BPS Sebut Orang Miskin Kepri Bertambah 3.100 Orang, Indikatornya dari Kemampuan Beli Rokok dan Beras
Zulkifli mengatakan, bila dilihat data selama periode September 2018 sampai Maret 2019, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik sebanyak 5.748 orang
Penulis: Endra Kaputra | Editor: Thom Limahekin
TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Angka kemiskinan penduduk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) bulan Maret 2019 dengan pengeluaran per kapita per bulan mencapai 128.462 orang, atau bertambah sebanyak 3.100 orang.
Kondisi tersebut disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepri.
Persentase kemiskinan di Kepri ini naik bila dibandingkan dari September 2018 yang hanya sebesar 125.362 orang.
Kepala BPS Kepri Zulkifli mengatakan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2018 sebesar 5,15 persen.
• Mulai Film Star Wars Hingga The Martian Syuting di Gurun Pasir di Yordania
• Pria Ini Koleksi Seragam Pramugari dari Seluruh dunia, Termasuk Garuda Indonesia
• Pemerintah Malaysia Baru Kumpulkan Rp 3,5 Triliun dari Skandal 1MDB. Dimana Puluhan Triliun Lain?
• Kaesang Sindir Garuda Indonesia Soal Imbauan Larangan Mengambil Foto/Video di Dalam Pesawat
"Bila dibandingkan pada Maret 2019 ini mengalami kenaikan hingga 5,33 persen," sebut Zulkifli, Rabu (17/07/2019).
Zulkifli mengatakan, bila dilihat data selama periode September 2018 sampai Maret 2019, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik sebanyak 5.748 orang

"Dari 98.459 orang di September 2018, naik menjadi 104.207 orang sampai Maret 2019 ini," ujar Zulkifli.
Sementara itu, persentase penduduk miskin di perdesaan mengalami penurunan bila dibandingkan September 2018 dengan Maret 2019.
"Kalau pada September 2018 sebesar 11,26 persen. Pada Maret 2019 ini turun menjadi 11,04 persen.
Penurunan itu sebanyak 2.649 orang.
• Pencarian Hari Ke-3, Fiqih Hael Daulay Belum Juga Ditemukan, Ini yang Dilakukan SAR Gabungan
• Pemko Tanjungpinang Lelang Jabatan Sekdako, Begini Sosok Sekdako Menurut Syahrul
• Lihat Terumbu Karang Rusak di Laut Anambas, Susi Pudjiastuti Ancam Nelayan Begini
• Kaesang Sindir Garuda Indonesia Soal Imbauan Larangan Mengambil Foto/Video di Dalam Pesawat
Dari sebanyak 26.903 orang di September 2018, kini turun menjadi 24.254 orang penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2019," sebut Zulkifli.
Dia menyebutkan, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan ialah beras, ke dua rokok kretek filter, serta lainnya.
"Kalau di perkotaan komoditas beras itu sebesar 15,61 persen, dan di perdesaan beras itu 23,48 persen. Sedangkan rokok kretek filter di perkotaan sebesar 8,66 persen, di perdesaan 10,83 persen," sebut Zulkifli.
Sedangkan komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik di garis kemiskinan perkotaan dan perdesaan di antaranya, perumahan, listrik, dan bensin.

"Perumahan di perkotaan sebesar 9,38 persen, pedesaan sebesar 8,18 persen. Untuk listrik di perkotaan sebesar 5,87 persen dan pedesaan 2,98 persen. Bensin di perkotaan sebesar 4,54 persen, dan di perdesaan bensin sebesar 3,74 persen," ucapnya kembali
Dia pun menjelaskan, mengukur kemiskinan tersebut, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur juga dari sisi pengeluaran.
• Sstt, di GIASS 2019 Maxindo akan Launching Renault Duster dan Kwid Terbaru
• Jika Anda Kena Tilang Elektronik, Begini Cara Mengurus Dendanya
• BMKG Beri Peringatan Akan Gelombang Kuat 2,5 Meter di Perairan Anambas, Tumin: Saya Takut Berlayar
• HP ANDROID TERBARU 2019 - Vivo S1 Resmi Diluncurkan, Dibandrol Rp 3 Jutaan
"Makanya dapat dihitung presentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduknya," ujar Zulkifli.
Dia menambahkan, sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan dari data Susenas Maret 2019.
"Sebagai informasi tambahan, kita juga gunakan hasil Survei Paket Komoditas Kebutuhan Dasar (SPKKD).
Dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan makanan," tambah Zulkifli. (TRIBUNBATAM.id/Endra Kaputra)