Sempat Trending di Youtube, Inilah Profil Dokter Terawan yang Merawat Istri SBY Ani Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi yang telah mengirim dokter kepresidenan untuk merawat Ibu Ani Yudhoyono

Warta Kota/Cek dan Ricek
dokter Terawan 

Dilansir Grid.ID dari laman warta kota, dr Terawan asal Yogyakarta ini mengaku sudah menerapkan metode mengatasi masalah stroke ini sejak tahun 2005.

"Sudah sekitar 40.000 pasien yang kami tangani," ujarnya.

Bahkan menurutnya, tak banyak komplain dari masyarakat yang ia terima sehingga menjadikan bukti kevalidan metode yang diterapkannya itu.

Setelah itu, ia menemukan metode baru untuk menangani pasien stroke yang disebut dengan terapi çuci otak dan penerapan program DSA (Digital Substraction Angiogram).

Dokter Terawan termasuk dokter yang cerdas karena kemampuannya menyembuhkan penyakit stroke sudah banyak diakui.

04042018_dokter terawan dan idi
04042018_dokter terawan dan idi (Kolase)

3. Sempat menolak menjelaskan metodenya

Dokter Terawan juga sempat menolak menjelaskan di forum ilmiah kepada sesama sejawat kedokteran demi keamanan dan menghindari penyalahgunaan metode cuci otak tersebut.

Ia akhirnya mengungkap cuci otak yang sebenarnya adalah memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah melalui pangkal paha penderita stroke.

Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada penyumbatan pembuluh di area otak.

Selain itu, dengan cara memasukkan cairan Heparin yang bisa memberi efek anti pembekuan darah di pembuluh darah.

Metode pencucian otak atau metode DSA, nama Dokter Terawan kemudian melambung.

Bahkan pernah menangani beberapa tokoh, seperti Wapres Try Sutrisno, mantan kepala BIN Hendroproyono, hingga Dahlan Iskan.

4. Pernah Dipecat IDI

Karena metode cuci otak yang diterapkannya pada pasien penderita stroke, Dokter Terawan pernah menerima sanksi pemecatan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia).

IDI menilai dokter Terawan tidak terbuka dan selalu tak mau memberikan penjelasan di forum ilmiah kepada sesama sejawat kedokteran.

Selain itu, metode DSA tersebut mendapat penolakan dari Prof Dr dr Hasan Machfoed, ketua Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia (Perdossi).

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved