Meskipun Mayoritas Kongres Sebut Donald Trump Rasis, Namun Tolak Impeachment

Namun, kecaman terhadap Presiden AS Donald Trump tersebut tidak berujung pada impeachment atau pemakzulan karena mayoritas anggota House menolaknya.

KOMPAS.COM
Presiden AS Donald Trump 

TRIBUNBATAM.ID, WASHINGTON – Mayoritas anggota House of Representative atau kongres Amerika Serikat --terutama darui kubu Demokrat-- setuju bahwa pernyataan Donald Trump terhadap empat anggota parlemen wanita sebagai rasis.

Namun, kecaman terhadap Presiden AS Donald Trump tersebut tidak berujung pada impeachment atau pemakzulan karena mayoritas anggota House menolaknya.

Artikel pemakzulan yang diajukan oleh Al Green dari Texas ditolak oleh 332 anggota dewan, termasuk 137 koleganya dari Partai Demokrat yang sebenarnya punya suara mayoritas di parlemen.

Meski ditolak, tercatat sebanyak 95 anggota dewan atau hampir separuh kaukus Partai Demokrat mendukung resolusi ini.

Sidang Voting Rasis Trtump di Kongres Kisruh, Seluruh Demokrat Melawan, 4 Republik Membelot

Donald Trump Kini Lawan Emak-emak. Pernyataan Rasisnya Menyulut Amarah dan Ancaman Impeachment

Ini Dia Profil 4 Emak-emak yang Lawan Donald Trump. Galang Kekuatan Lengserkan Presiden

Angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan. Pada upaya pemakzulan yang juga pernah diusung oleh Al Green pada tahun 2017 hanya didukung oleh 58 anggota.

"Dunia sedang menyaksikan," kata anggota Demokrat John Lewis, pahlawan hak-hak sipil yang dipukuli di Selma pada 1960-an.

“Saya tahu rasisme ketika saya melihatnya. Saya tahu rasisme ketika saya merasakannya. Dan pada tingkat pemerintahan tertinggi tidak ada ruang untuk rasisme, 'katanya.

Usulan pemakzulan ini dipicu oleh tweet berbau rasis Presiden Trump kepada empat anggota kongres dari kalangan minoritas dan keturunan kulit berwarna.

Trump pada tweetnya, Minggu lalu menyatakan bahwa jika tidak keempat emak-emak itu boleh kembali ke negara asal.

Keempat wanita yang semuanya dari Demokrat tersebut adalah Alexandria Ocasio-Cortez (hispanik), Rashida Tlaib (keturunan Palestina), Ilhan Omar (kelahiran Somalia), dan Ayanna Pressley (Afro-Amerika).

Empat anggota kongres dari Partai Demokrat, Alexandria Ocasio-Cortez, Ayanna Pressley, Ilhan Omar dan Rashida Tlaib menggelar jumpa pers, menyerukan impechment terhadap pernyataan rasis Presiden AS Donald Trump
Empat anggota kongres dari Partai Demokrat, Alexandria Ocasio-Cortez, Ayanna Pressley, Ilhan Omar dan Rashida Tlaib menggelar jumpa pers, menyerukan impechment terhadap pernyataan rasis Presiden AS Donald Trump (AP)

Artikel pemakzulan itu diluncurkan Al Green dengan dasar bahwa Trump tidak layak memangku posisi presiden karena telah menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan bermasyarakat warga AS.

Upaya pemakzulan ini adalah yang pertama sejak Partai Demokrat menjadi mayoritas di Kongres setelah unggul dalam pemilu tengah musim pada November 2018 lalu. Keempat anggota tersebut juga terpilih pada Pemilu mid tersebut.

Trump menyambut baik hasil pemungutan suara di DPR itu. "Jelas ini hasil yang sangat mutlak menentang pemakzulan. Ini akhir dari pemakzulan. Mari Partai Demokrat, kita kembali bekerja," ucap Trump kepada wartawan di Greenville, Carolina Utara.

Pernyataan Trump ini membuat berang Demokrat, termasuk Ketua Kongres Nancy Pelosi yang secata langsung menuduh Trump rasis dalam pidatonya, Kamis pagi.

Nancy langsung meminta pemunugatan suara untuk menyikapi pernyataan Trump dan hasilnnya, 135 anggota Demokrat, 5 dari Republik dan satu dari anggota independen setuju menyebut Trump rasis.

Hanya saja, Demokrat bersikap hati-hati terhadap pemakzulan, termasuk Nancy Pelosi dari awal juga menolak pemakzulan terhadap Trump karena tidak ada pelanggaran hukum yang kuat.

Namun, kecaman terhadap Presiden AS Donald Trump tersebut tidak berujung pada impeachment atau pemakzulan karena mayoritas anggota House menolaknya.

Namun, kecaman terhadap Presiden AS Donald Trump tersebut tidak berujung pada impeachment atau pemakzulan karena mayoritas anggota House menolaknya.

Sidang berlangsung panas dan kisruh akibat ucapatn ketua kongres Nancy Pelosi yang secara keras menyebut Trump rasis saat berpidato, Rabu (17/7/2019) pagi atau malam WIB.

Pernyataan Nancy Pelosi itu dikecam keras oleh kubu Republik karena hal itu bertentangan dari tata tertib kongres yang melarang pimpinan kongres menyebut Presiden sebagai rasis.

Nancy Pelosi tidak mau menarik ucapannya dan ia kemudian meninggalkan ruangan sidang sehingga suasana persidangan sempat terhenti selama satu jam.

Kubu Republik mendukung Trump ngotot meminta agar pernyataan itu tidak dimasukkan dalam catatan resolusi yang dihasilkan sidang, namun mayoritas anggota kongres mendukung Pelosi sehingga pernyataannya tetap dicatat.

Hasil voting tersebut, seluruh anggota dari Demokrat yang mayoritas di House memberikan dukungan terhadap Rashida Tlaib dkk yang merasa telah mendapat intimidasi dari Presiden Trump yang meminta mereka "kembali ke negara asal", pada Minggu lalu.

Merasa Diintimidasi

Skuad emak-emak tersebut menyebut Trump sebagai pengganggu terbesar seumur hidup mereka setelah tweet rasisnya.

Empat wanita yang tersinggung dengan serangan rasis Trump itu semuanya berasal dari Demokrat, yakni Alexandria Ocasio-Cortez (keturunan Puerto Rico), Rashda Tlaib (keturunan Palestina), Ilhan Omar (lahir di Somalia) serta Ayanna Pressley (keturunan Afrika-Amerika).

Keempat anggota parlemen adalah warga negara AS. Tiga lahir di Amerika Serikat, sedangkan Omar lahir di Somalia.

"Saya sedang berurusan dengan pelaku intimidasi terbesar yang pernah saya hadapi dalam hidup saya. Kami mencoba melakukan pekerjaan yang harus kita semua lakukan di sini, yang berpusat di sekitar orang-orang di House," kata Tlaib dalam wawancara dengan CBS yang ditayangkan penuh Rabu pagi.

"Ini gangguan," tambah Tlaib. "Ini adalah orang yang benar-benar ingin menjelek-jelekkan, tidak hanya menjelek-jelekkan imigran, tetapi bahkan komunitas kulit berwarna."

Tlaib mengutuk 'normalisasi' pernyataan Trump serta "fakta bahwa itu bertentangan dengan nilai-nilai inti Amerika kami. Bahwa mereka memilihnya daripada negara."

Demokrat yang mayoritas di DPR, mengeluarkan resolusi pada Selasa malam, mengatakan parlemen sangat mengutuk komentar rasis Presiden Donald Trump yang telah melegitimasi dan meningkatkan ketakutan dan kebencian terhadap orang Amerika baru dan orang kulit berwarna.

Serangan Trump dipandang sebagai upaya untuk memecah belah Demokrat, yang memenangkan kendali DPR sejak 2018 dan memiliki kekuatan untuk menggagalkan agenda Trump di legislatif.

Pelosi yang kadang-kadang berseberangan dengan keempat emak-emak ini dengan gigih membela mereka dalam debat melawan Republik loyalis Trump.

"Komentar dari Gedung Putih ini memalukan dan menjijikkan dan komentar ini rasis," kata Pelosi. "Setiap anggota lembaga ini, Demokrat dan Republik, harus bergabung dengan kami dalam mengutuk tweet rasis presiden."

Komentar Pelosi membuat DPR menjadi kisruh selama dua jam setelah Partai Republik berpendapat dia terlalu jauh dalam komentarnya dan melanggar aturan debat.

Pemimpin Partai Republik, Kevin McCarthy, mengkritik Demokrat karena pernyataannya yang mengganggu 'ketertiban dan kesopanan' sidang itu, dengan mengatakan: "Hari ini adalah hari yang akan ditulis oleh para sejarawan."

Beberapa Republikan membela tweet Trump, seperti Tom McClintock dari California, yang mengatakan presiden mengomentari patriotisme wanita kongres, bukan ras mereka.

Uniknya, meskipun mereka mendukung Trump, namun mereka juga mengakui bahwa ucapan Trump sebagai seorang berlebihan sudah keluar dari kesopanan dan penghormatan antarlembaga.

"Saya berharap presiden lebih sopan dalam kata-kata yang kadang-kadang dia gunakan dan saya setuju bahwa nada pernyataannya baru-baru ini tidak perlu provokatif," kata McClintock.

Perwakilan Republik Doug Collins dari Georgia mencoba lebih bijak, mengajak anggota parlemen mengupayakan rekonsiliasi daripada meningkatkan serangan terhadap Trump.

Pemimpin Senat Republik, Mitch McConnell mengatakan kepada wartawan bahwa dia pikir "semua orang harus mengurangi retorika mereka."

"Presiden bukan rasis dan saya pikir nada dari semua ini tidak baik untuk negara, tetapi itu datang dari semua sudut pandang ideologis yang berbeda," kata McConnell.

Lantai House membeku selama lebih dari satu jam ketika anggota parlemen berdebat tentang apa yang harus dilakukan setelah Pelosi memilih walk out setelah pidatonya dipersoalkan.

"Saya tetap pada pendapat saya. Saya bangga atas perhatian yang dipanggil kepadanya karena apa yang dikatakan presiden benar-benar tidak pantas," kata Pelosi kepada wartawan di Capitol, usai anggota DPR mendukungnya.

Suasana riuh di parlemen membuat pimpinan GOP House (istilah untuk Partai Republik) membatalkan pertemuan mereka di Gedung Putih terkait reformasi imigrasi.

Para pemimpin Partai Republik Kevin McCarthy, Steve Scalise, dan Liz Cheney bergerombol dengan anggota parlemen GOP lain untuk memperdebatkan langkah selanjutnya.

Karena kata-katanya dikesampingkan, Pelosi dilarang berbicara selama sisa hari itu --hukuman khas bagi setiap anggota parlemen yang kata-katanya tidak sesuai aturan.

Tetapi DPR kemudian memberikan suara untuk mengizinkan Pelosi berbicara untuk sisa hari itu dengan perbandingan 231:190.

Setelah pertengkaran publik antara kedua belah pihak, anggota parlemen menyelesaikan debat mereka pada resolusi empat halaman yang menyimpulkan Presiden Trump telah 'melegitimasi dan meningkatkan ketakutan dan kebencian terhadap orang Amerika baru dan orang kulit berwarna.'

Judul resolusi itu adalah "Mengecam komentar rasis Presiden Trump yang ditujukan kepada anggota Kongres".

Trump Tuding Demokrat

Sementara Trump sendiri yang sebelumnya mengaku tidak ambil pusing dicap sebagai rasis mulai berkilah dan mengatakan:"Tweet itu BUKAN Rasis," tulis presiden di Twitter Selasa pagi. "Aku tidak memiliki tulang Rasis di tubuhku!"

 Trump juga menyatakan kemarahannya tentang sikap DPR sebagai 'permainan menipu' yang akan menjadi bumerang bagi Demokrat.

“Apa yang disebut suara yang akan diambil adalah permainan Demokrat. Partai Republik seharusnya tidak menunjukkan 'kelemahan' dan jatuh ke dalam perangkap mereka, 'dia memperingatkan di Twitter.

Namun, kecaman rasis terhadap Donald Trump terus meluas, terutama dari kalangan Demokrat.

Calon Presiden dari Partai Demokrat, Kamla Harris juga ikut menyerang Trump dalam wawancara dengan CNN.

Kamala Harris mengatakan Trump sebaiknya kembali ke tempat asalnya dan meninggalkan Gedung Putih karena serangannya terhadap para anggota kongres wanita kulit hitam membuat kantor kepresidenan 'ke posisi terendah dan kotor.

Kamala Harris di CNN

Seperti diberitakan sebelumnya, Donald Trump kembali menuai kontroversi setelah menghungkapkan pernyataan rasis terhadap emak-emak anggota kongres Amerika Serikat.

Empat emak-emak anggota kongres dari kelompok minoritas di Amerika Serikat mendapat semprotan dari Donald Trump untuk kembali ke "negara asalnya".

Serangan awal Donald Trump dilakukan melalui Twitter, Minggu (14/7/2019) kepada Alexandria Ocasio-Cortez, anggota Kongres AS yang secara mengejutkan mengalahkan calon Partai Republik di New York saat pemilu pertengahan tahun lalu.

Kemudian Trump juga menyerang Ilhan Omar (Minnesota), Ayanna Pressley (Massachusetts), serta Rashida Tlaib (Michigan).

Omar adalah satu-satunya anggota parlemen kelahiran asing karena berasal dari Somalia.

Dalam kicauannya di Twitter, Trump menyebut terdapat anggota Kongres AS yang "progresif" karena berasal dari negara yang pemerintahannya dia sebut korup dan hancur lebur.

Trump menyindir para anggota "progresif" itu berusaha untuk memberi tahu AS, negara yang dia anggap terkuat dan terbaik di dunia, tentang bagaimana cara menjalankan pemerintahan.

"Mengapa mereka tidak kembali dan membantu memulihkan tempat yang penuh kejahatan dan rusak tempat mereka berasal, dan datang untuk menunjukkan mereka sudah melakukannya?" kicau Trump.

Tlaib kemudian membalas pernyataan presiden 73 tahun itu.

"Ingin tanggapan dari presiden yang sudah gagal dan yang sepenuhnya melanggar hukum?" sindirnya.

Empat anggota parlemen menuduh presiden mempromosikan agenda nasionalis kulit putih dan bersumpah untuk meminta pertanggungjawabannya.

Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan pernah tunduk pada sosialisme dan menyebut bahwa "orang-orang tertentu membenci negara kita."

Ilhan Omar, yang sering menjadi sasaran serangan twitter Trump, mengatakan: "Kita dapat terus mengaktifkan presiden ini dan melaporkan empedu sampah yang keluar dari mulutnya."

"Atau kita bisa meminta pertanggungjawabannya atas kejahatannya. Sudah waktunya bagi kita untuk berhenti membiarkan presiden ini membuat ejekan dari konstitusi kita. Sudah saatnya bagi kita untuk memakzulkan presiden ini. '

"Ini adalah agenda nasionalis kulit putih," katanya. "Dia sangat ingin membagi negara kita berdasarkan ras, agama, orientasi gender atau status imigrasi. Ini adalah satu-satunya cara dia mencegah solidaritas kita bekerja sama di semua perbedaan kita."

Trump memang sejak awal ditentang oleh kepemimpinannya yang rasis, memaksa membangun tembok di perbatasan Meksiko, meskipun akhirnya gagal karena anggaran tersebut tidak disetujui kongres.

Masalah terburuk di pemerintahan Trump adalah tempat penampungan imigran yang tidak manusiawi sampai sejumlah anak meninggal dunia.

Saat para emak-emak ini berbicara kepada wartawan, Trump memperbarui serangannya terhadap "Demokrat kiri radikal" yang disebut akan melumpuhkan negara itu dengan kejahatan.

Dia juga menuduh mereka berpihak pada organisasi teroris daripada sekutu AS, Israel, dan menyiratkan bahwa mereka tidak mau menghargai kengerian sebenarnya dari serangan 11 September.

Omar, khususnya, telah ditargetkan oleh Trump yang menuduhnya sebagai komunis dan simpatik kepada Al Qaeda.

"Saya tidak akan bermartabat dengan menjawabnya," kata Omar, wanita Muslim pertama yang terpilih untuk Kongres.

Omar juga kerap menyerang sekutu AS, Israel. 

Omar menuduh Trump melakukan serangan pribadi kepada anggota parlemen karena 'dia tidak tahu bagaimana mempertahankan kebijakannya.

“Jadi yang dia lakukan adalah menyerang kita secara pribadi. Dan ini adalah tentang semua ini. Dia tidak bisa melihat wajah seorang anak dan dia tidak bisa melihat semua wajah orang Amerika dan membenarkan saat negara ini melemparkan mereka ke dalam kandang."

"Jadi sebagai gantinya, dia memberi tahu kita bahwa aku harus kembali ke wilayah besar bronx dan membuatnya lebih baik dan itulah yang harus aku lakukan di sini."

Trump kembali menyerang bahwa mereka hanya empat orang.

"Kami lebih dari empat orang," kata Pressley. “Pasukan kami besar. Pasukan kami mencakup siapa pun yang berkomitmen untuk membangun dunia yang lebih adil dan adil."

Dia menambahkan: "Mengingat ukuran pasukan ini dan bangsa yang besar ini, kita tidak bisa, kita tidak akan dibungkam."

Sebelum anggota parlemen memulai konferensi pers mereka di Capitol Hill, presiden turun ke Twitter untuk mendapatkan serangkaian pukulan terakhir --menuduh mereka sebagai 'anti-Israel, pro Al-Qaeda' dan menginginkan 'negara komunis.'

Trump melemparkan tuduhan komunis, rasis dan pendukung Algaqeda, namun tidak menyebut nama.

"Saya tidak menyebutkan - saya tidak menyebutkan nama. Dan saya tidak melakukan itu," katanya kepada Daily Mail.

Hanya saja, sebuah tulisan tangan di teks pidatonya tertangkap kamera, menunjukkan istilah-istilah terhadap empat perempuan itu.

Trump dalam catatan itu merujuk kebangsaan Omar sebagai anti-Semit.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved