TSUNAMI SELAT SUNDA

Wapres Jusuf Kalla Sebut Tsunami Selat Sunda yang Tewaskan 168 Orang Itu Kejadian Tidak Biasa

JK menyampaikan, bencana alam yang menguncang sebagian Banten dan Lampung itu merupakan kejadian yang tak bisa, di mana terjadi tsunami tanpa Gempa

Editor: Mairi Nandarson
FOTO DOKUMEN ACT
Tsunami menerjang pantai sekitar Selat Sunda, tepatnya di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan. Bencana tersebut terjadi pada Sabtu (22/12), tepatnya pukul 21.27 WIB. 

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla langsung memimpin rapat kordinasi penanganan bencana alam tsunami di Selat Sunda, di ruang VVIP, Suma, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Minggu siang (23/12/2018).

Terbang langsung usai kunjungan kerja di Makassar, Wapres Jusuf Kallah menghadiri rapat bersama Menteri PUPR Basuki Hadimulyono, Menpan-RB Syafruddin, serta TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

JK menyampaikan, bencana alam yang menguncang sebagian Banten dan Lampung itu merupakan kejadian yang tak bisa, di mana terjadi tsunami tanpa Gempa.

Baca: Bantu Korban Tsunami, Kemenpar dan Jababeka Grup Salurkan Bantuan Cepat Tanggap di Tanjung Lesung

Baca: Video Kepanikan Warga Berhamburan dan Berlarian Mendengar Peringatan Dini Tsunami

Baca: 11 Jam Tertimbun Puing-puing Kayu, Bocah 5 Tahun Selamat dari Tsunami Banten dan Lampung

Baca: UPDATE Jumlah Korban Tewas, Luka-luka & Hilang Akibat Tsunami Selat Sunda. Sutopo: 168 Orang Tewas

"Ini suatu kasus yang tidak biasa, bahwa tsunami tanpa gempa. Jadi gejalanya ada kemungkinan dari perubahan atau letusan di Gunung Krakatau," ujar JK.

Pada rapat tersebut, wapres JK juga sempat melakukan telewicara dengan Kepala BMKG, Dwikorita, mengatakan, sejauh ini laporan yang diterima dari BMKG, cuaca buruk masih akan terjadi hingga 26 Desember di sekitar lokasi tsunami.

Namun ia memastikan, pemerintah melalui Pemda, TNI, Polri serta PMI telah bergerak ke lokasi.

"Sudah bergerak semua ke sana untuk mengatasi ini," kata JK.

Jumlah korban

 Jumlah korban tewas, luka-luka dan hilang akibat tsunami Selat Sunda bertambah.

Peningkatan jumlah korban disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (23/12/2018) siang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, korban meninggal dunia akibat tsunami yang melanda wilayah pantai sekitar Selat Sunda menjadi 168 orang.

Sementara itu, korban luka-luka menjadi 745 orang. Kemudian, korban yang belum ditemukan 30 orang.

"Sampai dengan hari ini Minggu (23/12/2018) pukul 13.00 WIB tercatat 168 orang meninggal dunia, 745 orang luka-luka, 30 orang hilang," kata Sutopo dalam keterangan persnya, Minggu sore.

Tidak hanya itu, sebanyak 556 rumah, 9 hotel, 60 warung dan 350 kapal atau perahu mengalami kerusakan.

"Puluhan kendaraan baik roda empat dan dua mengalami kerusakan. Data ini kemungkinan masih terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak baik di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang dan Kabupaten Lampung Selatan semuanya terdata," kata dia.

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang yang menerjang sejumlah wilayah di kawasan sekitar Selat Sunda itu merupakan tsunami.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono memaparkan ada dua peristiwa yang memicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda.

Kedua peristiwa itu adalah, aktivitas erupsi anak gunung Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.

Rahmat memaparkan, jika dipicu erupsi anak Gunung Krakatau, maka gelombang tsunami sekitar 90 sentimeter.

Namun, dengan adanya gelombang tinggi akibat faktor cuaca, arus gelombang tsunami bisa bertambah lebih dari dua meter.

"Karena digabung, menimbulkan tinggi tsunami yang signifikan dan menimbulkan korban dan kerusakan yang luar biasa," kata Rahmat dalam konferensi pers di gedung BMKG, Jakarta, Minggu.

"Kalau hanya tsunami saja hanya 90 sentimeter hampir dipastikan tidak masuk ke daratan. Tapi karena juga sebelumnya BMKG telah mengeluarkan warning gelombang tinggi, menambah tinggi tsunami," lanjut Rahmat. (*)

Kronologi Tsunami dari BMKG

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memaparkan kronologi terjadinya peristiwa tsunami di wilayah pantai di sekitar kawasan Selat Sunda.

Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers di gedung BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018) dini hari.

21 Desember, BMKG deteksi erupsi anak gunung Krakatau

Dwikorita memaparkan pada Jumat (21/12/2018) sekitar pukul 13.51 WIB, BMKG telah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dengan status level Waspada.

"Kemarin pukul 13.51 WIB pada tanggal 21 Desember Badan Geologi telah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dan levelnya pada level Waspada," kata Dwikorita.

22 Desember, BMKG umumkan peringatan dini potensi gelombang tinggi

Pada Sabtu (22/12/2018), kata Dwikorita, BMKG mengeluarkan peringatan dini sekitar pukul 07.00 WIB akan potensi gelombang tinggi di sekitar perairan Selat Sunda.

"Diperkirakan (gelombang tinggi terjadi) kemarin tanggal 21 hingga nanti 25 Desember 2012. Ini peristiiwa beda tapi terjadi pada lokasi yang sama. Yang pertama erupsi Gunung Krakatau dan potensi gelombang tinggi," katanya.

Menurut dia, sekitar pukul 09.00-11.00 WIB, tim BMKG ada yang sedang berada di perairan Selat Sunda melakukan uji coba instrumen.

"Di situ memang terverifikasi bahwa terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang, karena itu tim kami segera kembali ke darat," ujarnya.

22 Desember, BMKG deteksi gunung Krakatau alami erupsi lagi

Sekitar pukul 21.03 WIB, BMKG mencatat erupsi gunung anak Krakatau.

Di satu sisi sejumlah tide gauge (alat pendeteksi tsunami) BMKG menunjukkan ada potensi kenaikan permukaan air di pantai sekitar Selat Sunda.

"Dan kami analisis, kami memerlukan waktu analisis apakah kenaikan air itu air pasang akibat fenomena atmosfer yang tadi ada gelombang tinggi? Jadi memang ada fase seperti itu. Namun ternyata setelah kami analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami," kata dia.

Adapun rinciannya, berdasarkan hasil pengamatan tidegauge Serang di Pantai Jambu, Desa Bulakan, Cinangka, Serang, tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian gelombang 0,9 meter.

"Kemudian tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian 0.35 meter," kata Dwikorita.

Selanjutnya, lewat tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kota Agung, Lampung tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0.36 meter.

Yang terakhir tidegauge Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung tercatat pukul 21.53 WIB ketinggian 0.28 meter.

Menurut dia, berdasarkan ciri gelombangnya, tsunami yang terjadi kali ini mirip dengan yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah lalu.

"Periodenya (periode gelombang) pendek-pendek," katanya.

"Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Juga diiimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda, hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi," ujarnya.

Baca: BERITA PERSIB - Bebas Tentukan Skuad, Ini Dua Tugas Berat Miljan Radovic Sebagai Pelatih Persib

Baca: Hasil, Klasemen & Top Skor Liga Italia Usai Juventus Kalahkan Roma, Piatek Unggul 2 Gol dari Ronaldo

Baca: Mobil Kepsek SMAN 1 Batam Dibobol Maling, Polisi Kantongi Rekaman CCTV Aksi Pelaku

Tewaskan istri Ade Jigo dan Bassist Seventeen

Bencana tsunami yang terjadi juga merenggut nyawa istri Ade Jigo, dan bassist band Seventeen yang kala itu sedang mengadakan konser di Tanjung Lesung Beach Resort, Banten.

Masih mengutip dari Kompas.com, komedian Ade Dora atau Ade Jigo mengaku terseret arus hingga ke gorong-gorong ketika bencana tsunami Banten menerjang pada Sabtu (22/12/2018) malam.

"Saya dapat tali agar bisa pegangan dan bernafas, anak saya angkat duluan, dan saya lemas, anak saya lemas (usai bertahan dari terjangan gelombang). Ternyata itu saya berada di gorong-gorong pembuangan air kolam renang," ungkap Ade.

Arie Untung kabarkan Aa Jimmy meninggal dunia jadi korban tsunami Banten
Arie Untung kabarkan Aa Jimmy meninggal dunia jadi korban tsunami Banten (Instagram/ @ariekuntung)

Menurut Ade, kala itu dia terjebak beberapa saat sebelum akhirnya ada orang yang berhasil menemukannya dan memberi pertolongan.

"Kami terjebak selama dua menit. Ada orang yang buka pintu (gorong-gorong), saya selamat," ucap Ade.

Setelah memastikan ia dan anaknya dalam kondisi aman, Ade kemudian mencari keberadaan istrinya dan anaknya yang satu lagi.

"Anak saya dua yang ikut, yang satu digendong saya. Sampai saya tenang, minum dulu, baru saya mulai mencari anak dan istri saya. Pas saya cari pertama ke klinik, ternyata anak saya dan mbaknya (pengasuh) ada di klinik," tutur Ade.

Setelah beberapa jam, akhirnya ia menemukan istri, namun dalam kondisi sudah tak bernyawa.

"Saya sampai di klinik jam satu (dini hari), di klinik juga sempat mati lampu, setelah lihat saya ada satu jenazah di belakang, ternyata itu jenazah istri saya," ujar Ade dengan suara lirih.

Seperti diberitakan sebelumnya, tsunami yang melanda Banten dan Lampung terjadi pada Sabtu (22/12/2018), sekitar pukul 21.27 WIB.

Faktor penyebab tsunami masih dilakukan penyelidikan oleh BMKG untuk mengetahui secara pasti.

Kemungkinan disebabkan longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama.

Dua kombinasi tersebut menyebabkan tsunami yang terjadi tiba-tiba yang menerjang pantai.

BMKG masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan faktor penyebabnya.

Tsunami Pantai Anyer dan Lampung Selatan sebelumnya oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) disebut sebagai gelombang tinggi.

Petugas masih terus berusaha melakukan evakuasi korban tsunami Pantai Anyer.

Petugas masih mendatangi sejumlah desa di kawasan Pantai Pandeglang, mulai dari Tanjung Lesung sampai Sumur di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. (*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved