Dubes China Xiao Qian Galang Dukungan Indonesia untuk Kembalikan Tatanan Perdagangan Global
Ini tidak hanya membahayakan kepentingan perusahaan dan konsumen China dan Amerika, tetapi juga membahayakan keamanan industri global - Xiao Qian
TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA - Menjelang pertemuan G20 di Osaka, China aktif menggalang dukungan ke berbagai negara, termasuk Indonesia. untuk menggembalikan tatanan perdagangan global.
China sebelumnya menuduh AS menyalahgunakan tarif dan bertindak melawan prinsip pasar bebas dengan melarang berbagai vendor untuk menghentikan dukungan terhadap produksi China.
Satu perusahaan yang langsung terdampak dalam beleid itu adalah Huwaei yang tidak mendapat dukungan sistem operasi Android, Google dan Facebook.
• China Siapkan Serangan Balasan ke AS Setelah Huawei Tak Bisa Whatsapp, Instagram, hingga Facebook
• Jutaan Warga Hong Kong Lawan UU Ekstradisi: Orang China Daratan Mungkin Diam, Tetapi Kami Tidak
• Imbas Perang Dagang AS vs China, Amerika Pantau Mata Uang Malaysia, Singapura, dan Vietnam
Huawei sendiri mengatakan sedang menyiapkan rencana rahasia untuk mengganti Android dalam sistem operasi smartphone mereka.
Saat ini, banyak negara yang mengalami tekanan AS sehingga para diplomat Beijing aktif melakukan lobi terhadap banyak negara.
Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian mengatakan, pihaknya meminta negara-negara Asia Tenggara untuk mendukung kembalinya "tatanan perdagangan global" menjelang pertemuan G20 di Osaka.
“Penyalahgunaan kebijakan tarif AS, dan penggunaan tekanan maksimum, tidak konsisten dengan prinsip-prinsip persaingan pasar dan etika bisnis dasar,” kata Xiao Qian seperti dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post.
"Ini tidak hanya membahayakan kepentingan perusahaan dan konsumen China dan Amerika, tetapi juga membahayakan keamanan industri global, rantai nilai dan pasokan, dan secara serius merusak tatanan perdagangan internasional, dan meningkatkan ketidakpastian di kawasan dan untuk pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia," katanya.
Sejak gagalnya pembicaraan perdagangan dan pengenaan tarif baru pada Bulan Mei lalu, Beijing telah meluncurkan kritik keras terhadap AS melalui para duta besarnya ke negara-negara G20.
Pertamuan tingkat tinggi G20 berlangsung di Osaka, Jepang, 28-29 Juni dan Indonesia termasuk peserta dalam pertemuan tersebut.
Utusan Beijing di London, Liu Xiaoming, menulis untuk surat kabar Evening Standard London pada bulan Mei lalu.
Ia menyiratkan bahwa AS adalah "pembuat onar" nyata dalam ekonomi global untuk menaikkan tarif dan memicu perang perdagangan.
"Adalah penting bahwa komunitas internasional berdiri teguh dan berdiri bersama pada saat yang paling kelam dari proteksionisme untuk mencegah 'perang dagang' yang menjulang dan merangkul fajar ekonomi dan perdagangan dunia," kata Liu.
Di Paris, Duta Besar Zhai Jun menulis sebuah artikel untuk Les Echos yang berjudul "Melindungi multilateralisme membutuhkan keberanian dan resolusi" yang mencaci partai-partai yang tidak disebutkan namanya untuk "membalikkan sejarah" melalui "penindasan unilateral dan tekanan maksimum".
Zhai juga menulis tentang pentingnya mekanisme G20 dalam melindungi multilateralisme dalam dekade setelah krisis keuangan 2008.
Duta Besar Xiao Qian juga menulis artikel di Harian Bisnis Indonesia, untuk meminta negara-negara Asia Tenggara mendukung "tatanan perdagangan global", Senin (11/6/2019.
“Penyalahgunaan kebijakan tarif AS, dan penggunaan tekanan maksimum, tidak konsisten dengan prinsip-prinsip persaingan pasar dan etika bisnis dasar,” kata Xiao Qian.
Trump mengatakan kepada CNBC, Senin, bahwa ia percaya Cina akan membuat kesepakatan dengan AS "karena mereka harus".
Dia mengatakan akan tetap menerapkan sisa tarif impor sebesar US $ 300 miliar dari China yang hingga saat ini belum dibayar seandainya Beijing menolak konferensi tatap muka.
"Saya akan terkejut jika [Xi] tidak pergi (ke Osaka)," kata Trump. "Saya pikir dia akan pergi, saya belum pernah mendengar bahwa dia tidak akan pergi. Kita diharapkan bertemu. Jika ya, itu baik-baik saja dan jika tidak, itu baik-baik saja. Lihatlah, dari sudut pandang kami, kesepakatan terbaik yang dapat kami miliki adalah 25 persen [tarif] pada US $ 600 miliar. ”
Perang dagang AS-China memiliki dampak yang cukup signifikan bagi Indonesia karena bisa mempercepat aliran manufaktur berbasis China ke negara itu.
Pada bulan Januari, wakil presiden Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, Indonesia dapat mengambil manfaat dari investasi yang dipindahkan dari China ke negara-negara Asia Tenggara.
Tetapi Indonesia juga khawatir pemerintahan Trump juga menerapkan tarif bagi Indonesia karena surplus perdagangan Indonesia cukup besar dengan Amerika Serikat.
Pada 2017, pemerintahan Trump memasukkan Indonesia dalam daftar 16 negara untuk menyelidiki ketidakseimbangan perdagangan mereka dengan AS.
Dalam artikelnya, Xiao menjangkau Indonesia dan negara-negara Asean lainnya untuk menentang kebijakan perdagangan AS.
“Tiongkok berharap untuk bekerja dengan Indonesia, ASEAN, dan negara-negara lain di dunia untuk memperdalam kerja sama saling menguntungkan, untuk secara kuat mendukung globalisasi melalui tindakan-tindakan praktis, mempertahankan sistem dan peraturan perdagangan multilateral, dan bersama-sama membangun ekonomi dunia terbuka tingkat tinggi, " katanya.