Ada-ada Saja, Pria Ini Ingin Gugat Orangtuanya Karena Tidak Minta Izin Melahirkan Dirinya
Argumentasi yang mereka berikan mulai dari alasan etika, sumber daya Bumi yang makin menipis, hingga ancaman sosial yang bakal dihadapi si calon bayi
TRIBUNBATAM.id, NEW DELHI - Seorang pria di New Delhi, India, berniat untuk megajukan gugatan hukum yang tidak biasa kepada orangtuanya.
Diwartakan Oddity Central pekan lalu, pria bernama Raphael Samuel itu berniat menuntut sang orangtua karena sudah melahirkannya ke dunia tanpa izinnya.
Samuel merupakan seorang anti-natalitas, orang yang meyakini bahwa melahirkan bayi tanpa meminta izin si calon bayi secara moral adalah perbuatan salah.
Dia menyatakan tidak menentang anak-anak atau kehidupan itu sendiri.
Dia hanya meyakini seseorang harusnya tidak dilahirkan tanpa izin yang bersangkutan.
Karena jika lahir, dia bakal mengalami kesulitan hidup.
• Haru! Pesan Terakhir Vanessa Angel untuk Sang Kekasih Sebelum Mendekam di Penjara
• Ruben Onsu Kecewa Adik Sahabatnya Julia Perez, Della Perez Terseret Kasus Prostitusi Online
• Tahun Baru Imlek 2570 di Vihara Samudra Dharma Sekupang Ramai Dikunjungi Umat Buddha dari Luar Batam
• Pengakuan Avriellya Shaqila soal Prostitusi Online dan Beda Nasib dengan Vanessa Angel
Karena merasa menjadi "korban", Samuel berniat melaporkan orangtuanya ke pengadilan.
Kepada harian setempat The Paper, Samuel menyatakan kepada anak-anak India bahwa mereka tidak berutang apapun kepada orangtua mereka.
Dia mengaku hubungan dengan orangtuanya berlangsung harmonis, dan dia sendiri mengklaim memiliki hidup yang menyenangkan.
"Namun, saya tidak mengerti mengapa saya harus menjalani pergolakan saat sekolah atau berkarir, sementara di sisi lain mereka tidak bertanya mengapa saya harus ada," kata dia.
Pria 27 tahun itu mengelola sebuah laman Facebook berisi pesan seperti "Apakah bukan merupakan pemaksaan jika anak lahir dan memaksa mereka menjalani karir, perbudakan, atau penculikan?".
Atau pesan seperti "orangtua Anda mempunyai Anda, alih-alih punya anjing atau mainan. Anda adalah sumber hiburan mereka".
• BREAKINGNEWS - Vihara Satya Budhi Terbakar saat Umat Sembahyang
• Viral di Medsos! Pengendara Mobil Nyaris Terlibat Baku Hantam dengan Pegawai Dishub, Ini Pemicunya!
• Link Live Streaming ILC TV One 5 Februari 2019 Jam 20.00 WIB, Tema Kasus Ahmad Dhani
• VIDEO DAN LIRIK Lagu Musim Yang Selanjutnya (Tsugi No Season) - JKT48, Populer di YouTube
Dia menegaskan adalah hak setiap orang di India mereka punya pilihan untuk tak punya anak.
Selain itu, dia menyerukan setiap anak untuk bertanya mengapa mereka dilahirkan.
Oddity Central melaporkan meski masih sedikit, pergerakan anti-natalitas berencana membentuk organisasi nasional untuk menyebarkan ajakan hidup tanpa anak.
Argumentasi yang mereka berikan mulai dari alasan etika, sumber daya Bumi yang makin menipis, hingga ancaman sosial yang bakal dihadapi si calon bayi.
Pratima Naik, salah satu pemimpin pergerakan berkata, kelompoknya berkumpul secara sukarela dan menyuarakan ekspresi mereka tanpa kekerasan.
"Kami hanya berusaha memberi pemahaman kepada orang-orang mengapa mempunyai anak di saat ini bukanlah pilihan tepat," tutur Naik.
Anak dijual orangtuanya
Tak ada orangtua yang ingin berpisah dari anak kandungnya sendiri.
Setiap orangtua pasti akan menjaga dan merawat buah hatinya dengan baik selama dalam pengasuhannya.
Namun, tidak demikian halnya dengan orangtua bocah malang ini.
Mereka malah menjual anak kandungnya seharga 120 ribu yuan atau setara dengan Rp 248 juta.
Untungnya, nasib baik menghampiri bocah yang kini berusia 3 tahun itu.
Setelah sempat tinggal dengan orang tak dikenal, ia berhasil berkumpul kembali dengan kakeknya.
Seorang kakek di Provinsi Fujian, China, tak bisa menyembunyikan rasa harunya ketika bisa bertemu kembali dengan cucunya.
Sebab, sang cucu yang berusia tiga tahun itu selama sebulan menjadi milik orang lain setelah orangtuanya memutuskan menjualnya.
Beijing Youth Daily dikutip SCMP memberitakan Jumat (1/2/2019), polisi di kota Jinjiang mengembalikan bocah itu kepada kakeknya pada pekan ini.
Bocah itu awalnya dibesarkan si kakek saat berusia delapan bulan.
Karena suatu keadaan, orangtua anak itu memutuskan membawanya.
Pada Desember 2018, kakek anak itu yang tak disebutkan identitasnya mengunjungi putranya yang dipenjara akibat kasus penyalahgunaan narkoba.
Saat kunjungan itulah, pria itu terkejut karena mengetahui putranya telah menjual cucunya.
Putra kakek tersebut ternyata telah menjual anaknya sejak Januari 2018 kepada sepasang suami istri.
Polisi kemudian melacak bocah itu dan orangtua yang sudah membelinya pada Januari ini.
Dari hasil tes DNA, diketahui hubungan anak itu adalah dengan sang kakek.
"Mengapa anak dan menantu saya sangat kejam?
Saya dan istri siap membesarkan anak mereka jika tak sanggup.
Mengapa mereka tega menjualnya?" keluh si kakek.
Polisi yang menanyai ayah si bocah berujar, pasangan itu sepakat menjual anaknya ke keluarga di Jinjiang seharga 120.000 yuan, atau Rp 248 juta.
Setelah sepakat menjual anak itu pada 17 Januari 2018, pasangan yang kini telah bercerai itu sepakat membagi uangnya.
Masing-masing dari mereka mendapat 60.000 yuan, sekitar Rp 124 juta.
Dalam kunjungan terakhir, kakek itu mengatakan putra dan menantunya bersikeras membawa sang cucu pergi karena mereka adalah orangtuanya.
Sebelumnya, mereka membawa si kecil pergi saat siang, dan berjanji bakal memulangkannya saat malam hari.
Kini, anak dan menantunya menghadapi tuduhan pidana.
Kisah di Jinjiang bukan satu-satunya.
Pada Agustus 2018, seorang ibu ditangkap setelah menjual anaknya seharga 50.000 yuan, atau Rp 103,3 juta.
Media China memberitakan, ibu itu memutuskan menjual anaknya yang baru berumur tujuh bulan karena sudah capek membesarkannya.
Perdagangan anak di Indonesia
Tidak hanya di China, perdagangan anak juga terjadi di Indonesia.
Pada tahun 2016 silam Polres Metro Jakarta Selatan pernah menetapkan empat tersangka kasus perdagangan orang dan perlindungan anak.
Seperti dikutip dari Kompas.com, dari hasil penyidikan, polisi berhasil mengungkap sejumlah orang tua menyewakan dan menjual anaknya sendiri.
Seorang anak kecil biasanya disewakan seharga Rp 200.000 untuk diajak mengemis, mengamen, dan menjadi joki 3-in-1 selama sehari.
Sedangkan untuk penjualan anak, bisa mencapai Rp 25.000.000.
"(Rp 25.000.000) Itu harga yang ditawarkan tadinya untuk kita saat melakukan penyamaran. Tiga kali hampir transaksi tapi gagal," kata Kasat Reskrim Polres Jaksel, AKBP Audie Latuheru di kantornya, Sabtu (26/3/2016).
Audie mengatakan pihaknya telah melakukan penyelidikan selama dua bulan dengan berpura-pura ingin membeli anak dari salah satu orangtua. Biasanya, orangtua dari keluarga tidak mampu di luar daerah, menjual anaknya ke pengemis di Jakarta.
"Yang pasti dia nyiapin anaknya untuk dijual, baru lahir langsung dijual," tuturnya.
Audie menceritakan, saat pihaknya membekuk tersangka dan mengamankan anak-anak yang menjadi korban, anak-anak itu telah didoktrin agar mengaku bahwa para tersangka adalah orangtua kandung mereka.
"Anak itu memang didoktrin untuk mengakui itu orangtuanya. Setelah kita ajak ngobrol, puterin film kartun, ngaku dia itu bukan ibunya," ujarnya.
Audie menambahkan para pengemis pembawa anak kadang sebelum melancarkan aksinya, berdandan terlebih dahulu di sekitar daerah operasi.
Mereka berdandan agar penampilan mereka memancing belas kasihan. Sementara itu, polisi saat ini juga masih mendalami apakah kasus ini merupakan bagian dari sindikat.
"Yang pasti kegiatan rekrut ini tidak dilakukan sendirian. Dia berkawan dengan berapa orang lainnya. Belum tahu bos gedenya," ujar Audie. (*)
