AKSI 22 MEI 2019
Jadi Target Pembunuhan saat 22 Mei, Berikut Rekam Jejak Wiranto, Luhut, Budi Gunawan & Gories Mere
Jadi Target Pembunuhan saat 22 Mei, Berikut Rekam Jejak Wiranto, Luhut, Budi Gunawan & Gories Mere
Jadi Target Pembunuhan saat 22 Mei, Berikut Rekam Jejak Wiranto, Luhut, Budi Gunawan & Gories Mere
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengungkap empat tokoh nasional yang menjadi target pembunuhan para tersangka kerusuhan aksi 22 Mei.
Empat tokoh itu adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.
Tito Karnavian melanjutkan keempat nama yang jadi target pembunuhan itu diketahui dari pemeriksaan pada enam tersangka yang telah diamankan sebelumnya terkait kerusuhan aksi 21-22 Mei dan kepemilikan senjata api ilegal.
• Siapa 4 Tokoh Nasional yang Jadi Target Pembunuhan saat 22 Mei? Polisi Pastikan Bukan Presiden
• Jadi Pemasok Senjata saat Aksi 22 Mei, Ini Sosok Wanita Berinisial AF yang Ditetapkan Tersangka
• Mantan Prajurit TNI Terlibat Aksi 22 Mei, Moeldoko: Ada Sekelompok Mau Mendompleng Pesta Demokrasi
"Dasar kami sementara ini hanya Berita Acara Pemeriksaan (BAP). BAP itu resmi, pro justicia hasil pemeriksaan pada tersangka yang sudah kami tangkap bukan karena informasi intelijen," ucap Tito.
"Mereka menyampaikan nama, satu adalah betul Pak Wiranto, kedua Pak Luhut Menko Maritim, ketiga KA BIN, keempat Gories Mere. Kelima salah satu pimpinan lembaga survei, saya tidak mau sebutkan ya," tambah Tito lagi.
Jenderal bintang empat tersebuti memastikan pihaknya sudah memberikan pengamanan maksimal terhadap orang-orang yang menjadi target pembunuhan tersebut.
"Yang jelas kami selalu sejak awal, begitu ada informasi selalu berikan pengamanan dan pengawalan pada yang bersangkutan," imbuhnya.
Berikut profile singkat empat tokoh nasional yang menjadi target pembunuhan enam tersangka yang sudah ditangkap Polri:
1. Jenderal (Purn) Wiranto
Wiranto lahir di Yogyakarta pada 4 April 1947 lalu.
Dia adalah tokoh militer Indonesia dan seorang politikus.
Dalam karir militernya, Wiranto pernah menjadi Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) masa jabatan 16 Februari 1998 – 26 Oktober 1999.
Wiranto ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Pangab pada tahun 1998 hingga era Presiden BJ Habibie.
Sebelumnya, Wiranto pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dalam masa jabatan tercepat, yakni selama enam bulan.

Karir militer Wiranto mulai menanjak sejak menjadi ajudan presiden Soeharto pada tahun 1987 hingga 1991.
Setelah itu karir militernya bersinar menjabat Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad dan KSAD hingga Panglima ABRI.
Untuk karir politik, Wiranto memulainya setelah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjabat sebagai Presiden.
Gus Dur memberikan kursi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.
Pada 2004 lalu, Wiranto pernah mencoba menjadi calon presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Salahudin Wahid.
Saat itu Wiranto maju capres setelah memenangkan konvensi capres yang digelar Partai Golkar.
Akan tetapi langkah Wiranto tak segemilang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu berpasangan dengan Jusuf Kalla di Pilpres 2004.
Ia pun mendirikan partai politik bernama Hanura.
Wiranto kembali maju dalam pilpres 2009.
Saat itu sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan calon presiden Jusuf Kalla.
Hasilnya tetap masih belum menghantarkan Wiranto bersama Jusuf Kalla (JK) memenangi Pilpres.
Pada 2014, nama Wiranto kembali mencuat menjadi bakal calon presiden berpasangan dengan bos MNC Group Harry Tanoe.
Sayang, kedua pasangan ini berpisah sebelum Pilpres berlangsung.
Dalam perjalanan waktu, dalam Pilpres 2014, Partai yang dipimpin Wiranto, yakni Hanura mengusung Joko Widodo (Jokowi).
Dukungan itu membawa Wiranto duduk menjadi Menko Polhukam menggantikan Luhut Binsar Panjaitan yang digeser menjadi Menko Bidang Kemaritiman.
2. Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan
Luhut Binsar Panjaitan lahir di Sumatera Utara, 28 September 1947 lalu.
Dia adalah tokoh militer Indonesia dan seorang politikus.
Berdasarkan laman Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan adalah lulusan terbaik dari Akademi Militer Nasional angkatan tahun 1970.
Karier militernya banyak dihabiskan di Kopassus TNI AD.
Di kalangan militer dikenal sebagai Komandan pertama Detasemen 81.

Berbagai medan tempur dan jabatan penting telah disandangnya; Komandan Grup 3 Kopassus, Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif), hingga Komandan Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI Angkatan Darat.
Ketika menjadi perwira menengah, pengalamannya berlatih di unit-unit pasukan khusus terbaik dunia memberinya bekal untuk mendirikan sekaligus menjadi komandan pertama Detasemen 81 (sekarang Sat-81/Gultor) kesatuan baret merah Kopassus, menjadi salah satu pasukan khusus penanggulangan terorisme terbaik di dunia.
Dalam karir pemerintahan, Luhut pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia Untuk Republik Singapura di era krusial awal Reformasi. Saat itu tahun 1999, Presiden BJ Habibie mengangkatnya menjadi menjadi Dubes.
Lalu pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, Luhut ditarik dari Singapura sebelum masa baktinya berakhir.
Gus Dur mempercayakannya sebagai Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia walau dalam periode yang singkat (2000 – 2001).
Presiden di era pemerintahan selanjutnya pun bermaksud untuk mempercayakannya kembali sebagai Menteri, tetapi Luhut menolaknya karena ia menjaga etika terhadap Gus Dur.
Pada tanggal 31 Desember 2014, Luhut dilantik menjadi Kepala Staf Kepresidenan Indonesia yang pertama oleh Presiden Joko Widodo.
Pada tanggal 12 Agustus 2015, Luhut ditetapkan oleh Presiden menjadi Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan sebelum dipindahkan lagi menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada tanggal 27 Juli 2016.
3. Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan
Budi Gunawan, lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 11 Desember 1959
Pernah menjabat sebagai Wakapolri sejak 22 April 2015 hingga 2016.
Sebelumnya, Budi pernah menjabat sebagai orang nomor satu di Lemdikpol menggantikan Komjen Pol Oegroseno yang menjadi Wakapolri.

Pernah menjabat sebagai Ajudan Presiden RI pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri.
Tercatat sebagai jenderal termuda di Polri saat dipromosikan naik pangkat bintang satu atau Brigadir Jenderal (Brigjen) dengan jabatan sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier (Karo Binkar) Mabes Polri.
Kemudian menjabat Kepala Selapa Polri, lembaga yang menginduk pada Lemdikpol selama 2 tahun, lalu kemudian dipromosikan menjadi Kapolda Jambi yang merupakan Polda tipe B.
Dipromosikan naik pangkat bintang dua atau Inspektur Jenderal (Irjen) dengan jabatan sebagai Kepala Divisi Pembinaan Hukum (Kadiv BinKum).
Kemudian dia sempat mutasi dengan jabatan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) lalu dipromosikan menjabat di kewilayahan sebagai Kapolda Bali yang merupakan Polda tipe A.
4. Komisaris Jenderal Pol (Purn) Gories Mere
Gories Mere adalah seorang figur pendiri Satuan Tugas Bom (Satgas Bom) Bareskrim Mabes Polri dan perintis Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri.
Karir Gories terlihat menanjak seiring prestasi yang berhasil ditorehkannya, termasuk sempat menjadi Kasat Serse Umum di Polda Metro, Kapolres Jakarta Timur, Kaditserse Polda Metro Jaya, Wakapolda NTT, Direktur IV/Narkoba Mabes Polri, Kepala Densus 88/AT, Waka Bareskrim Polri, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Mengutip laman IndonesiaSatu.co, disebutkan secara internasional, Gories satu-satunya polisi Indonesia bahkan orang Asia pertama yang pernah menjadi Kepala Asosiasi Lembaga-lembaga Anti Narkotika se-Dunia.
Gories Mere sudah pensiun dari Kepolisian per 1 Desember 2012 lalu.
Sejak Juni 2016, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengangkatnya menjadi Staf Khusus Presiden bidang Intelijen dan Keamanan.
(Tribunnews/Srihandriatmo Malau)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jadi Target Pembunuhan, Berikut Sekelumit Rekam Jejak Wiranto, Luhut, Budi Gunawan, dan Gories Mere