Sistem Rudal S-400 Rusia yang Hendak Dikirim ke China Diamuk Badai, Rusak dan Terpaksa Dihancurkan
Amukan badai di Selat Inggris disebut telah merusak sistem rudal S-400 Rusia yang hendak dikirim ke China.
TRIBUNBATAM.id - Amukan badai di Selat Inggris disebut telah merusak sistem rudal S-400 Rusia yang hendak dikirim ke China.
Karena rusak, CEO Rostec Corporation, Sergei Chemezov, rudal-rudal itu terpaksa dihancurkan.
Rusia berjanji akan segera menggantinya.
Menurut laporan BBC pada Selasa (19/2), kapal beserta muatannya yang dihantam badai itu kembali ke Rusia maret tahun lalu.
Jika mengacu pada laporan Sputniknews.com, peristiwa kapal yang membawa sistem rudal S-400 ke China terjadi pada awal 2018 lalu--buka link berikut.
Meski begitu, ada dua kapal lain yang berhasil mencapai China dengan sukses.
• Kisah Byson Kaula, Tiga Kali Selamat dari Eksekusi Hukuman Mati Karena Algojonya Kelelahan
• Kondisi Vanessa Angel Memprihatinkan, Mbah Mijan Terawang Nasibnya di Masa Depan
• Konser Untuk Pertama Kalinya di Jakarta, Girl Band Korea MAMAMOO Ngaku Gugup, Ini Video Greetingnya
• Inilah Daftar Terbaru 10 Orang Terkaya Indonesia Tahun 2019, Intip Siapa Saja Mereka
Kesepakatan tersebut, masih BBC, dilaporkan oleh situs web pemerintah Rusia, Rossiiskaya Gazetta.
Kita tahu, China berada di bawah sanksi AS karena menandatangai perjanjian dengan Rusia untuk membeli S-400 dan senjata lainnya.
Tak hanya China, India dan Turki yang sama halnya.
Seorang kepala industri senjata Rusia, Dmitry Shugayev, mengatakan, Rusia akan menyelesaikan pengiriman S-400 ke China pada akhir 2020.
China mendapatkan dua unit resimen, yang berjumlah sedikitnya 128 rudal.

S-400 merupakan salah satu sistem rudal darat-ke-udara paling canggih di dunia.
Rudal ini punya jangkauan 400 km.
Satu sistem terintegrasi S-400 dapat menembak hingga 80 target secara bersamaan.
Rusia mengatakan dapat menyasar target udara mulai dari drone yang terbang rendah hingg pesawat yang terbang di berbagai ketinggian.
Sistem rudal ini juga bisa menyasar rudal jarak jauh.
• Presiden Jokowi Jenguk Ani Yudhoyono Sakit Kanker Darah di Singapura, Kamis 21 Februari 2019
• Ayah Kandung Cabuli Anak Sendiri Selama 3 Tahun, Maki dan Ancam Pakai Keris Jika Tak Mau Layani
• Tak Hanya Meriah, Pesta Ultah Putri Nia Daniaty Dihiasi dengan Kue Berupa Uang, Intip Foto-fotonya
• Usung Kamera 48 MP, Xiaomi Mi 9 Resmi Diluncurkan, Segini Harga dan Spesifikasi Lengkapnya
Kembali ke sanksi AS.
Sanksi itu diberikan untuk memberikan tekanan pada pemerintah Rusia atas atas pencaplokannya atas Krimea dan intervensi di Ukraina timur pada 2014.
Pada Oktober tahun lalu, India menandatangani kesepatan senilai 5 miliar dolar AS untuk membeli 5 (lima) unit resimen S-400—dengan setidaknya 320 rudal.
Setiap kendaraan peluncur S-400 bisa membawa empat rudal.
Rusia kabarnya telah mengerahkan S-400 untuk melindungi pangkalan udara militernya di Hmeimim di Suriah.
Turk, salah satu anggota NATO, membeli S-400 meskipun ada peringatan dari AS.
AS ingin menjual rudal Patriot, yang dibuat oleh Raytheon Co, ke Turki sebagai gantinya.
AS berpendapat bahwa S-400 tidak kompatibel dengan sistem NATO.
“Kami membuat kesepakatan (soal) S-400 denga Rusia, jadi tidak mungkin bagi kami untuk mundur. Itu sudah selesai,” ujar Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Baik Turki maupun India, meski begitu, hingga saat ini belum mendapatkan sanksi dari AS atas kerja sama tersebut.