Kisah si Penguak Mafia Pengaturan Skor Sepak Bola - Sudah Tekor Rp 3 Miliar Kini Trauma

Jemari terasa dingin, tubuh dan pikiran lelah dirasakan mantan Manajer Persibara Banjarnegara, Jawa Tengah, Lasmi Indaryani

bolasport.com
Lasmi Indaryani, si penguak mafia pengaturan skor sepakbola di tanah air. 

"Mereka itu (masyarakat Banjarnegara) bilang ke saya kenapa saya mundur jadi manajer, Persibara harusnya ke Liga 2 terus ke Liga 1. Saya harus bagaimana, saya sudah keluar Rp1,3 miliar ibaratnya. Boro-boro ke Liga 1, ini mau ke Liga 2 saja ketemu mafia dan harus tertipu miliaran," ungkapnya.

Ia mengatakan, uang lebih Rp 1 miliar itu digunakan untuk berkontribusi di PSSI hingga tawaran main sebagai tuan rumah di 32 besar Liga 2.

"Untuk yang kontribusi terhadap PSSI, saya training camp jadi manajer timnas putri, itu keluar hampir Rp285 juta. Mereka bilang akan mengganti 50 persen pengeluaran itu, tapi sampai sekarang saya belum terima sepeser pun," ungkap Lasmi.

Selain itu, Lasmi juga mendapatkan tawaran jika klubnya dapat menjadi tuan rumah di 32 besar nasional Piala Indonesia. Namun, syaratnya lapangan pertandingan bertempat di Magelang dengan biaya Rp600 juta.

"Kami tolak karena enggak masuk akal. Kami tuan rumah kok main di Magelang. Akhirnya kami diiming-imingi lagi main di Banjar dengan uang Rp225 juta dengan perjanjian uang akan kembali jika tak jadi tuan rumah," kata Lasmi.

Nyatanya, saat Persibara Banjarnegara mundur dari kompetisi tersebut, Lasmi tak mendapatkan uang pengganti. Dia justru mendapatkan rincian para petinggi PSSI yang menerima uang tersebut.

"Rinciannya tertulis untuk Pak Johar, untuk Mbah Putih, untuk wasit yang saya enggak tahu siapa namanya. Intinya yang menang bayar, yang kalah bayar. Itu yang membuat ayah saya berpikir ini sudah enggak beres dan saya pun mundur sebagai manajer," cerita Lasmi.

Ke depannya, Lasmi mengaku siap dengan situasi apa pun, terlebih jika dirinya kembali dipanggil Tim Satgas Anti Mafia Bola, atau yang terburuk sekali pun, yakni senasib dengan PSMP Mojokerto yang dihukum PSSI karena terlibat pengaturan skor.

Dwi Irianto atau yang akrab disapa Mbah Putih diciduk Satuan Petugas (Satgas) Anti Mafia Bola di Hotel New Saphire, Yogyakarta, Jumat (28/12/2018) sekira pukul 10.00 WIB.
Dwi Irianto atau yang akrab disapa Mbah Putih diciduk Satuan Petugas (Satgas) Anti Mafia Bola di Hotel New Saphire, Yogyakarta, Jumat (28/12/2018) sekira pukul 10.00 WIB. (Ist/Tribun Jogja)

"Saya sudah siap jika memang diberikan sanksi oleh Komdis kepada saya dan Persibara. Sebelum itu pun saya sudah mundur sebagai manajer Persibara, dan saya masih trauma karena selama masih ada mafia di persepakbolaan kita," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi Disiplin PSSI Asep Edwin belum mau menjelaskan secara detail apa saja yang dibahas dalam sidang bersama Lasmi selaku mantan manajer Persibara itu.

Dirinya hanya mengatakan bahwa FIFA sebagai otoritas tertinggi sepak bola dunia sudah meluncurkan program perlindungan kepada para whistleblower yang memberikan informasi terkait dugaan pelanggaran yang mencederai nilai-nilai dalam sepak bola.

"Kita belum memtuskan tapi nanti akan kami sampaikan yang intinya berkaitan dengan dugaan suap atau pemerasan, kita belum tahu," ujar Asep Edwin.(*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved