7 Saksi Diperiksa Polisi Termasuk dari Keluarga Terkait Kasus Mutilasi Karoman di Ogan Ilir

"Saat ini, sudah diperiksa tujuh saksi. Baik dari pihak keluarga maupun dari saksi yang ikut mencari korban ketika hilang," ujar Supriadi.

TRIBUNSUMSEL.COM/M ARDIANSYAH
Jenazah Karoman saat tiba di RS Bhayangkara Palembang, Kamis (6/6/2019). 

Sebelumnya, Rusdi, sepupu Karoman (40) yang diduga menjadi korban mutilasi di Ogan Ilir Sumatera Selatan (Sumsel), mendatangi rumah sakit Bhayangkara kota Palembang, Jumat (7/6/2019).

Meskipun belum ada hasil DNA yang menyatakan bahwa jenazah tersebut merupakan Karoman, namun Rusdi dan seluruh keluarganya sudah yakin bahwa itu adalah anggota keluarga mereka.

Seperti diketahui jenazah ditemukan tanpa kepala dan lengan.

"Gimana ya, kami ini tidak ngerti soal urusan seperti ini (mengurus jenazah di rumah sakit), tapi kami sangat yakin kalau itu Karoman. Sudah, itu saja yang kami tahu," ujar Rusdi.

Saat tiba di rumah sakit Bhayangkara, Rusdi yang datang seorang diri tanpa ditemani anggota keluarganya yang lain tampak terlihat kebingungan.

Dia juga mengaku tidak tahu kalau harus membawa istri dan anak kandung korban untuk diambil sampel DNA mereka.

"Saya tahunya, datang kesini ambil jenazahnya dan mau kami makamkan, itu saja,"katanya.

Jenazah Karoman saat tiba di RS Bhayangkara Palembang, Kamis (6/6/2019).
Jenazah Karoman saat tiba di RS Bhayangkara Palembang, Kamis (6/6/2019). (TRIBUNSUMSEL.COM/M ARDIANSYAH)

Adapun yang membuat pihak keluarga yakin bahwa jenazah itu merupakan Karoman karena mereka melihat dari celana yang dikenakan korban.

Serta terdapat ciri-ciri fisik berupa tanda lahir warna hitam di dekat mata kaki sebelah kiri jenazah.

"Selain itu kami yakinnya karena dia (Karoman) hilang. Dari situ kami yakin kalau yang dimutilasi itu dia,"ujarnya.

Saat ditanya lebih dalam, Rusdi mengaku bahwa sepupunya itu sosok yang lugu namun juga pekerja keras.

Menggantungkan hidupnya sehari-hari dari menjadi seorang nelayan, Karoman berusaha mencukupi kebutuhan istri dan lima orang anaknya dari hasil mencari ikan di sungai.

"Bayangkan saja, malam lebaran masih nyari ikan di sungai. Maaf ngomong alasannya apa, kalau tidak karena mereka butuh biaya. Dia (Karoman) itu ke pasar saja tidak pernah. Jadi yang jual hasil tangkapannya, ya anak dan istri dia. Kerja malam cari ikan, siang pulang untuk tidur, malamnya pergi lagi. Setiap hari seperti itu," ungkapnya.

Rusdi sendiri mengaku sangat prihatin akan kejadian nahas yang dialami sepupunya tersebut.

"Dari dia (Karoman) kecil, saya tahu benar. Bagaimana perjuangannya untuk hidup, cari uang. Bahkan saat sudah punya istri dan anak seperti sekarang. Kalau saya boleh ngomong, malang nasib anak itu, kasihan saya," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved