Kisah Para Wanita Utara yang Kabur dan Jadi Budak Nafsu ke China. Tak Ada Jalan untuk Pulang
Seorang wanita yang melarikan diri dari Korea Utara ke China mengisahkan pengalamannya dijual sebagai budak seks di China sebelum akhirnya kabur
TRIBUNBATAM,ID, BEIJING - Seorang wanita yang melarikan diri dari Korea Utara ke China mengisahkan pengalamannya dijual sebagai budak seks di China sebelum akhirnya berhasil melarikan diri.
Berbeda dengan kasus serupa di banyak negara, wanita Korea Utara yang kabur dari negara itu harus menerima nasibnya karewna tak ada jalan pulang kembali ke negaranya.
Lee, yang namanya sudah diganti mengisahkan, selama lima tahun dirinya dan perempuan lainn disekap di sebuah apartemen kecil di sebelah timur laut China.
Sosok tekong yang dia percayai untuk merencanakan pelarian mereka dari Korut malah menjual kelompok perempuan itu kepada mucikari prostitusi online.
• 1 Bulan, 57 Kasus Asusila Ditangani Satpol PP Tanjungpinang, Dari Remaja, Janda Hingga Imigran Asing
• Nuraisyah Meraung Terpukul Saat Api Berkobar di Pabrik Mancis Binjai, Insiden Itu Tewaskan 30 Orang
• VIDEO Bocah 5 Tahun Bergetar Kemudian Berbaring di Lantai Mal. Dikira Bercanda, Ini yang Terjadi
Dilansir CNN via Daily Mirror Senin (10/6/2019), berdasarkan keterangan Inisiatif Masa Depan Korea (KFI), perempuan Korut kerap diperbudak di sebuah rumah bordil.
Mereka juga dilaporkan dijual untuk menjalani pernikahan paksa, atau dipaksa berbuat tak senonoh di depan webcam di kota satelit dekat dengan perbatasan China-Korut.
Lee menceritakan bagaimana kehidupannya di negara tertutup itu, mereka mempunyai bahan makanan yang cukup. Bahkan gandumnya terpaksa disimpan di garasi.
Namun orangtuanya sangatlah kaku sehinggaq ia kemudian memberontak.
"Saya diharuskan pulang sebelum gelap. Mereka juga tidak mengizinkan saya untuk belajar kedokteran," terang Lee.
Sempat berdebat dengan orangtuanya, Lee pun memutuskan kabur ke China dan bertemu seseorang yang menjanjikan bakal mencarikannya pekerjaan di restoran.
Dia pun bersama delapan perempuan lainnya menyeberangi Sungai Tumen di China.
Namun nyatanya, tidak ada pekerjaan bagi mereka. Janji itu pun adalah jebakan tekong alias broker tersebut.
Ia menjual Lee kepada seorang operator ruang obrolan seks siber sebesar 30.000 yuan atau sekitar Rp 61 juta.

Dia terkejut ketika mengetahui yang sebenarnya.
"Saya merasa dipermalukan. Saya mulai menangis dan meminta untuk pergi. Namun si bos mengatakan dia sudah membayar banyak dan saya mempunyai utang padanyam" katanya.
Dia menuturkan, selama disekap, dia harus melayani mulai dari obrolan biasa saja hingga membuka pakaian dan berpose seksi sesuai dengan permintaan pelanggan.
"Saya merasa sekarat hingga 1.000 kali. Namun saya bahkan tidak bisa bunuh diri karena si pemilik situs obrolan itu mengawasi kami dengan ketat," katanya.
Lee mengungkapkan, dia dan perempuan lainnya hanya diizinkan keluar dari rumah itu enam bulan sekali, namun tetap berada dalam pengawasan.
Pemilik situs obrolan bakal terus berada di samping mereka sehingga mereka bahkan tidak bisa bercengkrama dengan orang lain.
Sinar pembebasannya datang ketika orang asing yang mengobrol dengannya memperkenalkan diri sebagai pendeta berusia 28 tahun dari Korea Selatan (Korsel).
Si pendeta berjanji bakal menyelamatkannya, yang ditepati pada 26 Oktober tahun lalu dalam dalam sebuah operasi gabungan.
Lee dan korban lain dibawa ke Korsel.
Ribuan Wanita Korut Korban Prostitusi
Tapi nasib Lee lebih beruntung dibandingkan ribuan ribuan wanita lainnya yang tidak punya cara untuk kabur.
Mereka seperti terjebak di dalam lembah hitam karena peluang kabur nyaris tertutup.
Meninggalkan Korea Utara sama dengan membuang diri jauh-jauh dari keluarga dan negara.
Jika mereka dideportasi, nasibnya bisa lebih buruk di negara yang tertutup dari mata dunia itu.
Mereka biswa disiksa bahkan dihukum mati dengan tuduhan mengkhianati negara atau tuduhan sebagai mata-mata.
Tidak hanya dirinya, orangtuanya bahkan bisa mendapatkan hukuman akibat perbuatannya tersebut.
Juru bicara pemerintah China menuturkan, negara mereka memerangi aktivitas perdagangan manusia, terutama yang terjadi pada perempuan dan anak-anak.
Namun Michael Glendinning, Direktur KFI yang berbasis di London itu mengatakan upaya Beijing masih belum cukup dalam melindungi anak-anak maupun perempuan Korut di wilayah mereka.
Hasil laporan KFI menyebutkan bahwa ribuan wanita Korut dijual sebagai budak seks di China. Mereka diculik dan dijual sebagai PSK atau dipaksa menikahi pria China.
Organisasi ini mengatakan, nilai perdagangan perempuan ini menghasilkan setidaknya 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun per tahun untuk berbagai kelompok kejahatan.
Para perempuan itu tak bisa berbuat apa-apa karena pilihan lain adalah dipulangkan ke Korea Utara. Ini tentu jauh lebih buruk karena mereka terancam mendapat siksaan bahkan hukuman mati.
"Korban dijual sebagai PSK dengan paling murah dengan harga 30 yuan (Rp 62.000) dan 1.000 yuan (Rp 2 juta) jika di jual sebagai istri," kata penulis laporan, Yoon He-soon.

"Mereka juga dijual ke situs-situs sex untuk diekploitasi oleh para penonton di seluruh dunia secara online," tambah Yoon.
Para perempuan yang berusia antara 12-29 tahun ini diculik dan dijual di China atau diperdagangkan langsung dari Korea Utara.
Banyak di antara mereka pernah dijual lebih dari satu kali dan dipaksa menjalani lebih dari satu bentuk perbudakan seks dalam kurun waktu setahun setelah mereka meninggalkan Korea Utara.
Sebagian besar dari mereka dipekerjakan di rumah-rumah bordil di wilayah timur laut China tempat banyak pekerja migran berdiam.
Para perempuan itu juga dipaksa bekerja di industri seks siber untuk melakukan aksi seksual dan kerap mengalami serangan seksual di depan kamera.
Para pelanggan situs-situs semacam ini sebagian besar diyakini berasal dari Korea Selatan. Perempuan yang dipaksa menikah biasanya dijual di kawasan pedesaan dengan harga mulail 1.000 yuan hingga 50.000 yuan atau sekitar Rp 104 juta.
Setelah dinikahi, para perempuan ini biasanya kerap menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan suaminya.
Organisasi HAM ini mengumpulkan informasi dari sejumlah korban di China dan para penyintas yang hidup di Korea Selatan.
Salah satu korban, hanya disebut bernama Nona Pyon asal kota Chongjin, Korea Utara, membeberkan kisahnya.
"Saya dijual ke sebuah rumah bordil dengan enam perempuan lain asal Korea Utara di sebuah hotel. Kami tak diberi cukup makan dan diperlakukan amat buruk," kata Pyon.
Setelah delapan bulan, lanjut Pyon, separuh dari mereka dijual kembali.
"Saat tiba (di rumah bordil baru) sekujur tubuh lebam. Mucikari kami dipukuli dan ditusuk oleh anggota geng," ujar Pyon.
Korban lain, Kim menuturkan, banyak pria asal Korea Selatan ada di kota Dalian, China.
"Kami menyelipkan kartu iklan di bawah pintu hotel mereka. Kartu itu berisi iklan layanan kami dalam bahasa Korea. Lalu kami dibawa ke bar (oleh mucikari)," papar Kim.
"Perusahaan Korea Selatan menginginkan PSK asal Korea Utara untuk para eksekutifnya. Lewat pelacuran, saya untuk perrtama kali bertemu seorang pria asal Korea Selatan," tambah Kim.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pembelot Korut Ini Kisahkan Pengalaman Dijual Jadi Budak Seks di China"