7 Saksi Diperiksa Polisi Termasuk dari Keluarga Terkait Kasus Mutilasi Karoman di Ogan Ilir
"Saat ini, sudah diperiksa tujuh saksi. Baik dari pihak keluarga maupun dari saksi yang ikut mencari korban ketika hilang," ujar Supriadi.
TRIBUNBATAM.id - Kasus mutilasi terhadap korban Karoman, hingga kini masih dalam penyelidikan dari Satreskrim Polres Ogan Ilir.
Hal ini, diungkapkan Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi, Sabtu (8/6/2019).
Menurut Supriadi, saat ini Satreskrim Polres Ogan Ilir dibackup Polda Sumsel masih melakukan penyelidikan untuk dapat mengungkap kasus ini.
Untuk mengumpulkan bukti-bukti tambahan di lokasi kejadian, dimana tempat ditemukan mayat Karoman, penyidik juga sudah menurunkan tim INAFIS, Labfor dan juga K9 untuk mengumpulkan barang bukti.
• Hasil Autopsi Banyak Ditemukan Luka Bekas Senjata Tajam di Tubuh Korban Mutilasi Ogan Ilir
• Bagian Tubuh Masih Hilang, Baju dan Tanda Khusus Buat Keluarga Yakin Jenazah Mutilasi adalah Karoman
• Identitas Korban Mutilasi di Sungai Pinang Ogan Ilir Diketahui, Kepala dan Tangan Belum Ditemukan
• Berciuman dalam Bus, Pasangan Lesbian Ini Dihajar dan Dirampok Sekelompok Remaja
Nantinya, bukti-bukti ini akan digunakan untuk mengungkap kasus mutilasi terhadap Karoman yang ditemukan dalam kondisi tanpa kepala dan kedua tangan.
"Tim masih bekerja untuk mengungkap kasus ini. Kami memohon doa kepada masyarakat, agar kasus ini bisa cepat terungkap dan pelakunya cepat tertangkap," ujarnya.
Keluarga Karoman, korban pembunuhan dan mutilasi kini tengah menunggu waktu penjemputan jenazah keluarga mereka dari Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.
Rencananya, keluarga akan menjemput jenazah pada Senin (10/6/2019).
Namun pihak keluarga saat ini tengah mengupayakan biaya pemulangan jenazah Karoman yang telah diautopsi tersebut.
"Kalau soal dana, kami kendalanya di situ. Kami mau patungan, mungkin saudara-saudara suami saya. Saudara saya juga coba kumpulkan uang untuk jemput jenazah suami saya," kata Mardiah, istri Karoman saat dibincangi TribunSumsel.com di kediamannya di Desa Pinang Mas, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sabtu (8/6/2019).
Maklum, kata Mardiah, keluarga ia dan suaminya merupakan petani berpenghasilan pas-pasan.
Sehingga untuk mengurus biaya pemulangan jenazah yang jumlahmya tidak sedikit, harus melibatkan beberapa kepala keluarga.
"Kali ini petani, kadang nyari ikan. Cari duit Rp 50 ribu sehari, beli beras satu kilo, lauk, jajan sekolah anak, ya terima di situ. Uang hasil kerja habis untuk hati itu, uang untuk besok lain lagi," ucap Mardiah.
"Kalau mau ngurus jemput (jenazah) suami rasanya agak berat. Sekarang sedang diusahakan, mudah-mudahan ada yang mau bantu," imbuhnya.
Hingga saat ini, yang bisa dilakukan keluarga hanyalah mendoakan arwah almarhum dan berharap proses pemulangan dan pemakaman jenazah berjalan lancar.
"Mudah-mudahan saja bisa (memulangkan jenazah) Senin ini," tukas Mardiah sambil sesekali menyapu air mata.
Mardiah, istri Karoman korban mutilasi di Ogan Ilir, hingga kini tak menyangka suaminya meninggal dengan cara sadis dengan kondisi tubuh tidak utuh.
Karoman ditemukan tewas tanpa kepala dan kedua tangan di sebuah rawa di Desa Pinang Mas, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Ogan Ilir (OI) pada Kamis (6/6/2019) pukul 10.00.
Kini jenazah masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumsel, sembari menunggu potongan kepala dan kedua tangan yang masih dicari polisi dan warga desa setempat.
Mardiah sebagai istri sangat terpukul atas kepergian suami tercinta.
Baginya, Karoman merupakan sosok suami yang santun dan tidak pernah menghardik, apalagi berkata kasar.
"Salah apa suami saya? Orang sebaik itu, marah pun tidak pernah. Bentak-bentak tidak pernah. Sangat lembut kalau bicara atau menasihati anak-anak kami," kata Mardiah kepada TribunSumsel.com yang menyambangi kediamannya di Desa Pinang Mas, Sabtu (8/6/2019).
• Pelaku Bentrok Antar Desa di Buton Diciduk, 1 Orang Diringkus Saat Melintas di Depan Apel Pasukan
• Dibajak Remaja Takbiran, Disalahkan Anies hingga Denda 1,2 Juta, Sopir Bus Dapat Sumbangan 10 Juta
• Gegara Charger-nya ponsenya Dicabut, Muclas Curi Sebuah Tas, Ternyata Isinya Senjata Milik Polisi
• Kisah Jenderal TNI yang Berani Gebrak Meja di Rumah Soeharto, Pertemuan Langsung Dibubarkan
Tidak hanya kepada ia dan anak-anak, lanjut Mardiah, suaminya itu juga dikenal baik dan tidak pernah ada masalah dengan tetangga atau siapapun warga desa setempat.
"Kalau panggil orang dari jauh saja dia (Karoman) tidak teriak-teriak. Orangnya sangat lembut, pakai perasaan kalau ngomong. Saya tahu persis karena saya sudah 17 tahun berumah tangga," ucap Mardiah tak kuasa menahan air mata.
Ia mengaku tidak habis pikir ada orang tega menghabisi nyawa suaminya dengan keji.
Apalagi, kini organ tubuh Karoman yakni kepala dan kedua tangan belum ditemukan.
"Apa salah suami saya? Kenapa orang itu (pelaku pembunuh) bisa tega? Saya minta kalau dapat pembunuhnya dihukum mati saja," katanya dengan suara tangis yang makin menjadi-jadi.

Kini Mardiah harus berjuang sendiri menghidupi kelima anaknya yang masih kecil, tanpa diamalkan sang suami yang telah tiada.
"Sekarang saya sendiri yang cari uang dan mendidik anak saya. Mau minta bantuan saudara, kondisi ekonomi kami sama-sama prihatin," kata Mardiah sambil memegangi bingkai foto sang suami.
Sebelumnya, Rusdi, sepupu Karoman (40) yang diduga menjadi korban mutilasi di Ogan Ilir Sumatera Selatan (Sumsel), mendatangi rumah sakit Bhayangkara kota Palembang, Jumat (7/6/2019).
Meskipun belum ada hasil DNA yang menyatakan bahwa jenazah tersebut merupakan Karoman, namun Rusdi dan seluruh keluarganya sudah yakin bahwa itu adalah anggota keluarga mereka.
Seperti diketahui jenazah ditemukan tanpa kepala dan lengan.
"Gimana ya, kami ini tidak ngerti soal urusan seperti ini (mengurus jenazah di rumah sakit), tapi kami sangat yakin kalau itu Karoman. Sudah, itu saja yang kami tahu," ujar Rusdi.
Saat tiba di rumah sakit Bhayangkara, Rusdi yang datang seorang diri tanpa ditemani anggota keluarganya yang lain tampak terlihat kebingungan.
Dia juga mengaku tidak tahu kalau harus membawa istri dan anak kandung korban untuk diambil sampel DNA mereka.
"Saya tahunya, datang kesini ambil jenazahnya dan mau kami makamkan, itu saja,"katanya.

Adapun yang membuat pihak keluarga yakin bahwa jenazah itu merupakan Karoman karena mereka melihat dari celana yang dikenakan korban.
Serta terdapat ciri-ciri fisik berupa tanda lahir warna hitam di dekat mata kaki sebelah kiri jenazah.
"Selain itu kami yakinnya karena dia (Karoman) hilang. Dari situ kami yakin kalau yang dimutilasi itu dia,"ujarnya.
Saat ditanya lebih dalam, Rusdi mengaku bahwa sepupunya itu sosok yang lugu namun juga pekerja keras.
Menggantungkan hidupnya sehari-hari dari menjadi seorang nelayan, Karoman berusaha mencukupi kebutuhan istri dan lima orang anaknya dari hasil mencari ikan di sungai.
"Bayangkan saja, malam lebaran masih nyari ikan di sungai. Maaf ngomong alasannya apa, kalau tidak karena mereka butuh biaya. Dia (Karoman) itu ke pasar saja tidak pernah. Jadi yang jual hasil tangkapannya, ya anak dan istri dia. Kerja malam cari ikan, siang pulang untuk tidur, malamnya pergi lagi. Setiap hari seperti itu," ungkapnya.
Rusdi sendiri mengaku sangat prihatin akan kejadian nahas yang dialami sepupunya tersebut.
"Dari dia (Karoman) kecil, saya tahu benar. Bagaimana perjuangannya untuk hidup, cari uang. Bahkan saat sudah punya istri dan anak seperti sekarang. Kalau saya boleh ngomong, malang nasib anak itu, kasihan saya," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Terkait kondisi istri dan anak Karoman, dikatakan Rusdi, bahwa mereka sudah dalam keadaan yang lebih baik.
"Istrinya sudah lumayan tenang sekarang, dia sudah bisa menerima kenyataan saat ini,"ucapnya
Masih kata Rusdi, apabila jenazah termutilasi tersebut benar merupakan Karoman, maka rencananya pihak keluarga akan segera membawanya ke Dusun Pinang Kabupaten Ogan Ilir untuk dimakamkan.
Karoman meningal secara mengenaskan.
Ia meninggalkan 5 orang anak yang masih kecil, yakni Agus Triadi (15 tahun), Ahmad Komar (11 tahun), Fitrianti (9 tahun), Nurul Usna (5 tahun) dan Miftahul Jannah (2 tahun).
"Suami saya kepala rumah tangga, kami selalu berusaha cari duit Rp 50 ribu sehari untuk menghidupi kelima anak kami," ucap Mardiah, istri almarhum saat diwawancarai Tribun kemarin.
Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul 7 Saksi Sudah Diperiksa Terkait Kasus Mutilasi Karoman, Kepala dan Tangan Belum Ditemukan