Jenis Mahar Pernikahan di 7 Daerah di Indonesia

Perempuan dari tujuh daerah ini terkenal memiliki aturan dalam mahar pernikahan

|
instagram/a2_photography_balige
Pernikahan adat Batak. 

TRIBUNBATAM.id - Setiap daerah di Indonesia mempunyai adat dan cara khusus untuk acara pernikahan.

Moment bahagia ini tentu dirayakan dengan cara yang spesial, biasanya disesuaikan dengan adat istiadat masing-masing.

Jadi tidak heran jika mengadakan suatu acara pernikahan, puluhan, ratusan, milyaran, hingga triliunan uang akan keluar untuk acara pernikahan.

Tapi tahukah kamu? perempuan dari tujuh daerah ini memiliki aturan mahar.

Dilansir TribunTravel dari beberapa sumber, berikut ini tujuh daerah yang terkenal dengan maharnya.

Ada 7 Event Budaya dari Berbagai Belahan Dunia Berlangsung Maret 2019, Indonesia di Daerah Bali

Ini 8 Aktris Kelas Atas Korea Selatan Yang Menikah dengan Aktor Papan Atas Juga, Kamu Tahu?

Kemenhub Terbitkan Aturan Baru Ojek Online, Dilarang Berhenti atau Mangkal Sembarangan

Ramyadjie Priambodo Raup Rp 300 Juta dari Bobol 91 ATM, Menyamar Jadi Wanita

1. Suku Bugis

Suku Bugis menggunakan istilah “uang panai” untuk mahar.

Uang panai sebenarnya adalah dana belanja, besarnya menyesuaikan dengan tingkat pendidikan calon istri.

Perempuan dengan pendidikan tinggi akan mendapatkan mahar termahal.

Pernikahan adat suku Bugis sebenarnya menerapkan mahar sedemikian rupa untuk melihat seberapa serius pihak laki-laki.

Alasan Erwin Aksa Dukung Prabowo di Pilpres 2019, Beda Sikap Politik dengan Golkar

Yogi Rahadian Resmi Pemain Baru Persija Jakarta, Pernah Timba Ilmu di Leicester City

Yuk Intip 5 Jenis Makanan Yang Bisa Membantu Meningkatkan Daya Tahan Tubuh, Apa Saja?

Perempuan dengan tingkat pendidikan S1 bisa mendapatkan sampai Rp 100 juta sebagai uang panai.

Hal ini juga sebagai pengharapan agar pihak pria tidak mudah menceraikan istrinya.

Apalagi mengingat betapa sulit persyaratan untuk menikahinya.

2. Aceh

Orang Aceh tidak mengenal mahar berupa uang, bagi mereka mahar biasanya disebut dengan “mayam”.

Mayam sendiri berbentuk emas dengan ukuran tertentu.

Satu mayam berukuran setara degan 3,3 gram emas.

Biasanya pihak laki-laki akan memberikan sebanyak 3 sampai 30 mayam kepada pihak perempuan.

Apabila memberikan yang paling sedikit saja, maka pihak perempuan sudah mendapatkan sekitar 10 gram emas.

3. Sasak, Lombok

Masyarakat Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat menerapkan mahar yang berbeda.

Jumlahnya harus disesuaikan dengan jarak rumah, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

Selain itu, ada skenario yang juga harus dimainkan oleh kedua belah pihak.

Sebelum menikah,pihak pria harus 'menculik' calon istrinya.

Setelah itu, keluarga pria akan datang ke rumah calon mempelai wanita untuk mengatakan bahwa anak mereka ada di rumahnya.

Pada saat ini lah terjadi tawar-menawar mahar.

Mahar tidak berupa uang atau emas, melainkan sapi, kerbau atau beras.

4. Banjar

Orang banjar mengenal mahar dengan istilah “jujuran” yakni berupa uang dan emas, hal ini sekaligus dapat menunjukkan kesungguhan calon suami.

Jujuran menjadi prosesi wajib dan dibicarakan setelah lamaran.

Proses pemberian mahar ini hampir sama dengan seserahan.

Nantinya, keluarga pihak laki-laki datang ke rumah pihak perempuan untuk memberikannya.

5. Nias

Mahar pernikahan di Nias dikenal dengan sebutan Bowo yang artinya hadiah atau pemberian cuma-cuma.

Tapi kenyataannya, pemberiannya nggak terhitung cuma-cuma juga.

Pihak mempelai pria diharuskan mampu memberi mahar berupa 25 ekor babi, sedangkan satu ekor babi saja harganya bisa mencapai Rp 1 juta.

Jadi, paling nggak harus menyiapkan dana sebesar Rp 25 juta untuk mempersunting gadis Nias.

6. Karo

Dalam pernikahan adat Karo ada beberapa tahapan yang harus dilalui pasangan sebelum dan setelah menikah.

Ada tiga tahapan yang ahrus dijalani mulai dari persiapan, hari pesta, dan setelah pernikahan.

Untuk persiapan saja meliputi Sitandan Ras eluarga Pekepar, Mbaba Belo Selambar, dan Nganting Manuk.

Setelah itu, saatnya hari pesta adat, yang meliputi Persadan Tendi.

Lalu, sesudah pesta adat, agendanya meliputi Ngulihi Tudung dan Ertaktak.

Rangkaian adat yang banyak ini sudah pasti mengeluarkan biaya.

7. Batak

Bagi adat Batak, pemberian mahar dari pengantin laki-laki ke pengantin perempuan disesuaikan dengan jenjang pendidikan dari calon pengantin perempuan.

Misalnya si gadis adalah seorang sarjana, maka biaya Sinamot bisa mencapai Rp 50 juta bahkan hingga Rp 80 juta.

Hal ini karena masyarakat Batak percaya bahwa makin tinggi tingkat pendidikan perempuan, maka makin baik pula kualitasnya.

Nah, itu tadi tujuh daerah yang memiliki adat pernikahan dengan mahar yang berbeda caranya.

Bagaimana, di daerahmu ada tidak?

Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Perempuan dari 7 Daerah Ini Terkenal 'Mahal' untuk Dinikahi, Berani Menikahinya?

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved