Mencari Ilmu hingga Berdzikir, Simak 4 Amalan Bulan Ramadhan Bagi Perempuan yang Sedang Haid
Jangan sia-siakan bulan Ramadhan yang bertabur pahala. Bagi wanita yang sedang haid, ini 4 amalan bulan Ramadhan yang bisa tetap dilakukan.
TRIBUNBATAM.id - Puasa di bulan Ramadhan merupakan ibadah puasa yang wajib dilakukan oleh setiap umat muslim yang sudah baligh.
Tahun 2019 ini, tanggal 1 Ramadhan 1440 H jatuh pada 6 Mei 2019.
Selain menjalankan Ibadah puasa, banyak pula amalan-amalan lain yang mendatangkan pahala bisa dilaksanakan di bulan Ramadhan.
Ramadan adalah bulan suci penuh berkah, umat muslim lantas berlomba-lomba mengumpulkan pahala dengan memperbanyak Ibadah.
Namun, bagaimana dengan muslim khususnya perempuan yang tidak dapat melaksanakan puasa karena haid?
Setiap bulan wanita akan mengalami siklus haid atau menstruasi, sehingga saat Ramadhan tiba, kaum hawa tidak diperbolehkan berpuasa dan melakukan Ibadah seperti shalat.
Jika dilakukan malah mendatangkan dosa.
Maka ibadah apa yang bisa dilaksanakan seorang muslimah saat dirinya dalam keadaan haid?
• Putu Piring Kue Khas Melayu Saat Puasa Ramadhan Selalu Jadi Incaran, Ternyata Ini Istimewanya
• TIPS Memilih Makanan Takjil Aman dan Bebas Bahan Berbahaya, Begini Pesan BPOM Batam
• Wajib Tahu, Simak 8 Hal yang Bisa Membatalkan Puasa Ramadhan
• Berikut Hal-hal yang Membuat Batal dan Syarat Wajib Puasa Ramadhan 2019
Dalam kitab Taqrib dijelaskan, ada delapan jenis ibadah yang dilarang bagi perempuan yang sedang haid atau nifas, yakni shalat, puasa, membaca Al Qur'an, menyentuh dan membawa mushaf, masuk masjid, thawaf, jima', dan bersenang-senang di sekitar organ kemaluan.
Ulama berbeda pendapat dengan delapan larangan yang dianut mayoritas ulama Syafi’iyah ini. Misalnya, madzhab Maliki secara mutlak membolehkan membaca Al Qur’an, dan madzhab Hanbali membolehkan i’tikaf di masjid.
Bulan Ramadhan menjadi momen melipatgandakan kebaikan.
Perempuan yang sedang haid atau nifas memang mendapat batasan untuk menunaikan ibadah-ibadah tersebut.
Namun, ia bisa melakukan ibadah-ibadah lain yang jumlahnya lebih banyak, dan anjurannya memang jelas dalam dalil-dalil yang bersifat umum.
Berikut amalan-amalan ibadah bagi perempuan yang haid di bulan Ramadhan, Tribunkaltim.co rangkum dari nu.or.id:
1. Mencari Ilmu
Mencari ilmu menjadi pilihan bagus ibadah bagi perempuan yang sedang haid atau nifas, baik dilakukan secara otodidak dengan membaca buku atau kitab, ataupun melalui bimbingan guru dengan mendatangi majelis-majelis ilmu.
Mencari ilmu dalam Islam bersifat wajib (faridlah).
Manfaatnya yang sangat besar bagi diri sendiri dan orang lain membuat kegiatan tersebut masuk kategori ibadah, bahkan setara dengan jihad.
تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ لِلهِ خَشْيَةٌ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ، وَمدَارَسَتَهُ تَسْبِيحٌ، وَالْبَحْثُ عَنْهُ جِهَادٌ
“Belajarlah ilmu, sesungguhnya belajar ilmu kerana Allah adalah suatu bentuk ketakwaan. Mencari ilmu adalah ibadah, menelaahnya adalah tasbih, dan mengkajinya adalah jihad.” (HR Ad-Dailami)
2. Berdzikir
Dzikir adalah perbuatan yang dianjurkan untuk siapa saja dan kapan saja. Dzikir adalah indikasi hidupnya hati.
Rasulullah dalam hadits riwayat Imam Bukhari bersabda: “Perumpamaan antara orang yang dzikir pada Tuhannya dan yang tidak, seperti antara orang yang hidup dan yang mati”.
Jenis dzikir sangat banyak, bisa berupa ucapa tasbih, tahmid, takbir, hauqalah, dan lain sebagainya. Aktif dalam majelis istighotsah, tahlilan, atau forum dzikir lainnya karena itu termasuk bernilai ibadah.
Dalam konteks Ramadhan, umat Islam dianugerahi kesempatan Lailatul Qadar yang disebut Al-Qur’an setara dengan serbu bulan.
Meski banyak ulama yang meyakini momen itu jatuh pada sepuluh terakhir Ramadhan, sejatinya jadwal pastinya hanya Allah yang tahu.
Perempuan haid atau nifas, sebagaimana umat Islam pada umumnya, sangat dianjurkan menfaatkan hari demi hari, detik demi detik, sepanjang bulan suci ini untuk beribadah, termasuk berdzikir.
Sayyidah Aisyah RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul, andaikan aku bertemu Lailatul Qadar, doa apa yang bagus dibaca? Rasul menjawab:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Allâhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annî,’ (Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai orang yang minta ampunan. Karenanya ampunilah aku).” (HR Ibnu Majah)
3. Berdoa
Doa juga menjadi pilihan ibadah yang mudah dan sangat dianjurkan bagi perempuan yang sedang haid atau nifas.
Dalam sebuah hadits doa disebut sebagai mukhkhul ‘ibâdah (otak dari ibadah).
Doa bisa dilafalkan dengan bahasa apa saja, kapan saja, dan oleh siapa saja, termasuk oleh perempuan yang sedang haid atau nifas.
Lebih dari sekadar meminta, doa yang berakar kata dari da‘â-yad‘û-du‘â juga berarti berseru atau memanggil.
Doa mengandung ikhtiar mendekatkan diri kepada Allah.
Berdoa bisa juga disebut bermunajat.
4. Melakukan Kegiatan Sosial
Di samping ibadah-ibadah yang bersifat ritual, umat Islam juga diperintahkan untuk memperbanyak kegiatan positif yang bersifat sosial.
Kegiatan sosial tersebut bisa berupa pergaulan secara baik, donor darah, menanam pohon, memberi makan kaum fakir, memudahkan urusan orang lain, mengajar, menyediakan buka puasa bagi anak-anak jalanan, dan lain sebagainya.
Di bulan suci Ramadhan ibadah bernuansa sosial itu tercermin, misalnya, dalam perintah untuk menyuguhkan buka puasa walaupun hanya sebiji kurma.
Artinya, aktivitas perempuan haid yang menghidangkan sajian berbuka untuk keluarga terhitung ibadah.
Puasa sendiri adalah bentuk latihan seorang hamba untuk merasakan saudara-saudaranya yang sehari-hari didera rasa lapar dan haus karena tak mampu.
Dengan demikian, kegiatan sosial sesungguhnya merupakan ibadah yang memang menjadi jati diri makna puasa itu sendiri.
Selain keempat contoh di atas masih banyak bentuk-bentuk ibadah lain yang bisa dilakukan perempuan yang tengah menstruasi atau nifas.
Aktivitas-aktivitas itu tak hanya yang berelasi khusus dengan Allah tapi juga bisa sekaligus dengan sesama manusia.
Bagaimana dengan membaca Al Qur’an? Seperti disebutkan di atas, ulama berbeda pendapat soal ini.
Dalam madzhab Syafi’i ulama sepakat bahwa perempuan haid atau nifas tidak diperkenankan menyentuh atau membawa mushaf.
Tapi sebagian lain membolehkan membaca Al-Qur’an (tanpa menyentuhnya) dengan niat dzikir, doa, atau mempelajarinya.
Mengenai hal ini I'anatuth Thalibin menjelaskan:
وإن قصد الذكر وحده أو الدعاء أو التبرك أو التحفظ أو أطلق فلا تحرم لأنه عند وجود قرينة لا يكون قرأنا إلا بالقصد ولوبما لا يوجد نظمه فى غير القرأن كسورة الإخلاص
"Apabila ada tujuan berdzikir saja atau berdoa, atau mencari berkah atau menjaga hafalan, atau tanpa tujuan apa pun (selama tidak berniat membaca Al-Qur'an) maka (membaca Al-Qu'an bagi perempuan haid) tidak diharamkan. Kerena ketika dijumpai suatu qarinah, maka yang dibacanya itu bukanlah Al-Qur'an kecuali jika memang dia sengaja berniat membaca Al-Qur'an. Walaupun bacaan itu seseungguhnya adalah bagian dari Al-Qur'an semisal surat al-ikhlas."
Wallâhu a‘lam.
*Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul Haid di Bulan Ramadhan, Ini 4 Amalan yang Bisa Dilakukan Perempuan Agar Tetap Mendapat Pahala