Kebijakan Ini Dinilai Bakal Kandaskan Impian Batam Saingi Singapura
BP Batam dikelola Walikota atau menjadi ex-officio maka akan memupuskan harapan sebelumnya bahwa Batam mampu menyaingi Singapura.
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Kebijakan pemerintah pusat yang ingin menyerahkan pengelolaan BP Batam kepada Wali Kota Batam disebut berpotensi mendegradasi cita-cita awal pembentukan BP Batam.
Sedari awal konsep pembentukan BP Batam akan menjadi wilayah Free Trade Zone (FTZ) di Indonesia dan bukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), apalagi ex-officio seperti yang akan dilakukan pemerintah.
Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati menuturkan, bila rencana menjadikan BP Batam dikelola oleh Walikota atau menjadi ex-officio maka akan memupuskan harapan sebelumnya bahwa Batam mampu menyaingi Singapura apalagi melampauinya.
“Kalau melihat potensi Batam harusnya bisa melampaui Singapura,” tutur Enny dalam keterangannya, Senin (14/1/2019).
Baca: BREAKING NEWS. Pesawat Kargo Saha Airlines Boeing 707 Mendarat di Pemukiman, Belasan Orang Tewas
Baca: Kronologis Lengkap F16 TNI AU Paksa Turun Pesawat Ethiopian Air di Hang Nadim Batam
Baca: Seperti Firasat! Ini Postingan Ranty Maria Sebelum Ammar Zoni Lamar Irish Bella
Baca: Pesawat Ethiopian Airlines Dipaksa Mendarat di Bandara Hang Nadim Batam. Ini Spesifikasi Pesawatnya
Baca: BREAKINGNEWS. Dua Pesawat Tempur F-16 Paksa Turun Ethiopian Airlines di Hang Nadim Batam
Itu bisa dilihat setidaknya ada 60.000 per tahun Vessel melintasi selat Philips yang berada di antara Pulau Batam dan Pulau Singapura.
Volume trafiknya tiga kali volume trafik Terusan Panama dan lebih dari dua kali volume trafik Terusan Suez.
Dari sekitar 200 Vessel dan 150 tanker per hari yang lalu lalang ada sekitar 72% kapal tanker melalui jalur Selat Philips dan sisanya 28% via Selat Makasar dan Selat Lombok.
Sementara, perputaran uang di Selat Malaka dan Selat Philips berkisar antara 84 miliar dolar Amerika Serikat sampai 250 miliar dolar Amerika Serikat per tahun.
Selain itu, Batam merupakan wilayah terdepan perbatasan negara. Batam menjadi strategis baik secara militer, ekonomi dan politik.
“Batam dan wilayah sekitarnya adalah "buffer zone" Negara Indonesia,” ujarnya.
Untuk itu, melihat peta wilayah yang langsung berbatasan dengan negara-negara tetangga, maka pengelolaan ruang laut, darat, dan udara di wilayah Batam dan pulau lainnya harus di bawah pengawasan dan pengendalian langsung pemerintah pusat.
”Kita ingin bersaing dengan negara lain, yang terdekat dengan Batam seperti Singapura. Tapi, wewenangnya diperkecil yang hanya dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda),” ucapnya.
Oleh karenanya, Jika ingin bersaing dengan negara tetangga, maka penting mempertahankan batam menjadi FTZ.
“Wilayah ekonomi di Batam sudah jadi, tinggal ditambah sedikit saja. Dengan begitu mampu menggaet lebih banyak investor. Bukan sebaliknya, malah dikerdilkan, dengan mempersempit ruang geraknya,” tuturnya.
Di samping itu, FTZ Batam berada di wilayah depan perbatasan negara yang bersaing secara head-to-head dengan FTZ di negara lain.