BATAM TERKINI

Sehari Hasilkan 1 Ton Sayur, Petani Batam Sedih Kerap Digusur: Kami Dianggap Orang Tak Dibutuhkan

Para petani di sejumlah wilayah di Batam mengaku sedih karena kerap menjadi korban penggusuran oleh pemerintah saat investor masuk.

TRIBUNBATAM.id/IAN PERTANIAN
Sejumlah lahan di Batam disulap menjadi area pertanian orang petani dan ditanami aneka sayuran mulai kangkung, bayam, singkong, jagung dan lainnya. 

"Di sini kadang-kadang yang membuat hasil pertanian dari Batam tidak bisa normal memasok hasil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Yusuf.

Dia berharap ke depan agar pemerintah memperhatikan para petani di Batam.

"Kami yakin kalau kami dibina, minimal dikasih lahan, pasti kebutuhan sayur mayur di Batam bisa tercukupi,"kata Yusuf.

Ngamuk Harga Sayur Anjlok

Sejumlah petani yang ada di kawasan Sidomulyo Tembesi, Batam, Kepulauan Riau memilih membabat habis tanaman sayur mereka sendiri. Hal ini dilakukan mereka karena merasa kecewa dengan harga sayuran yang saat ini sangat anjlok di pasaran.
Sejumlah petani yang ada di kawasan Sidomulyo Tembesi, Batam, Kepulauan Riau memilih membabat habis tanaman sayur mereka sendiri. Hal ini dilakukan mereka karena merasa kecewa dengan harga sayuran yang saat ini sangat anjlok di pasaran. (KOMPAS.com/ HADI MAULANA)

Sebelumnya diberitakan sejumlah petani di Sidomulyo Tembesi, Batam, Kepulauan Riau, memilih membabat habis tanaman sayur mereka sendiri.

Hal ini dilakukan karena mereka kecewa dengan harga sayuran yang saat ini anjlok di pasaran.

Ketua kelompok Tani Tembesi, Yusuf saat ditemui di kebunnya mengaku harga sayuran di pasaran sangat tidak manusiawi.

Keuntungan yang didapat tak sebanding dengan modal produksi yang sudah dikeluarkan.

"Begitu panen harganya anjlok. Gegara saat ini sangat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan selama masa bercocok tanam," kata Yusuf di kebunnya, Selasa (26/2/2019).

Saat ini, kata Yusuf, sayur miliknya dibeli Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per kilogram. Bahkan ada yang tidak laku karena tidak diambil para pedagang.

Yusuf mengatakan, sebenarnya petani sayur di Tembesi tidak ingin membabat tanamannya sendiri.

Namun karena tidak ada solusi dari pemerintah, akhirnya kekecewaan mereka diluapkan dengan membabat seluruh tanaman sayur yang mereka miliki ini.

"Rata-rata sayuran ini berusia 20 hari dan siap panen. Namun karena harganya anjlok, akhirnya kami babat," katanya.

"Makanya tidak ada cara lain untuk meluapkan kekesalan ini. Pembabatan ini kami lakukan juga agar bisa secepatnya melakukan pergantian jenis tanaman yang akan kami tanam untuk menimalisir kerugian yang kami alami," ujarnya.

"Kami juga berharap agar pemerintah kota atau instansi terkait dapat mengontrol harga harga di pasaran sehingga petani tidak terus menerus dirugikan," katanya. (*/ian)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved