuh di daerah di barat-barat laut Gunung Soputan.
Namun demikian, hujan abu vulkanik tidak mengganggu penerbangan. Bandara Internasional Sam Ratulangi di Kota Manado tetap beroperasi normal. Posisi bandara berada di Tenggara dari Gunung Soputan.
"BPBD masih melakukan pemantauan. Belum ada laporan dampak letusan Gunung Soputan. BPBD membagikan masker kepada masyarakat," kata Sutopo.
Saat ini, Gunung Soputan berada pada Status Level III (Siaga). Sutopo mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas di seluruh area di dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Soputan.
Masyarakat juga diimbau tidak masuk ke area perluasan sektoral ke arah barat-barat daya sejauh 6,5 km dari puncak Soputan.
Sebab, daerah itu merupakan kawasan bukaan kawah untuk menghindari potensi ancaman guguran lava maupun awan panas.
"Masyarakat di sekitar Gunung Soputan dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu," imbaunya.
Warga juga diminta mewaspadai potensi ancaman aliran lahar yang dapat terjadi setelah terjadinya erupsi.
Material erupsi bisa terbawa oleh air, terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng Gunung Soputan, seperti Sungai Ranowangko, Lawian, Popang, dan Sungai Londola Kelewahu.
3. Gunung Anak Krakatau Meletus 56 hingga 99 Kali dalam Sehari
Anak Gunung Krakatau meletus sebayak 49 kali sepanjang Jumpat (3/8/2018) pagi. (Twitter @Sutopo_PN)
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Lampung, meletus sebanyak 56 kali dalam sehari, Rabu (11/7/2018).
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, Gunung Anak Krakatau meletus pada Rabu dengan tinggi kolom abu bervarasi 200 meter hingga 1.000 meter di atas puncak kawah.
Dalam rilis yang diterima dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (12/7/2018), letusan puluhan kali itu dilaporkan terjadi dengan amplitudo 25-53 mm dan durasi letusan 20-100 detik. Letusan disertai lontaran abu vulkanik, pasir dan suara dentuman.
Pada malam hari, letusan teramati berupa sinar api dan guguran lava pijar. Ada sekitar 141 embusan dengan durasi 20-172 detik.
Sehari sebelumnya, Selasa (10/7/2018), Gunung Anak Krakatau meletus sebanyak 99 kali kejadian dengan amplitudo 18-54 mm dan durasi letusan 20-102 detik. Hembusan tercatat 197 kali dengan durasi 16-93 detik.
Letusan disertai suara dentuman sebanyak 10 kali yang menyebabkan kaca pos pengamatan gunung bergetar.
Banyaknya letusan Gunung Anak Krakatau ini sudah berlangsung sejak tanggal 18 Juni 2018 karena peningkatan aktivitas vulkanik.
"Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi letusan. Namun demikian status Gunung Anak Krakatau tetap Waspada (level 2). Tidak ada peningkatan status gunung," demikian tulis Sutopo.
Status Waspada telah ditetapkan sejak 26 Januari 2012 dan masih berlangsung hingga sekarang.
Status Waspada berarti bahwa aktivitas vulkanik di atas normal sehingga terjadinya letusan dapat terjadi kapan saja.
Namun, letusan tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius 1 km dan tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang juga jalur pelayaran di Selat Sunda.
Masyarakat diimbau tetap tenang karena para petugas dari BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan BKSDA sudah mempersiapkan langkah antisipasi.
"Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km dari puncak kawah. Di luar itu aman. Justru dapat menikmati fenomena erupsi Gunung Anak Krakatau dari tempat aman," tulis Sutopo.
4. Meletus Pertama pada 1808, Ini Catatan Letusan Gunung Agung.
Gunung Agung kembali meletus (Bangkapos)
Gunung Agung kembali meletus pada Selasa (3/7/2018) pagi. Sebelumnya, pada Senin (2/7/2018) kemarin, gunung ini juga meletus dengan mengeluarkan lontaran lava pijar sejauh 2 kilometer.
Aktivitas Gunung Agung dalam setahun terbilang aktif, dengan beberapa kali mengeluarkan letusan.
Ditilik dari sejarahnya, Gunung Agung pertama kali meletus pada 1808. Ini sekelumit ceritanya...
Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali dengan ketinggian 3.031 mdpl, yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.
Gunung Agung mempunyai kawah yang besar dan dalam.
Selain itu, bentuknya yang mengerucut terdiri atas lava dan abu vulkanik. Oleh karena itu, dikategorikan sebagai gunung berapi tipe stratavolkano.
Asap dan uap air kadang dikeluarkan oleh tipe gunung seperti ini.
Gunung Agung pertama kali meletus pada 1808. Saat itu, Gunung Agung mengeluarkan abu dan batu dengan jumlah yang banyak ke luar.
Letusan selanjutnya terjadi 13 tahun kemudian, yaitu tahun 1821. Letusan kedua ini dikategorikan normal dan jangkauan letusan tak seluas pada 1808.
Setelah letusan itu, aktivitas Gunung Agung kembali normal.
5. Setelah 2 Bulan Erupsi Kecil, Gunung Sinabung Kembali Meletus
Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan menanam bibit kentang saat terjadinya luncuran awan panas dari kawah Gunung Sinabung di Desa Tiga Kicat, Jumat (3/4/2015) (Tribun Medan / Dedi Sinuhaji)
Hampir dua bulan terakhir, aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara hanya erupsi kecil saja.
Namun Jumat (6/4/2018) petang, gunung api ini kembali meletus dengan tinggi kolom abu lebih dari 5.000 meter.
Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) dan Pos Pengamatan Gunungapi Sinabung melaporkan, terjadi luncuran awan panas sejauh 3.500 meter ke arah ke tenggara dan selatan.
"Terekam di seismik gempa erupsi terjadi mulai pukul 16:07 sampai 18:00 WIB, dan masih berlanjut. Kesimpulannya, tingkat aktivitas Gunung Sinabung masih di level IV atau Awas," kata Kepala Pemantau Gunung Api (PGA) Sinabung, Armen Putra, Jumat (6/4/2018).
Armen kembali mengingatkan agar masyarakat dan pengunjung tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.
"Kepada masyarakat yang bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu dari gunung supaya waspada terhadap potensi bahaya lahar," tambahnya.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, letusan melontarkan abu vulkanik dan material piroklastik dengan tekanan kuat berwarna abu-abu gelap disertai awan panas.
Hingga kini tidak ada korban jiwa karena di daerah zona berbahaya sudah kosong dari aktivitas masyarakat.
"Masyarakat yang berada di zona merah sudah mengungsi sejak lama dan sebagian sudah direlokasi. Aktivitas vulkanik tetap tinggi dan berpotensi terjadi letusan susulan," kata Sutopo.
Ia menjelaskan, sampai Maret 2018 terdapat 30 lokasi relokasi dengan proses pembangunan rumah bervariasi.
Ada tiga tahap relokasi untuk penanganan pascabencana erupsi Sinabung.
Pertama, pemenuhan kebutuhan relokasi untuk 370 kepala keluarga (KK) di Siosar yang berasal dari tiga desa yaitu Desa Bekerah 112 KK, Sukameriah 128 KK, dan Simacem 130 KK.
Di lokasi ini, selain rumah, dibangun pula sarana pendukung, fasilitas umum, dan fasilitas sosial bagi warga.(*)