Militer Iran: Kami Bisa Saja Menembak Jatuh Pesawat AS yang Bawa 35 Prajurit

Bersama dengan pesawat tak berawak AS di wilayah itu juga ada pesawat P-8 Amerika dengan 35 orang di dalamnya. Pesawat itu memasuki wilayah udara kami

US Air Force via Newsweek
RQ-4A Global Hawk. Drone pengintai militer Amerika Serikat yang dikabarkan dijatuhkan oleh Iran pada Rabu (19/6/2019). 

TRIBUNBATAM.ID, TaHERAN - Seorang komandan Garda Revolusi Iran mengatakan bahwa pihaknya menahan diri untuk tidak menembak jatuh sebuah pesawat AS berpenumpang 35 prajurit yang melintas di wilayah mereka.

Iran justru menembak jatuh drone yang beriringan dengan pesawat tersebut.

Hal ini dikatakan Kepala Divisi Dirgantara Garda Revolusi Iran, Amirali Hajizadeh menyusul protes keras AS atas penembakan drone RQ-4 Global Hawk.

Menurut Hajizadeh, selain drone pengintai, sebuah pesawat Boeing P-8 Poseidon milik AS membawa 35 penumpang juga terbang di atas wilayah Iran, pada Kamis (20/6/2019).

Gara-gara Drone, Bandara Changi Singapura Tutup Landasan 10 Jam dan 37 Penerbangan Tertunda

Donald Trump Batalkan Serangan ke Iran di Detik Terakhir

Lion Air Tebar Tiket Harga Super Miring, Tarif Turun Hingga 50 Persen, Yuk, Cek Rutenya Disini!

Namun Iran hanya menembak jatuh drone jenis milik AS dan menahan diri untuk tidak menembak pesawat berpenumpang yang sama-sama melintas waktu itu.

"Bersama dengan pesawat tak berawak AS di wilayah itu juga ada pesawat P-8 Amerika dengan 35 orang di dalamnya. Pesawat itu juga memasuki wilayah udara kami dan kami bisa saja menembak jatuh, tetapi tidak kami lakukan," kata Hajizadeh, dikutip Reuters, Jumat (21/6/2019).

Seperti diberitakan sebelumnya, Iran menembak jatuh drone yang melintas di Selat Hormuz.

Pihak AS menyiapkan serangan ke Iran sebagai reaksi atas penembakan itu, namun dibatalkan oleh Presiden AS Donald Trump di menit terakhir.

Pesawat militer P-8 milik Amerika Serikat

Selain itu, dilansir AFP, Hajizadeh menambahkan, pihaknya telah memberikan dua kali peringatan sebelum menembak jatuh drone pengintai AS di atas Selat Hormuz.

"Dua kali kami mengirim pesan peringatan. Tetapi sayangnya, saat mereka gagal memberikan jawaban dan dan pesawat tidak mengubah arah lintasannya. Kami wajib untuk menembak jatuh," kata dia.

Tidak dijelaskan yang dimaksudkan dengan pesan peringatan dan bagaimana pihak Iran menyampaikannya.

Sementara itu, AS, pada Jumat (21/6/2019), mengatakan bahwa Iran tidak memiliki hak untuk menanggapi upaya diplomasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan kekuatan militer.

"Diplomasi kami tidak memberi Iran hak untuk menanggapinya dengan kekuatan militer," ujar perwakilan khusus AS untuk Iran, Brian Hook kepada wartawan Arab Saudi.

"Iran perlu untuk mempertemukan diplomasi dengan diplomasi, bukan kekuatan militer," tambahnya.

Namun pernyataan itu ditanggapi dingin oleh Kementerian Luar Negeri Iran, yang mengatakan bahwa Iran tidak sedang menanggapi diplomasi AS.

"Iran menanggapi diplomasi dengan diplomasi... perang dengan pertahanan yang kuat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi.

Serangan Dibatalkan Trump Mendadak

Sebelumnya diberitakan, pasukan Garda Revolusi Iran mengumumkan bahwa mereka telah menembak jatuh sebuah drone jenis RQ-4 Global Hawk milik AS yang terbang di atas wilayah udara Iran.

Insiden penembakan jatuh pesawat tak berawak itu semakin meningkatkan ketegangan yang terjadi antara Teheran dengan Washington.

Awalnya, Donald Trump memberi izin kepada pasukannya untuk menyiapkan serangan ke Iran.

Namun, Donald Trump membatalkan serangan ke Iran di detik terakhir, Kamis (20/6/2019) malam.

New York Times yang mengutip sumber seorang pejabat memberitakan, pesawat sudah diperintahkan terbang dan kapal perang telah berada di posisi.

 Dampingi Ahok BTP, Puput Nastiti Devi Makan Pempek di Norwegia, Penampilan Bajunya Jadi Sorotan

 Warga Belah Perut Buaya, Temukan Potongan Tubuh Manusia

 Ayah Bunuh Anak di Singapura, Ashley, Jangan Benci Ayahmu, Pergilah dengan Damai

Dikutip The Guardian Jumat (21/6/2019), militer maupun pejabat diplomatik dilaporkan sudah berkumpul menanti kabar serangan di Gedung Putih Kamis malam (20/6/2019).

Namun berdasarkan penuturan sumber, tidak ada satu rudal pun yang ditembakkan karena presiden 73 tahun itu memutuskan membatalkannya di detik terakhir.

Di antara target yang hendak diserang AS adalah sistem pertahanan rudal dari darat ke udara S-125 Neva/Pechora.

Sistem buatan Uni Soviet yang dikenal juga dengan kode NATO SA-3 Goa.

Senjata itu diyakini yang telah menjatuhkan drone pengintai RQ-4A Global Hawk yang diklaim oleh pasukan Garda Revolusi Iran pada Rabu waktu setempat (19/6/2019).

Teheran membantah dan mengklaim menggunakan sistem peluncur dan radar Khordad, varian dari sistem rudal Raad.

Trump sebelumnya nampak tenang dengan menyatakan drone Global Hawk mereka dijatuhkan oleh seorang perwira Iran yang "bodoh dan merepotkan" tanpa persetujuan pusat.

"Kami tidak mempunyai pria dan perempuan di drone. Itu perbedaan utamanya," kata Trump seraya menuturkan "kalian akan lihat" saat ditanyakan bagaimana responnya.

Penembakan drone yang bisa terbang di ketinggian 60.000 kaki itu menambah panjang ketegangan antara AS dan Iran yang juga memanaskan situasi di Teluk.

Laporan soal perintah Trump itu terjadi setelah Badan Penerbangan Federal AS (FAA) merilis instruksi supaya seluruh pesawat AS dilarang melintasi wilayah udara Iran.

Dalam instruksi daruratnya, FAA meminta seluruh maskapai untuk tidak terbang di Teluk Persia maupun Teluk Oman dikarenakan eskalasi politik dan militer.

FAA menyatakan, meski Iran tidak mungkin menargetkan penerbangan sipil, terdapat kekhawatiran dengan munculnya sennjata anti-pesawat dan jarak jauh.

Perintah itu sebenarnya ditujukan kepada maskapai AS saja. Namun sejak insiden MH17, banyak negara yang berpegang pada peringatan AS, Perancis, Inggris, maupun Jerman.

Ketua House of Representatives dari Partai Demokrat Nancy Pelosi mendesak Trump untuk segera berdiskusi dengan para sekutu untuk menurunkan tensi.

Sementara Pemimpin Mayoritas Senat dari Partai Republik Mitch McConnell mengatakan, pemerintahan Trump bergerak berdasarkan "respon yang dibutuhkan".

Menteri Luar Negeri Iran Mohammed Javad Zarif dan militer AS menawarkan grafik yang menunjukkan jalur penerbangan dan di mana drone itu dijatuhkan.

Zarif menyatakan Iran sudah mengamankan sejumlah bagian dari drone yang ditembak jatuh di perairannya dan drone itu lepas landas dari Uni Emirat Arab.

Sementara peta yang dirilis oleh Komando Sentral AS di Twitter memperlihatkan drone itu jatuh di Selat Hormuz yang merupakan perairan internasional.

Trump menegaskan tidak ingin menciptakan perang di Timur Tengah. "Namun, mereka menembak jatuh drone. Saya tegaskan negara ini tak akan diam saja," katanya.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Iran telah melakukan kesalahan yang "sangat besar", setelah menembak jatuh drone mata-mata milik AS.

"Iran membuat kesalahan yang sangat besar!" tulis Trump dalam akun Twitter miliknya, yang bereaksi atas serangan Iran.

Pasukan Garda Revolusi Iran mengumumkan bahwa mereka telah menembak jatuh sebuah drone jenis RQ-4 Global Hawk milik AS yang terbang di atas wilayah udara Iran.

Komandan Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, mengatkan jika tindakan menembak jatuh drone mata-mata itu sebagai pesan bahwa Iran akan mempertahankan perbatasannya.

"Kami menegaskan tidak ingin berperang tetapi kami siap merespon setiap pernyataan perang," kata Salami. Akan tetapi, AS membantah dan menyebut jika drone yang ditembak jatuh sedang berada di ruang udara internasional di atas Selat Hormuz.

Insiden penembakan jatuh pesawat tak berawak itu semakin meningkatkan ketegangan yang terjadi antara Teheran dengan Washington.

Trump telah berulang kali menyampaikan pihaknya tidak mendukung terjadinya perang dengan Iran kecuali jika untuk menghentikan negara itu dari mendapatkan senjata nuklir.

Namun kritik terhadap pemerintahan Trump mengatakan bahwa kebijakannya yang menjatuhkan tekanan maksimum melalui sanksi ekonomi, pengabaian kesepakatan nuklir, pengerahan pasukan ke Timur Tengah, telah membuat risiko terjadinya perang semakin besar.

Insiden ditembak jatuhnya drone AS tersebut juga terjadi setelah peningkatan ketegangan di kawasan itu akibat serangan terhadap dua kapal tanker di Teluk Oman.

AS menuding Iran berada dibalik serangan yang mengakibatkan sebuah kapal Norwegia dan satu kapal milik perusahaan Jepang mengalami kerusakan, namun Teheran membantah tegas tuduhan tersebut.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Komandan Iran: Kami Bisa Saja Menembak Jatuh Pesawat AS yang Bawa 35 Penumpang"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved