Pelajar SMK Ini Meninggal dalam Aksi Unjuk Rasa. Pengakuan Tantenya Sungguh Memilukan Hati
Pelajar SMK 60 Jakarta ini merupakan satu dari enam korban yang meninggal dalam unjuk rasa yang berujung bentrok di Petamburan, Jakarta Pusat.
Apakah Polri, Komnas HAM. Ini enggak ada," imbuhnya.
Syafri pun meminta pihak berwenang dapat mengungkap penyebab kematian anaknya, sekaligus menuntut agar pelaku dihukum seberat-beratnya.
"Jadi kalau ada yang mau mengungkap, saya bersedia membantu.
Harapannya ya diungkap sampai sejelas-jelasnya siapa yang menyebabkan anak saya sampai seperti itu," katanya.
Dikatakannya, pihak RSCM tidak secara tegas mengatakan Farhan tewas akibat tertembak. Pihak RSCM, lanjut Syafri, hanya berkata bahwa anaknya meninggal dunia secara tidak wajar.
"Cipto sih enggak bilang karena kena peluru, cuma mati tidak wajar katanya.
Tapi itu kelihatan kok bekas tembakan di bawah leher tembus ke belakang. Darahnya aja masih netes," ungkapnya.
Farhan meninggalkan satu istri dan dua anaknya yang masih kecil.
Menurut Syafri, anaknya bekerja serabutan di Jakarta, mulai dari sopir hingga jual kitab-kitab agama.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan pihaknya masih melakukan pengecekan terkait informasi adanya 6 korban tewas akibat kerusuhan di Jakarta sejak Selasa (21/5/2019) malam sampai Selasa (22/5/2019) dini hari.
"Masih dicek seputar itu. Termasuk penyebab tewas dan identitasnya," kata Dedi.
Dedi memastikan aparat kepolisian tidak dibekali peluru tajam dan senjata api saat mengamankan unjuk rasa yang berujung rusuh tersebut.
"Yang perlu disampaikan bahwa aparat keamanan dalam pengamanan unjuk rasa tidak dibekali oleh peluru tajam dan senjata api," kata Dedi.
Dedi menyebutkan, pihaknya sudah menyampaikan jauh-jauh hari bahwa ada pihak ketiga yang akan memanfaatkan situasi aksi unjuk rasa 22 Mei 2019.
"Oleh karenanya masyarakat tidak perlu terprovokasi," kata Dedi.