Sidang Voting 'Rasis Trump' di Kongres Kisruh, Seluruh Demokrat Melawan, 4 Republik Membelot
Seluruh anggota kongres dari Partai Demokrat mendukung sepenuhnya "skuad" emak-emak yang melawan Trump, sementara empat anggota Republik membelot
TRIBUNBATAM.ID, WASHINGTON DC - Kongres Amerika Serikat atau House of Representative menggelar voting untuk menyikapi pernyataan berbau rasis Donald Trump terhadap empat emak-emak anggota kongres.
Dari voting tersebut, seluruh anggota kongres dari Partai Demokrat mendukung sepenuhnya "skuad" emak-emak yang melawan Trump, sementara empat anggota kongres dari Partai Republik membelot melawan Donald Trump.
Sidang berlangsung panas dan kisruh akibat ucapatn ketua kongres Nancy Pelosi yang secara keras menyebut Trump rasis saat berpidato, Rabu (17/7/2019) pagi atau malam WIB.
Pernyataan Nancy Pelosi itu dikecam keras oleh kubu Republik karena hal itu bertentangan dari tata tertib kongres yang melarang pimpinan kongres menyebut Presiden sebagai rasis.
• Donald Trump Kini Lawan Emak-emak. Pernyataan Rasisnya Menyulut Amarah dan Ancaman Impeachment
• Ini Dia Profil 4 Emak-emak yang Lawan Donald Trump. Galang Kekuatan Lengserkan Presiden
• Bentrokan Berdarah di Mesuji, Kelompok Massa Register 45 Saling Serang, 4 Orang Tewas
Nancy Pelosi tidak mau menarik ucapannya dan ia kemudian meninggalkan ruangan sidang sehingga suasana persidangan sempat terhenti selama satu jam.
Kubu Republik mendukung Trump ngotot meminta agar pernyataan itu tidak dimasukkan dalam catatan resolusi yang dihasilkan sidang, namun mayoritas anggota kongres mendukung Pelosi sehingga pernyataannya tetap dicatat.
Hasil voting tersebut, seluruh anggota dari Demokrat yang mayoritas di House memberikan dukungan terhadap Rashida Tlaib dkk yang merasa telah mendapat intimidasi dari Presiden Trump yang meminta mereka "kembali ke negara asal", pada Minggu lalu.

Skuad emak-emak tersebut menyebut Trump sebagai pengganggu terbesar seumur hidup mereka setelah tweet rasisnya.
Empat wanita yang tersinggung dengan serangan rasis Trump itu semuanya berasal dari Demokrat, yakni Alexandria Ocasio-Cortez (keturunan Puerto Rico), Rashda Tlaib (keturunan Palestina), Ilhan Omar (lahir di Somalia) serta Ayanna Pressley (keturunan Afrika-Amerika).
Keempat anggota parlemen adalah warga negara AS. Tiga lahir di Amerika Serikat, sedangkan Omar lahir di Somalia.
"Saya sedang berurusan dengan pelaku intimidasi terbesar yang pernah saya hadapi dalam hidup saya. Kami mencoba melakukan pekerjaan yang harus kita semua lakukan di sini, yang berpusat di sekitar orang-orang di House," kata Tlaib dalam wawancara dengan CBS yang ditayangkan penuh Rabu pagi.
"Ini gangguan," tambah Tlaib. "Ini adalah orang yang benar-benar ingin menjelek-jelekkan, tidak hanya menjelek-jelekkan imigran, tetapi bahkan komunitas kulit berwarna."
Tlaib mengutuk 'normalisasi' pernyataan Trump serta "fakta bahwa itu bertentangan dengan nilai-nilai inti Amerika kami. Bahwa mereka memilihnya daripada negara."
Sementara itu, Trump bereaksi terhadap suara DPR yang mengutuk tweetnya dan menuduh bahwa semua ini adalah skenario Demokrat untuk menjatuhkannya.
"Senang sekali melihat betapa bersatunya Partai Republik dalam pemungutan suara hari ini, mengenai pernyataan yang saya buat tentang empat wanita Kongres Demokrat," tweeted Trump pada Selasa malam.
"Pemungutan suara Partai Republik adalah 187-4. Wow! Juga, ini adalah pertama kalinya sejak tahun 1984 bahwa Ketua DPR dikesampingkan dari Orde dan melanggar Aturan DPR. Cukup sehari!" Trump melanjutkan serangannya.
Meskipun demikian, hasil pemungutan suara tersebut, 240 mendukung skuad emak-emak, dengan 187 mendukung Trump.
Empat anggota Partai Republik dan Justin Amash, anggota parlemen dari Partai Republik yang kemudian menjadi anggota Independen, memilih bergabung dengan Demokrat untuk mengutuk Presiden dan enam lainnya abstein.
Demokrat yang mayoritas di DPR, mengeluarkan resolusi pada Selasa malam, mengatakan parlemen sangat mengutuk komentar rasis Presiden Donald Trump yang telah melegitimasi dan meningkatkan ketakutan dan kebencian terhadap orang Amerika baru dan orang kulit berwarna.
Serangan Trump dipandang sebagai upaya untuk memecah belah Demokrat, yang memenangkan kendali DPR sejak 2018 dan memiliki kekuatan untuk menggagalkan agenda Trump di legislatif.
Pelosi yang kadang-kadang berseberangan dengan keempat emak-emak ini dengan gigih membela mereka dalam debat.
"Komentar dari Gedung Putih ini memalukan dan menjijikkan dan komentar ini rasis," kata Pelosi. "Setiap anggota lembaga ini, Demokrat dan Republik, harus bergabung dengan kami dalam mengutuk tweet rasis presiden."
Komentar Pelosi membuat DPR menjadi kisruh selama dua jam setelah Partai Republik berpendapat dia terlalu jauh dalam komentarnya dan melanggar aturan debat.
Pemimpin Partai Republik, Kevin McCarthy, mengkritik Demokrat karena pernyataannya yang mengganggu 'ketertiban dan kesopanan' sidang itu, dengan mengatakan: "Hari ini adalah hari yang akan ditulis oleh para sejarawan."
Beberapa Republikan membela tweet Trump, seperti Tom McClintock dari California, yang mengatakan presiden mengomentari patriotisme wanita kongres, bukan ras mereka.
Uniknya, meskipun mereka mendukung Trump, namun mereka juga mengakui bahwa ucapan Trump sebagai seorang berlebihan sudah keluar dari kesopanan dan penghormatan antarlembaga.
"Saya berharap presiden lebih sopan dalam kata-kata yang kadang-kadang dia gunakan dan saya setuju bahwa nada pernyataannya baru-baru ini tidak perlu provokatif," kata McClintock.
Perwakilan Republik Doug Collins dari Georgia mencoba lebih bijak, mengajak anggota parlemen mengupayakan rekonsiliasi daripada meningkatkan serangan terhadap Trump.
Pemimpin Senat Republik, Mitch McConnell mengatakan kepada wartawan bahwa dia pikir "semua orang harus mengurangi retorika mereka."
"Presiden bukan rasis dan saya pikir nada dari semua ini tidak baik untuk negara, tetapi itu datang dari semua sudut pandang ideologis yang berbeda," kata McConnell.
Lantai House membeku selama lebih dari satu jam ketika anggota parlemen berdebat tentang apa yang harus dilakukan setelah Pelosi memilih walk out setelah pidatonya dipersoalkan.
"Saya tetap pada pendapat saya. Saya bangga atas perhatian yang dipanggil kepadanya karena apa yang dikatakan presiden benar-benar tidak pantas," kata Pelosi kepada wartawan di Capitol, usai anggota DPR mendukungnya.
Segera setelah pemungutan suara selesai, anggota Demokrat Al Green menyampaikan sejumlah artikel tentang pemakzulan Donald Trump ke depan sidang.
Green mengatakan Trump telah menunjukkan bahwa ia tidak layak menjadi presiden dan telah mengkhianati kepercayaannya sebagai presiden Amerika Serikat.
Namun pejabat DPR mengatakan bahwa resolusi untuk itu akan dilakukan pada waktu yang tepat dan kepemimpinan Demokrat akan menunda mengagendakan masalah ini.
Green juga mencoba untuk memaksakan pemungutan suara pada pemakzulan Trump pada tahun 2017 tetapi hanya 58 Demokrat mendukung langkahnya.
"Dunia sedang menyaksikan," kata anggota Demokrat John Lewis, pahlawan hak-hak sipil yang dipukuli di Selma pada 1960-an.
“Saya tahu rasisme ketika saya melihatnya. Saya tahu rasisme ketika saya merasakannya. Dan pada tingkat pemerintahan tertinggi tidak ada ruang untuk rasisme, 'katanya.
Suasana riuh di parlemen membuat pimpinan GOP House (istilah untuk Partai Republik) membatalkan pertemuan mereka di Gedung Putih terkait reformasi imigrasi.
Para pemimpin Partai Republik Kevin McCarthy, Steve Scalise, dan Liz Cheney bergerombol dengan anggota parlemen GOP lain untuk memperdebatkan langkah selanjutnya.
Karena kata-katanya dikesampingkan, Pelosi dilarang berbicara selama sisa hari itu --hukuman khas bagi setiap anggota parlemen yang kata-katanya tidak sesuai aturan.
Tetapi DPR kemudian memberikan suara untuk mengizinkan Pelosi berbicara untuk sisa hari itu dengan perbandingan 231:190.
Setelah pertengkaran publik antara kedua belah pihak, anggota parlemen menyelesaikan debat mereka pada resolusi empat halaman yang menyimpulkan Presiden Trump telah 'melegitimasi dan meningkatkan ketakutan dan kebencian terhadap orang Amerika baru dan orang kulit berwarna.'
Judul resolusi itu adalah "Mengecam komentar rasis Presiden Trump yang ditujukan kepada anggota Kongres".
Trump Tuding Demokrat
Sementara Trump sendiri yang sebelumnya mengaku tidak ambil pusing dicap sebagai rasis mulai berkilah dan mengatakan:"Tweet itu BUKAN Rasis," tulis presiden di Twitter Selasa pagi. "Aku tidak memiliki tulang Rasis di tubuhku!"
Trump juga menyatakan kemarahannya tentang sikap DPR sebagai 'permainan menipu' yang akan menjadi bumerang bagi Demokrat.
“Apa yang disebut suara yang akan diambil adalah permainan Demokrat. Partai Republik seharusnya tidak menunjukkan 'kelemahan' dan jatuh ke dalam perangkap mereka, 'dia memperingatkan di Twitter.
Namun, kecaman rasis terhadap Donald Trump terus meluas, terutama dari kalangan Demokrat.
Calon Presiden dari Partai Demokrat, Kamla Harris juga ikut menyerang Trump dalam wawancara dengan CNN.
Kamala Harris mengatakan Trump sebaiknya kembali ke tempat asalnya dan meninggalkan Gedung Putih karena serangannya terhadap para anggota kongres wanita kulit hitam membuat kantor kepresidenan 'ke posisi terendah dan kotor.

Seperti diberitakan sebelumnya, Donald Trump kembali menuai kontroversi setelah menghungkapkan pernyataan rasis terhadap emak-emak anggota kongres Amerika Serikat.
Empat emak-emak anggota kongres dari kelompok minoritas di Amerika Serikat mendapat semprotan dari Donald Trump untuk kembali ke "negara asalnya".
Keempat anggota kongres dari Partai Demokrat itu adalah Alexandria Ocasio-Cortez, Ayanna Pressley, Ilhan Omar and Rashida Tlaib.
Alhasil, keempat emak-emak itu melakukan perlawanan dan mendesak impeachment pemakzulan Presiden Amerika Serikat yang memang sering menuai kontoversi tersebut.
Serangan awal Donald Trump dilakukan melalui Twitter, Minggu (14/7/2019) kepada Alexandria Ocasio-Cortez, anggota Kongres AS yang secara mengejutkan mengalahkan calon Partai Republik di New York saat pemilu pertengahan tahun lalu.
Kemudian Trump juga menyerang Ilhan Omar (Minnesota), Ayanna Pressley (Massachusetts), serta Rashida Tlaib (Michigan).
Omar adalah satu-satunya anggota parlemen kelahiran asing karena berasal dari Somalia.
Dalam kicauannya di Twitter, Trump menyebut terdapat anggota Kongres AS yang "progresif" karena berasal dari negara yang pemerintahannya dia sebut korup dan hancur lebur.
Trump menyindir para anggota "progresif" itu berusaha untuk memberi tahu AS, negara yang dia anggap terkuat dan terbaik di dunia, tentang bagaimana cara menjalankan pemerintahan.
"Mengapa mereka tidak kembali dan membantu memulihkan tempat yang penuh kejahatan dan rusak tempat mereka berasal, dan datang untuk menunjukkan mereka sudah melakukannya?" kicau Trump.
Tlaib kemudian membalas pernyataan presiden 73 tahun itu.
"Ingin tanggapan dari presiden yang sudah gagal dan yang sepenuhnya melanggar hukum?" sindirnya.
Rashida Tlaib menilai Trump sebagai krisis dan menyebut pemikirannya berbahaya, sehingga dia layak untuk dilengserkan dari jabatannya.
Ucapan Trump terjadi setelah dia melakukan pembelaan terhadap Ketua House of Representatives Nancy Pelosi yang menuduh Ocasio-Cortez melakukan marjinalisasi perempuan berdasarkan warna kulit mereka.
Namun bukannya mendapat dukungan, Pelosi yang sering berseberangan dengan Trump justru balik menyerang, "Presiden ingin supaya AS bisa putih kembali," kata Pelosi.
Kecaman juga datang dari sekutu Trump sendiri di Partai Republik, Justin Amash, yang menilai pernyataan Trump "rasis dan memuakkan".
Ocasio-Cortez sendiri merupakan keturunan Puerto Riko lahir di Bronx, dan besar di pinggiran Westchester County.
Sedangkan Omar lahir di Somalia, namun menghabiskan masa kecilnya di kamp pengungsian Kenya setelah melarikan diri akibat perang yang berkecamuk.
Dia datang ke AS pada usia 12 tahun, dan berusaha mempelajari bahasa Inggris dengan menonton televisi, serta tinggal bersama keluarganya di Minneapolis.
Adapun Tlaib yang merupakan putri imigran Palestina lahir di Detroit.
Sedangkan Pressley adalah perempuan kulit hitam pertama yang terpilih di Kongres setelah di Pemilu lalu ia mendapat dukungan dari sejumlah artis terkenal.
Para anggota parlemen menuduh presiden rasisme, mempromosikan agenda nasionalis kulit putih dan bersumpah untuk meminta pertanggungjawabannya
Trump membalas kepada DailyMail.com di acara South Lawn: "Sejauh yang saya ketahui, jika Anda membenci negara kami, jika Anda tidak bahagia di sini, Anda bisa pergi. Dan itulah yang saya katakan sepanjang waktu," katanya.
Aleksandria Ocasio-Cortez dan pasukan emak-emak ini menyerukan Demokrat untuk memakzulkan Trump dalam jumpa pers di Capitol Hill Senin.
Trump kembali merespons dengan sejumlah tweet selama konferensi bersama mereka untuk menggandakan seruannya agar mereka 'meninggalkan' AS jika mereka tidak bahagia.
Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan pernah tunduk pada sosialisme dan menyebut bahwa "orang-orang tertentu membenci negara kita."
Ilhan Omar, yang sering menjadi sasaran serangan twitter Trump, mengatakan: "Kita dapat terus mengaktifkan presiden ini dan melaporkan empedu sampah yang keluar dari mulutnya."
"Atau kita bisa meminta pertanggungjawabannya atas kejahatannya. Sudah waktunya bagi kita untuk berhenti membiarkan presiden ini membuat ejekan dari konstitusi kita. Sudah saatnya bagi kita untuk memakzulkan presiden ini. '
"Ini adalah agenda nasionalis kulit putih," katanya. "Dia sangat ingin membagi negara kita berdasarkan ras, agama, orientasi gender atau status imigrasi. Ini adalah satu-satunya cara dia mencegah solidaritas kita bekerja sama di semua perbedaan kita."
Dalam acara Rachel Maddow di MSNBC, Senin malam, Omar mengatakan Trump: "presiden terburuk yang pernah kita miliki."
"Banyak anggota Kongres telah menyerukan pemakzulannya karena pengabaian dan penghormatannya terhadap Konstitusi Amerika Serikat. Terlepas dari ini, dan banyak upaya lain untuk mengalihkan perhatian kita, saya tetap fokus, kami tetap fokus untuk meminta pertanggungjawabannya kepada hukum di Amerika Serikat. tanah ini dan bertanggung jawab kepada rakyat Amerika."
Anggota Demokrat lainnya, Rashida Tlaib, akhir pekan ini mengulangi seruannya untuk 'memakzulkan kejahatan.'
Begitu juga Ayanna Pressley menuduh presiden berusaha mengalihkan perhatian negara dari kondisi di perbatasan dan fasilitas penahanan tempat para migran ditahan.

"Ini hanyalah gangguan dan gangguan dari budaya kacau dan korup pemerintahan yang tak terhitung jumlahnya ini," katanya.
Ocasio-Cortez membantah tuduhan Trump bahwa empat anggota parlemen tidak mencintai negara.
“Kami mencintai negara ini. Apa itu artinya bahwa kami mengusulkan solusi untuk memperbaikinya, "katanya.
Trump memang sejak awal ditentang oleh kepemimpinannya yang rasis, memaksa membangun tembok di perbatasan Meksiko, meskipun akhirnya gagal karena anggaran tersebut tidak disetujui kongres.
Masalah terburuk di pemerintahan Trump adalah tempat penampungan imigran yang tidak manusiawi sampai sejumlah anak meninggal dunia.
Saat para emak-emak ini berbicara kepada wartawan, Trump memperbarui serangannya terhadap "Demokrat kiri radikal" yang disebut akan melumpuhkan negara itu dengan kejahatan.
Dia juga menuduh mereka berpihak pada organisasi teroris daripada sekutu AS, Israel, dan menyiratkan bahwa mereka tidak mau menghargai kengerian sebenarnya dari serangan 11 September.
Omar, khususnya, telah ditargetkan oleh Trump yang menuduhnya sebagai komunis dan simpatik kepada Al Qaeda.
"Saya tidak akan bermartabat dengan menjawabnya," kata Omar, wanita Muslim pertama yang terpilih untuk Kongres.

Omar juga kerap menyerang sekutu AS, Israel.
Omar menuduh Trump melakukan serangan pribadi kepada anggota parlemen karena 'dia tidak tahu bagaimana mempertahankan kebijakannya.
“Jadi yang dia lakukan adalah menyerang kita secara pribadi. Dan ini adalah tentang semua ini. Dia tidak bisa melihat wajah seorang anak dan dia tidak bisa melihat semua wajah orang Amerika dan membenarkan saat negara ini melemparkan mereka ke dalam kandang."
"Jadi sebagai gantinya, dia memberi tahu kita bahwa aku harus kembali ke wilayah besar bronx dan membuatnya lebih baik dan itulah yang harus aku lakukan di sini."
Trump kembali menyerang bahwa mereka hanya empat orang.
"Kami lebih dari empat orang," kata Pressley. “Pasukan kami besar. Pasukan kami mencakup siapa pun yang berkomitmen untuk membangun dunia yang lebih adil dan adil."
Dia menambahkan: "Mengingat ukuran pasukan ini dan bangsa yang besar ini, kita tidak bisa, kita tidak akan dibungkam."
Sebelum anggota parlemen memulai konferensi pers mereka di Capitol Hill, presiden turun ke Twitter untuk mendapatkan serangkaian pukulan terakhir --menuduh mereka sebagai 'anti-Israel, pro Al-Qaeda' dan menginginkan 'negara komunis.'
Salah satu sekutu penting Trump, mantan direktur komunikasi Gedung Putih, Anthony Scaramucci, bahkan ikut menilai pernyataan Presiden "tercela".
Dia mengatakan kepada BBC Today: "Saya tidak melihat Presiden sebagai rasis, tetapi ada satu hal, jika Anda terus mengatakan dan bertindak seperti itu, maka kita harus mengatakan, mungkin Anda bukan rasis, tapi mungkin Anda seorang tercela."
Scaramucci juga menuduh penasihat senior Gedung Putih terlalu 'takut' untuk menghadapi Presiden.
Trump melemparkan tuduhan komunis, rasis dan pendukung Algaqeda, namun tidak menyebut nama.
"Saya tidak menyebutkan - saya tidak menyebutkan nama. Dan saya tidak melakukan itu," katanya kepada Daily Mail.
Hanya saja, sebuah tulisan tangan di teks pidatonya tertangkap kamera, menunjukkan istilah-istilah terhadap empat perempuan itu.
Trump dalam catatan itu merujuk kebangsaan Omar sebagai anti-Semit.
"Ketika saya mendengar pernyataan yang mereka buat, dan kalau-kalau ada seseorang yang datang dari Somalia - yang merupakan pemerintah yang gagal, negara yang gagal --yang meninggalkan Somalia, yang akhirnya datang ke sini, dan sekarang adalah anggota Kongres yang tidak pernah bahagia, mengatakan hal-hal mengerikan tentang Israel. Benci orang Yahudi. Benci orang Yahudi!" kata Trump.