Karyawan yang Kurang Tidur Jadi Masalah Nasional, Perusahaan di Jepang Buat Kebijakan Unik
sejumlah perusahaan di Jepang pun membolehkan pegawainya menutup mata sejenak, untuk "membayar utang" kurang tidurnya di kantor.
TRIBUNBATAM.id - Tidur cukup merupakan keharusan bagi tiap orang agar kondisi kesehatannya tetap terjaga. Sejumlah perusahaan di Jepang pun memahami ini, dan berharap karyawannya memiliki durasi tidur yang cukup.
Dilansir dari The Guardian, Jepang menjadi negara yang warganya, terutama karyawan, memiliki durasi tidur yang kurang.
Berdasarkan hasil survei di 28 negara, karyawan pria dan perempuan di Jepang rata-rata tidur selama 6 jam 35 menit dalam sehari.
Angka ini mengindikasikan bahwa kualitas tidur mereka 45 menit lebih sedikit dibandingkan rata-rata waktu tidur internasional.
Selain itu, sebuah jajak pendapat yang dilakukan pembuat produk kesehatan, Fuji Ryoki, menemukan bahwa 92,6 persen masyarakat Jepang yang berusia di atas 20 tahun mengalami tidak cukup tidur.
Perusahaan riset RAND Corporation mengungkapkan bahwa kurang tidur dapat berdampak terhadap ekonomi suatu negara.
Adapun, dampak terhadap Jepang adalah kerugian ekonomi hingga 138 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2,4 triliun per tahun.
Baca: Inilah Detik-detik Helikopter Selamatkan Peman Ski di Lereng Curam Pegunungan Alpen
Baca: VIDEO. Cinta Tak Direstui, Pasangan Mahasiswa Ini Kumpul Kebo di Kos, Buang Bayi yang Baru Lahir
Baca: Video. Bunuh Istri Karena Cemburu, Pedagang Mainan di Cirebon Ini Coba Bunuh Diri, Tapi Gagal
Karyawan boleh tidur di kantor
Dengan melihat dampak ekonomi dari masalah kurang tidur itu, sejumlah perusahaan di Jepang pun membolehkan pegawainya menutup mata sejenak, untuk "membayar utang" kurang tidurnya di kantor.
Pekerja yang sedang lelah boleh membaringkan kepalanya di atas meja selama beberapa saat.
Pada umumnya, perusahaan memberi toleransi perilaku "inemuri" atau tidur di kantor sebagai perwujudan komitmen terhadap karyawan mereka, dan bukan sebagai tanda kemalasan.
Meski begitu, biasanya karyawan hanya dapat tidur dalam keadaan duduk, dan tak berusaha membuat dirinya merasa nyaman.
Sejumlah perusahaan startup kemudian membuat kebijakan yang lebih berani.
Startup penyedia layanan teknologi informasi, Nextbeat, menyediakan dua kamar tidur, masing-masing untuk pria dan perempuan.

Menariknya, kamar ini memiliki fasilitas yang menghalangi kebisingan luar ruangan masuk ke dalam. Ponsel, tablet, atau laptop juga tidak boleh dibawa masuk, sehingga para karyawan yang menggunakan ruangan ini dapat beristirahat optimal.