Hari Ibu
Sejarah dan Cikal Bakal Lahirnya Hari Ibu yang Diperingati Setiap 22 Desember
Momen yang paling berkesan adalah ketika dilaksanakannya Kongres ke III pada 22 sampai 27 Juli 1938 di Bandung
TRIBUNBATAM.id - Perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan. Melalui perempuan, sosok pemimpin bangsa dilahirkan.
Selain itu, perempuan juga ikut berjuang dalam upaya meraih dan mempertahankan kemerdekaan.
Pada era penjajahan, perempuan Indonesia memang tak mendapatkan haknya dengan baik.
Mereka ditindas oleh penjajah, mendapat perlakuan yang tak manusiawi, juga mendapatkan siksaan.
Sistem pergundikan yang terjadi pada masa penjajahan Belanda membuat harkat dan martabat perempuan Indonesia tak dihargai.
Baca: HARI IBU 22 DESEMBER - Bertabur Kado dan Ucapan, Simak Cara Berbeda Warga 5 Negara Rayakan Hari Ibu
Banyak juga yang dijadikan pemuas nafsu untuk tentara penjajah. Memasuki era 1910-an, berbagai organisasi pergerakan di Indonesia mulai bermunculan.
Mereka mulai menyadari akan perlunya berjuang untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan.
Saat itu, kaum perempuan juga mulai memberanikan diri untuk berkumpul, menyatakan pendapat, dan berorganisasi.
Perempuan mulai menyadari pentingnya persatuan. Perasaan senasib dan sepenanggungan menjadi landasan mereka untuk berjuang mencapai tujuan bersama.
Setelah perempuan berjuang hanya di lingkup daerah, kini mereka menyadari akan pentingya berkomunikasi dengan perempuan lain di berbagai daerah.
Baca: HARI IBU 22 DESEMBER - Bisa Dicoba, Ini Dia 5 Cara Sederhana Beri Kejutan Rayakan Hari Ibu
Tujuannya adalah untuk bisa berkumpul dan bertukar pikiran bersama.
Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 22 Desember 1982, awal mula bersatunya para perempuan di Indonesia adalah Kongres Perempuan I yang diadakan di Yogyakarta pada 22 Desember 1928.
Bertempat pada sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran milik Raden Tumenggung Joyodipoero yang kini menjadi kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Yogyakarta, para perempuan mulai menyuarakan pendapatnya dalam sebuah forum yang resmi.
Baca: Kumpulan Ucapan Hari Ibu 22 Desember 2018, Bisa Dikirim via Whatsapp, Facebook dan Instagram
Kongres ini dihadiri oleh sekitar 30 organisasi wanita yang tersebar di kota Jawa dan Sumatera. Mereka semua yang hadir dalam kongres ini terinspirasi dari perjuangan wanita pada era abad ke-19 yang berjuang melawan penjajahan sampai titik darah penghabisan.
Selain itu, kongres ini juga dihadiri oleh wakil-wakil dari Boedi Oetomo, PNI, PSI, Jong Java, Muhammadiyah, dan organisasi pergerakan lainnya.
Pertemuan yang dilakukan dari 22 sampai 25 Desember 1928 itu membahas tentang pertalian perkumpulan perempuan di Indonesia dan juga membicarakan kewajiban, keperluan dan kemajuan perempuan.
Pada masa pergerakan, isu utama yang sedang hangat adalah mengenai pendidikan perempuan bagi anak gadis, perkawinan anak-anak, kawin paksa, permaduan dan perceraian secara sewenang-wenang.
Ketika itu perempuan dianggap hanya disiapkan menuju perkawinan. Perempuan dianggap hanya sebagai istri, ibu, dan pengurus rumah tangga.
Setelah itu, perempuan hanya pasrah melayani keluarga beserta suaminya. Tanpa alasan yang jelas, perempuan di masa itu banyak yang mendapatkan talak dari suaminya.
Otomatis mereka yang tak berpendidikan akan dikembalikan kepada keluarganya. Bergitulah gambaran umum tentang nasib perempuan saat itu.
Baca: HARI IBU 2018 - Bisa Dicontek, Puisi Romantis Untuk Rayakan Hari Ibu Berbahasa Inggris dan Indonesia
Nasib perempuan penuh dengan ketergantungan.
Maka dari itu, Kongres Perempuan Pertama untuk menyuarakan pentingnya perempuan Indonesia atas haknya.
Salah satu hasil keputusannya adalah dibentuknya organisasi mandiri yang bernama Perikatan Perkoempoelan Isteri Indonesia (PPII).
Menjadi Hari Ibu Berawal dari kongres itulah, akhirnya peran perempuan mulai mewarnai pergerakan Indonesia.
Mereka mempunyai wadah resmi untuk menyuarakan pendapat dan haknya.
Setelah kongres pertama, juga dilakukan Kongres ke II dan ke III.
Momen yang paling berkesan adalah ketika dilaksanakannya Kongres ke III pada 22 sampai 27 Juli 1938 di Bandung. Berawal dari situlah, diputuskan untuk menghargai jasa-jasa tentang perempuan setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.
Pernyataan dari Kongres yang ini menjadikan Presiden Soekarno mengukuhkan secara resmi dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1959 bahwa Hari Ibu sebagai Hari Nasional.
Sejak saat itu dan sampai hari ini, setiap 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kongres Perempuan, Upaya Memperbaiki Nasib yang Jadi Cikal Bakal Hari Ibu"