PEMILU DAN PILPRES 2019
TPS Heboh Saat Waria Nyoblos. Dipanggil Nama Rudi, Yang Maju Justru Stefi
Peristiwa menarik itu terjadi ketika ada seorang waria ikut memilih di TPS tersebut. Waria ini ketika ikut menyoblos viral di media sosial
TRIBUNBATAM.id - Ada beragam kejadian menarik selama Pemilu 2019.
Dari TPS unik hingga kostum menarik yang digunakan para pemilih Pemilu dan Pilpres 2019.
Termasuk peristiwa unik yang terjadi di sebuah TPS di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat ini.
• Quick Count Pilpres 2019 Saiful Mujani: Jokowi 55,33% Prabowo 44,67%, Data Masuk 46%
• Real Count TPS, Pasangan Jokowi-Maruf Amin Menang di TPS BJ Habibie
• Tolak Disuruh Celupkan Jari ke Tinta Pemilu, Pemilih Sabet Petugas KPPS Pakai Pisau
Video waria ini ketika ikut menyoblos menjadi viral di media sosial.
Video itu diunggah oleh akun @Makassar_iinfo di Instagram, Rabu (17/4/2019).
Seperti diketahui bahwa calon pemilih akan mendapatkan undangan untuk mendapat surat suara di TPS.
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) akan tertera nama asli calon pemilih.
Termasuk pria berpenampilan wanita ini.
Di terangkan bahwa waria ini memiliki nama sehari-hari sebagai Stefi.
Tamu undangan TPS pun heboh ketika nama asli waria ini disebut. Waria ini memiliki nama asli yakni Rudi.
Petugas sempat tidak percaya sosok Rudi yang dimaksud. Tetapi pada akhirnya waria ini dapat memilih di TPS tersebut.
Waria itu memilih dengan gayanya yang gemulai atau kemayu.
Peristiwa itu sempat dibuat becandaan oleh rekan waria tersebut.
"Hai Rudi... eh Stefi." terang perekam video tersebut.
"Nama sehari-hari Stefi, pas di panggil oleh panitia TPS dengan nama Rudi di nama KTP nya,"
"Panitia TPS pun kaget dikira bukan dia, ternyata betul..."
"Lokasi di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat."
Cerita Warga Diiming-imingi Uang
Yk (50) membagikan pengalamannya mendapat serangan fajar selama Pemilu 2019 kepada TribunStyle.com.
Yk warga Kiringan, Boyolali mengaku mendapat iming-iming uang untuk memberikan suara pada calon tertentu.
Namun saat ditanya lebih lanjut, ia enggan mengungkap identitas calon legislatif yang dimaksud.
Awalnya, Yk didatangi oleh seorang pria yang memintanya untuk membubuhkan tanda tangan.
"Awalnya datang orang minta tanda tangan, saya nggak curiga saat itu," ucapnya.
Pria tersebut mengatakan jika tanda tangan dibutuhkan hanya sebagai formalitas untuk memperkenalkan seorang calon legislatif DPRD Boyolali.
Karena tidak merasa curiga, Yk dan suami pun membubuhkan tanda tangannya.
Dalam kertas yang disodorkan oleh pria tersebut, Yk melihat banyak tetangga rumah yang juga sudah memberikan tanda tangan.
Seminggu berselang, oknum pria itu kembali datang.
Kali ini ia justru memberikan amplop yang berisi uang.
"Dia datang lagi, bawa amplop diberikan ke saya, katanya karena saya sudah tanda tangan," tuturnya.
Merasa tak sesuai dengan perkataan awal, Yk menolak menerima amplop tersebut.
"Ya saya kaget, lha kok terus dikasih uang? Katanya cuma pengenalan, ini malah dikasih uang."
"Akhirnya saya tolak, saya bilang saya tidak mau terima.
Kalau minta dukungan ya nanti saya doakan saja, tapi kalau dikasih uang terus suruh nyoblos saya nggak mau."
Tak hanya sekali, sebelumnya, Yk juga pernah mendapat kupon sembako murah.
Kupon itu bisa ia tukarkan dengan paket sembako.
Isinya berupa 2 liter minyak goreng, 2 kg gula, dan 1 kg beras.
"Pernah juga dapat kupon sembako, ditukar barang-barang pokok," kata Yk.
Namun sembako itu tidak dibagikan dengan gratis.
Warga yang berniat mengambil diminta membayar dengan harga Rp 10 ribu.
"Kalau sembako itu tidak gratis, kita bayar tapi murah."
Warga yang tinggal berdekatan dengan Yk hampir semua mendapat kupon tersebut.
Banyak juga warga yang antusias menggunakannya dan menukar sesuai dengan ketentuan.
Namun Yk lagi-lagi tak merasa tertarik.
"Saya juga nggak pengin ikut nukar, malas."
Selain karena merasa kurang sreg, Yk malas antre panjang seperti warga lain.
"Itu antrenya panjang banget, pada tergiur sembako murah," pungkasnya.
(Tribunstyle.com/Verlandy Donny Fermansah/Galuh Palupi)