Bom Sri Langka Membuat Damai Negombo Tercabik. Warga Muslim Mengungsi,Takut Aksi Balas Dendam
Ratusan warga Muslim melarikan diri dari Negombo di pantai barat negara itu untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan aksi balas dendam.
TRIBUNBATAM.ID, NEGOMBO - Pasca ledakan bom paskah di Sri Langka yang menewaskan ratusan orang, tak hanya menimbulkan duka bagi para korban.
Suasana di negara itu kini mencekam karena munculnya friksi agama dan ancaman terhadap masyarakat Muslim di negara itu.
Negombo, kota kecil yang terkenal paling toleran di Sri Langka dan mau menampung siapa saja yang datang, kini mulai tercabik oleh aksi teror tanpa kemanusiaan itu.
Setidaknya 359 orang tewas dalam serangkaian ledakan terkoordinasi yang menargetkan gereja dan hotel.
Para pemimpin Gereja percaya, jumlah korban terakhir dari serangan terhadap Gereja St Sebastian di Negombo, Kolombo, bisa mendekati 200 orang, hampir pasti membuat Negombo menjadi wilayah yang paling mematikan dari delapan serangan yang terjadi hampir bersamaan.
• HEBOH! Pria Pemilik Mercedez Keluarkan Ular Cobra di Jalan Raya dan Bikin Macet
• Makan Sayur Sawi Ternyata Baik Buat Mencegah Penyakit Jantung, Ini Sederet Manfaatnya Bagi Kesehatan
• JANGAN LEWATKAN! Ada Pesawat Cessna 152 Parkir di Dataran Engku Putri Batam, Bisa Selfie, Lho!
Para warga muslim di Sri Langka kini dilanda ketakutan karena munculnya ketegangan di antara komunitas masyarakat.
Ratusan warga Muslim melarikan diri dari Negombo yang terletak di pantai barat negara itu untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan aksi balas dendam.
Sejak Rabu, ratusan Muslim Pakistan meninggalkan pelabuhan di utara ibukota, Kolombo.
Mereka berjejal di dalam bis-bis yang diorganisir oleh para pemimpin masyarakat dan polisi untuk menghindari kemarahan warga yang mulai mengeluarkan ancaman balas dendam.
"Orang-orang Sri Lanka setempat telah menyerang rumah-rumah kami," kata Adnan Ali, seorang muslim Pakistan, seperti dilansir Reuters, "Saat ini kami tidak tahu ke mana kami akan pergi."
ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas aksi teror tersebut.
Meskipun ISIS adalah kelompok jihadis dari kalangan Sunni, muslim yang melarikan diri dari Negombo adalah komunitas Ahmadiyah.
Mereka sebelumnya diusir keluar dari Pakistan beberapa tahun lalu setelah aliran mereka dinyatakan ilegal.
Dampak dari serangan Hari Minggu tampaknya akan membuat mereka kembali akan kehilangan tempat tinggal.
Farah Jameel, seorang Ahmadiah Pakistan mengatakan, dia telah diusir dari rumah sewaan oleh pemiliknya.
"Dia berkata 'keluar dari sini dan pergi ke mana pun kamu ingin pergi, tetapi jangan tinggal di sini'," katanya kepada Reuters saat berkumpul di Masjid Ahmadiyah, menunggu bus untuk membawa mereka ke lokasi yang aman.

"Aku tidak punya apa-apa sekarang," katanya.
Terjadinya teror dahsyat di Sri Lanka karena kegagalan mereka mencegah serangan, meskipun ada peringatan berulang kali dari sumber-sumber intelijen India.
Hal ini karena perpecahan pimpinan antara kubu Presiden dan Perdana Menteri sebagai penanggung jawab pemerintahan sehingga kepolisian dan badan-badan intelijen miluter tidak memberitahukan ancaman itu kepada PM Ranil Wickremesinghe.
Diberitakan CNN, Rabu (24/4/2019), sumber itu menuturkan New Delhi setidaknya mengirimkan tiga laporan intelijen berisi peringatan kepada Sri Lanka.
Laporan pertama dikirimkan pada 4 April atau lebih dari dua pekan sebelum serangan.
• Ternyata India 3 Kali Beri Peringatan Sebelum Bom Sri Langka. PM Ranil: Kalau Saja Saya Diberi Tahu
• Dikepung Polisi, Istri Pelaku Bom Sri Lanka Meledakkan Diri dalam Keadaan Hamil
• Indentitas Pelaku Bom Bunuh Diri di Sri Langka Terungkap, Dua Orang Bersaudara dari Keluarga Kaya
Kemudian peringatan kedua dikirimkan sehari sebelum serangan (20/4/2019) dan peringatan ketiga terkirim satu jam sebelum serangan.
"Semua peringatan itu memaparkan bahwa gereja dan hotel menjadi target teroris," papar sumber itu.
Pemerintah Sri Lanka melalui juru bicara Rajitha Seneratne mengatakan, dinas keamanan sebenarnya sudah menerima peringatan yang langsung disebarkan pada 11 April.
Namun PM Ranil Wickremesinghe sama sekali tidak mengetahui adanya laporan itu buntut perselisihan dengan Presiden Maithripala Sirisena.
Wickremesinghe dipecat dari jabatannya pada Oktober 2018, namun dimasukkan kembali setelah Presiden Sirisena ditekan oleh mahkamah agung Sri Lanka.
Meski begitu, Sirisena masih menjauhkan Wickremesinghe dari dewan pemerintahan pada Desember 2018 yang membuatnya tidak bisa menerima informasi apapun dari kabinet, termasuk rahasia soal keamanan negara.
Polisi telah menahan sejumlah orang yang tidak ditentukan yang ditahan di Sri Lanka barat, tempat kerusuhan anti-Muslim pada tahun 2014.
Polisi sendiri mengecilkan ancaman kepada para pengungsi, tetapi mereka tetap dibanjiri oleh ancaman dari penduduk setempat.
Herath BSS Sisila Kumara mengatakan, pihaknya sudah mengirim para muslim Pakistan ke tempat aman yang dirahasiakan untuk melindungi mereka dari aksi balas dendam.
"Semua orang Pakistan telah dikirim ke tempat-tempat aman," katanya. "Hanya mereka mungkin kembali menunggu situasi tenang kembali."
Kota Damai yang Tercabik

Sebagian besar dari 22 juta penduduk di Sri Lanka beragama Budha, tetapi populasi negara pulau Samudra Hindia ini juga didiami termasuk minoritas Muslim, Hindu, dan Kristen.
Sampai sekarang, Negombo terkenal sebagai kota yang paling damai di negara itu.
Kota itu memiliki sejarah panjang melindungi pengungsi, termasuk mereka yang kehilangan tempat tinggal akibat tsunami dahsyat pada 2004.
Ada tanda-tanda beberapa komunitas agama berkumpul bersama setelah kemarahan hari Minggu untuk menghindari ketegangan SARA.
Para biksu Buddha berjubah kirmizi dan merah tua dari sebuah biara membagikan air kepada para pelayat yang berkumpul di bawah terik matahari sore.
"Kita harus berjuang untuk pulih dari kekerasan hari Minggu," kata Pastor Jude Thomas, salah satu dari puluhan imam Katolik yang menghadiri pemakaman hari Rabu.
"Muslim dan Katolik selama ini hidup berdampingan," katanya. "Ini selalu merupakan daerah yang damai, tetapi sekarang ancaman muncul ke permukaan yang tidak dapat kita kendalikan."
