HARI INI DALAM SEJARAH
Awal Mula Serangan Umum 1 Maret 1949, Diawali Pertemuan Soeharto dengan Sultan Hamengku Buwono IX
Delapan cocor merah alias pesawat pemburu Mustang P-51 beserta pesawat pengebom Lockheed dan Mitchell mengawali serbuan Belanda atas Yogyakarta
Yang terjadi justru sebaliknya. Pada 1 Maret 1949, dengan menggunakan penanda janur kuning yang dikalungkan di leher, seluruh kekuatan militer melakukan perlawanan di seluruh penjuru Yogyakarta.
Tepat pukul 06.00, terdengar sirine yang dijadikan kode untuk memulai serangan.
Setiap sudut kota dipenuhi dengan gerilyawan yang sebelumnya telah mendapatkan arahan dari Desa Bibis.
Mereka mencoba menguasai pos-pos penting. Selama enam jam, Yogyakarta dikuasai.
Dapur umum menyambut kemenangan sesaat itu dengan dengan membagikan nasi secara cuma-cuma ke berbagai sudut desa di Yogyakarta.
Pabrik Watson, tempat menyimpan senjata juga dijarah.
Walau hanya 6 jam, serangan ini membawa pengaruh untuk memberikan bantuan moril bagi Lambertus Nico Palar sebagai wakil RI dalam debat di Dewan Keamanan PBB.
Selain itu, juga menambah kepercayaan rakyat untuk melawan musuh yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Rumah di Bibis jadi monumen Rumah di Desa Bibis yang dijadikan tempat menyusun perencanaan serangan dijadikan sebagai monumen.
Dilansir dari laman Kemendikbud, rumah berukuran 10x25 meter itu terdiri dari pendopo, pringgitan, rumah belakang, gandhok, dan dapur.
Semua bagian dipertahankan keasliannya.
Selain itu, benda-benda yang dulunya digunakan seperti meja, kursi, peralatan makan, minum, mesin tik juga tersimpan dalam monumen tersebut.
Di sekeliling bangunan, terbentang halaman cukup luas yang mengitari kawasan dengan pepohonan seperti pohon asam jawa, sawo, dan pohon kelapa.
Namun, sampai saat ini, kondisinya kurang terawat dan terbengkalai. Bangunan pameran disebut banyak yang mengalami kerusakan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Desa Bibis dan Cerita Perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949"