Terungkap Postingan Twitter Brenton Tarrant Sebelum Tembaki Jamaah Masjid yang Hendak Solat Jumat

Sebelum melakukan aksi penembakan di masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3/2019), ia memposting serangan teror Bastille Day 2016 di

Editor: Eko Setiawan
ist
Brenton Tarrant (28), pria asal Australia yang disebut sebagai pelaku penembakan brutal di dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). 

Perdana Menteri Australia Scott Morrison membenarkan bahwa seseorang yang ditahan adalah warga negara Australia, yakni Brenton Tarrant.

Brenton Tarrant kini disebut sebagai teroris ekstremis dan kejam.

Postingan foto di akun Twitter Brenton Tarrant menunjukkan seorang korban serangan teror Bastille Day 2016 di Nice.

Menurut Brenton Tarrant sendiri foto itu menggambarkan serangan menjijikkan dan menjadi alasan Brenton Tarrant sendiri untuk “menunjukkan kepada penjajah bahwa tanah kita tidak akan pernah menjadi tanah mereka (Penjajah), tanah air kita adalah milik kita sendiri dan bahwa, selama orang kulit putih masih hidup, mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah kita dan mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah kita dan mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah kita,"

Brenton Tarrant mengungkapkan apabila telah merencanakan serangan dua tahun dan memutuskan untuk bisa menyerang dua masjid di Christchurch tiga bulan lalu.

Dia mengatakan Selandia Baru bukan "pilihan untuk menyerang", tetapi menggambarkan Selandia Baru sebagai "sasaran kaya lingkungan seperti di tempat lain di Barat".

 "Sebuah serangan di Selandia Baru akan memusatkan perhatian pada kebenaran serangan terhadap peradaban kita, bahwa tidak ada tempat, di dunia ini aman, para penyerbu berada di semua tanah kita, bahkan di daerah-daerah terpencil di dunia dan bahwa teh tidak ada tempat lagi yang aman dan bebas dari imigrasi massal. ” ujar Brenton Tarrant.

Ia juga mengklaim dirinya mewakili "jutaan orang Eropa dan bangsa-bangsa etno-nasionalis lainnya", dia berkata "kita harus memastikan keberadaan rakyat kita, dan masa depan untuk anak-anak kulit putih".

Penyerangan dilakukan Brenton Tarrant merupakan serangan itu sebagai tindakan "balas dendam pada penjajah atas ratusan ribu kematian yang disebabkan oleh penjajah asing di tanah Eropa sepanjang sejarah ... untuk perbudakan jutaan orang Eropa yang diambil dari tanah mereka oleh budak Islam ... (dan) untuk ribuan nyawa Eropa yang hilang karena serangan teror di seluruh tanah Eropa."

Dia juga mengatakan itu untuk membalas dendam untuk Ebba Akerlund, anak berusia 11 tahun yang terbunuh dalam serangan teror 2017 di Stockholm.

Ebba Akerlund (11) korban serangan teror di Stokholm (Supplied)
Ia menganggao serangan Stockholm sebagai "peristiwa pertama" yang menginspirasinya untuk melakukan serangan, terutama untuk kematian gadis berusia 11 tahun itu.

“Ebba (sic) kematian di tangan para penjajah, penghinaan atas kematiannya yang kejam dan ketidakmampuan saya untuk menghentikannya menerobos sinisme saya sendiri seperti palu godam. Saya tak bisa lagi abaikan lagi serangan itu," katanya.

Dia mengatakan serangan itu juga terinspirasi oleh perjalanan yang dia lakukan ke Prancis pada 2017.

“Selama bertahun-tahun saya telah mendengar dan membaca invasi Prancis oleh orang-orang non-kulit putih, banyak rumor dan cerita yang saya yakini berlebihan, dibuat untuk mendorong narasi politik.

“Tetapi begitu saya tiba di Prancis, saya menemukan kisah-kisah itu tidak hanya benar, tetapi juga sangat meremehkan. Di setiap kota Prancis, di setiap kota Prancis, para penjajah ada di sana. ”

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved