Prostitusi Online Berkedok Lowongan Kerja di Batam, Iming-iming Gaji Rp 7,5 Juta per Minggu
Kasus prostitusi online berkedok lowongan pekerjaan terjadi di Batam. Terbaru, seorang pria yang bertempat tinggal di Tanjung Piayu, Posan, menjadi
"Saya cuma mau anda menuruti satu permintaan saya. Shortime (ST). Saya bayar kok, 500 kan," tulis fake account itu.
Melihat ini, Posan hanya berharap agar hal serupa tidak terjadi lagi kepada setiap pencari kerja yang ada di Kota Batam, khususnya para remaja putri.
"Kan kasihan, datang dari kampung jauh-jauh. Gak tahunya ditipu, seperti kasus beberapa waktu lalu yang ditangani Polda Kepri. Semua bermula juga dari tawaran lowongan pekerjaan. Ditengah situasi yang sulit, siapa saja butuh kerja, tapi kan juga gak dengan cara seperti itu," ujar Posan.
Kasus serupa
Seperti yang diberitakan sebelumnya, beberapa waktu lalu, Sabtu (9/2) sore, Polda Kepri melalui Subdit IV Ditreskrimum berhasil mengamankan pelaku praktik prostitusi online di Kota Batam.
Pengungkapan kasus prostitusi online ini berhasil diungkap Ditreskrimsus melalui Subdit V Cybercrime Polda Kepri.
Hal itu disampaikan saat ekspos yang digelar Polda Kepri. Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Pol S. Erlangga yang memimpin ekspos mengatakan, penangkapan ini dilakukan pada 8 Januari 2019 lalu.
"Kita amankan satu tersangka berinisal AA ini. Namun penangkapan ini bukan di Batam, tapi di Karawang, Jabar," kata Kombes Pol S Erlangga, Jumat (15/02/2019).
Dijelaskannya, tersangka ini mengendalikan dari Karawang, dengan sebuah media sosial bernama Wechat.
"Dari medsos itu pelaku membuat 3 akun dengan nama Ms Eve, Miss Eve, dan Shopie. Jadi itu akun yang dibuat tersangka untuk menjajakan prostitusi tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Subdit V Cybercrime AKBP Ike Krisnadian menyampaikan, tersangka ini mematok tarif yang berfariasi.
"Kalau shortime itu dari kisaran Rp 400 sampai Rp 1 juta. Kalau Long time kisaran Rp 1 juta sampai Rp 2,5 juta," ucapnya.
Terkait usia para PSK, Ike mengatakan antara umur 20 sampai 25 tahun.
PSK ini pun bersatus dari wanita singel, janda, dan sudah berkeluarga.
"Kalau setatus bekerja sebagai mahasiswi belum kita dapat. Karena baru 7 wanita yang kita periksa sebagai saksi," ujarnya