KILAS SEJARAH
Detik Mendebarkan Paspampres Era Soeharto Todong Pistol ke Pengawal PM Israel, Berakhir Begini
Dengan gerakan refleks sangat cepat, pengawal Rabin tiba-tiba sudah mengeluarkan senapan otomatis Uzi dari balik jasnya
Maliki diperintahkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat kala itu menjadi pengawal khusus Soeharto.
Dilansir dari Kompas.com, kenangan Maliki Mift tersebut tertulis dalam salah satu bab di buku yang berjudul Soeharto : The Untold Stories (2011).
Meski kala itu Soeharto kerap mendapat pandangan miring selama memimpin Indonesia.
Namun, Maliki mendapati sisi lain Soeharto yang jarang terekspos, yakni kesederhanaan.
Salah satunya adalah soal pengawalan. Soeharto selalu menolak untuk dikawal setelah melepas jabatannya dari presiden.
Padahal hak mendapat pengawalan dari polisi masih melekat kepada mantan presiden.
"Tetapi, begitu satgas polisi datang dan mengawal di depan mobil kami, Pak Harto mengatakan, 'Saya tidak usah dikawal. Saya sekarang masyarakat biasa. Jadi, kasih tahu polisinya'," tulis Maliki Mift dalam buku tersebut, menirukan ucapan Soeharto waktu itu.
Maliki Mift mencoba memahami keinginan Soeharto, tetapi ia tetap merasa pengawalan harus tetap ada.
Ia pun berpikir keras untuk mencari cara agar Soeharto tetap dikawal, tetapi tanpa terlihat.
Akhirnya, Maliki Mift meminta agar polisi mengawal di belakang saja.
Jika jalanan macet, barulah petugas pengawal maju ke depan.
"Namun, tetap saja Pak Harto mengetahui siasat itu. Beliau pun bertanya, 'Itu polisi kenapa ikut di belakang? Tidak usah'," kata Maliki Mift.
Hari berikutnya, Maliki Mift menggunakan siasat baru.
Ia meminta pihak kepolisian agar tidak lagi mengawal mobil Soeharto.
Sebagai gantinya, Maliki akan berkoordinasi dengan petugas lewat radio.
Setiap kali mobil Soeharto melewati lampu lalu lintas, petugas harus memastikan lampu hijau menyala. Kalau lampunya merah, harus berubah menjadi hijau.
Akhirnya, Soeharto berangkat tanpa pengawalan polisi.