BATAM TERKINI

Guru Honorer Curhat Sambil Menangis, Ini Jawaban Kepala BKPSDM Batam Terkait Status 93 Honorer

Seorang guru perempuan menangis dan menumpahkan unek-uneknya, ketika Kepala BKPSDM Batam menemui perwakilan para guru honorer tersebut.

Penulis: Dewi Haryati |

Karena satu-satunya lembaga tinggi negara yang bisa menetapkan seseorang lulus CPNS dengan syarat lengkap dan tertib administrasi lainnya, adalah di BKN.

Tidak ada kewenangannya di Pemerintah Daerah ataupun di Wali Kota.

"Prinsipnya kami hanya sebagai media mengantarkan format yang kami inginkan.  Ketika dipenuhi BKN, kami terima. Kalau BKN tak keluarkan, kami tak bisa paksa BKN," ujarnya.

Sahir menyarankan mereka mencari tempat pengaduan yang cocok untuk mengadukan nasibnya.

Ia beralasan karena pertemuan hari itu, yang mempertemukan Pemko Batam dan perwakilan guru honorer yang telah lulus CPNS 2013 lalu, tidak ada pihak yang memediasinya.

Menanggapi adanya dugaan penyelewengan dalam pengangkatan CPNS itu, Sahir juga menyarankan agar mereka menempuh jalur sesuai aturan hukum yang berlaku, bisa menggunakan jalur hukum.

Lembaga itu menurutnya, bisa digunakan untuk menuntut hak-hak mereka.

Pasalnya selama 6 tahun ini, Sahir mengaku juga kerap bertemu dengan perwakilan guru honorer yang telah lulus CPNS 2013 lalu, namun selalu tak ada hasil yang menggembirakan.

"Apapun alasan, keluhan, permasalahannya, lebih bisa didengar, dibahas ketika menggunakan jalur sesuai aturan hukum yang berlaku. Ketika lewat BKPSDM, BKN, kegiatan terkait K2 ini sudah tutup 2015 lalu. Jadi tak ada kegiatan berkaitan K2 lagi setelah itu. Sebagai penyelenggara teknis, kami hanya bisa sampai di sini. Ketika berkas diserahkan, tapi NIP-nya tak dikeluarkan, kami tak bisa sampaikan hal-hal di luar itu," kata Sahir. (wie)

Sempat Diancam Saat Akan Demo

Sebelumnya, sejumlah pegawai honorer kota Batam mendatangi kantor Walikota Batam untuk mempertanyakan kejelasan NIP mereka setelah 6 tahun silam dinyatakan lolos seleksi tes CPNS 2013, Senin (18/2/2019).

Aksi mereka kali ini ternyata memiliki risiko tinggi terhadap pekerjaan mereka.

Sebab, sebelum menggelar aksi, mereka sempat menerima ancaman dari pihak sekolah tempat mereka selama ini bekerja dan mengabdi.

"Kalau demo, tak usah sekolah lagi. Apa yang ditakutkan, kalau kami salah?," kata guru honorer, Lina.

Dari penyampaian mereka, jika tetap bersikukuh melakukan aksi, pihak sekolah meminta mereka untuk istirahat di rumah dan tidak perlu mengajar lagi, besok harinya. 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved