PEMILU DAN PILPRES 2019
Tim Sukses Depresi Karena Terus Ditagih Suara, Padahal Sang Caleg Gagal Adiknya Sendiri
Mursyid (34), seorang tim sukses calon legislatif DPRD Kabupaten Cirebon Jawa Barat depresi karena tak mampu menghasilkan banyak suara untuk calegnya
TRIBUNBATAM.ID, CIREBON - Banyak sekali kisah pilu dan memprihatinkan pada Pemilu dan Pilpres 2019.
Mursyid (34), seorang tim sukses calon legislatif DPRD Kabupaten Cirebon Jawa Barat depresi karena tak mampu menghasilkan banyak suara untuk caleg-nya.
Mursyid pun harus menjalani terapi untuk menghilangkan depresi akibat ditekan oleh caleg yang diusungnya.
• Kaget Teman Kencannya Wanita Transgender, Dokter Ini Memutilasi dan Memasak Bagian Tubuhnya di Oven
• Ngaku Bingung saat Pemilu, Banyak Warga yang Cuma Pilih Partai Bukan Caleg
• Bawaslu Batam: Jika Bermasalah, Kemenangan Caleg Bisa Dibatalkan
Ironisnya, caleg yang membuat Mursyid depresi tak lain adik kandungnya sendiri bernama Khearudin (35).
Mursyid yang tinggal di Desa Penpen, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon mengaku tak kuat karena terus ditagih sang caleg mengenai hasil perolehan suara yang di luar prediksi.
Khaerudin mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Cirebon dengan nomor urut enam dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Dia mewakili daerah pemilihan tujuh yang meliputi enam kecamatan antara lain: Kecamatan Astanajapura, Beber, Greged, Mundu, Sedong dan Susukan Lebak.
“Saya tim sukses ring satu untuk Caleg PAN Nomor 6 Dapil 7, namanya Khaerudin. Dia adik kandung saya,” kata Mursyid kepada sejumlah media.
Dia hanya mendapatkan 567 suara dari jumlah suara yang ditargetkan sebanyak 3000 suara.
Anak kedua dari pasangan Basyir (alm) dan Aminah ini menceritakan, tekanan itu diduga terjadi setelah Kherudin memberikan sejumlah nominal uang dan 3000 butir telur dalam dua buah mobil boks kepada Mursyid.
“Sekarang kalau orang silaturahim enggak ngasih-ngasih kan enggak enak. Udah ngeganggu waktunya, enggak enak kalo enggak ngasih. Saya bilang, ini sih titipan telur dari adik saya, sodakoh aja, doa dan dukungan pilih adik saya ya,” kata Mursyid sepeeti dilansir TribunBatam.id dari Kompas.com, mengingat kata-kata saat dia mengampanyekan adiknya.
• Oppo F11 Pro Edisi Khusus Avengers Meluncur di Indonesia. Dijual Terbatas, Ini Keunggulannya
• Wawancara Eksklusif Mata Najwa, Tanggapan Jokowi Soal Klaim Kemenangan Prabowo jadi Presiden
• Kesal Sering Mati Lampu, Walikota Batam Bakal Panggil Kepala PLN
Mursyid meyakinkan bahwa dirinya sudah kerja keras siang dan malam menyosialisasikan adiknya dari rumah ke rumah.
Dia memberikan satu bungkus paket berisi empat butir telur untuk satu orang pemilih.
Namun, saat proses penghitungan suara, Khaerudin mulai menanyakan perolehan hasil suaranya.
Mursyid berulangkali ditelepon dan ditagih suara yang pernah ditargetkan.
Kenyataannya jauh, suara di Desa Penpen untuk Khaerudin hanya 567 dari 3000 suara yang ditargetkan.
Akhirnya, Mursyid merasa kecewa pada diri sendiri karena tidak dapat memenuhi target.
Dia juga kesal dengan warga yang sudah dia beri sesuatu namun hasilnya tidak sesuai harapan.
Mursyid mengaku hubungan saudara adik kakak pun sempat merenggang karena masalah ini.
Terapi depresi di Padepokan Anti Galau Albushtomi

Pantauan Kompas.com, Mursyid mendatangi Padepokan Anti Galau Albushtomi pada Selasa petang.
Dia langsung berbincang dengan Ustaz Ujang Bushtomi, pemilik padepokan.
Dia menyampaikan apa yang sedang dialaminya hingga berulang kali merasa kecewa terhadap diri sendiri dan mudah marah.
Sekitar pukul 19.30 WIB, Ustaz Ujang Bustomi bersama tim padepokan anti galau membawa Mursyid ke Waduk Setupatok.
Mereka langsung memandikan Mursyid sambil melakukan serangkaian ritual.
Ustaz Ujang Bushtomi menyampaikan, depresi pascapemilu tidak hanya menyerang caleg, melainkan juga tim suksesnya.
Hingga Selasa malam, sudah ada enam caleg dan sepuluh orang tim sukses yang berkunjung ke padepokannya. Ujang menjelaskan, tim sukses caleg yang depresi berasal dari rasa tertekan.
Caleg terus menagih dan meminta pertanggungjawaban perolehan suara yang tidak mencapai target.
Bahkan, tidak sedikit para caleg yang meminta uang dikembalikan karena jumlah perolehan suara kecil.
“ Tim sukses juga mungkin sudah maksimal berkerja, tapi terus ditekan (caleg), bahkan meminta uangnya kembali. Tim sukses itu yang terjadi stres seperti itu,” kata Ujang di lokasi.
Menghadapi tim sukses depresi, Ujang terus melakukan pendekatan.
Dia juga melakukan terapi dan ritual untuk membuat diri tim sukses merasa lebih tenang.
Dia mendorong agar tim sukses dan juga caleg mengikhlaskan apa yang telah dikeluarkan.
“Jika kita sedekahkan, tidak ada iming-iming lain yang diharapkan. Harus ikhlas. Terapi yang dilakukan bertujuan agar semua aura negatif hilang, agar jiwa dan pikiran tenang dan searah,” tutup Ujang.
Penulis : Kontributor Kompas TV Cirebon, Muhamad Syahri Romdhon
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Tim Sukses Caleg Gagal yang Depresi Ditagih Perolehan Suara"