Wawan Game Sempat disangka Kecanduan Game Online, Pernah Dipasung Belasan Tahun
Beberapa waktu lalu sempat viral video yang menampilkan seseorang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berkepala plontos.
Di sisi lain, rasa cemas berlebih yang dialami Wawan tentu ada penyebabnya, dan penyebab itu sama sekali bukan game online yang baru merebak belakangan ini.
LSM Gerak Cepat Bersama sempat merawatnya beberapa tahun.
"Tahun 2016, saya dapat laporan bahwa di Tasikmalaya ada Iwan, belasan tahun dipasung sejak keluar SMA. Sama saya, dibebaskan bawa ke RS Jiwa Cisarua, Lembang. Beberapa kali dirawat. Pulang rawat inap ke rumah, karena Iwan sudah enggak punya orangtua, ditambah karena dia suka ngamuk, agresif, akhirnya sama saudaranya dipasung lagi," Sri bercerita.
Sri dan kolega kemudian menemukan bahwa Wawan alias Iwan kurang diperhatikan pihak keluarga.
Selain kekurangan kasih sayang, tidak ada yang mengantarnya ke rumah sakit atau puskesmas untuk pemeriksaan rutin.
"Dari situ, Iwan lepas obat lagi. Saya bawa ke rumah sakit di Bandung, masih begitu-begitu saja enggak ada perkembangan. Dirawatlah di RS Marzuki Mahdi, Bogor, karena saya kasihan. Kalau dibalikin ke Tasik lagi, nanti dipasung lagi," kenang Sri.
Lantaran tak menunjukkan tanda-tanda membaik, akhirnya melalui perantaraan dan rekomendasi Dinas Sosial Pemprov Jawa Barat, Wawan dititipkan ke Yayasan Jamrud Biru pada 2019. Kala itu, kondisi fisik dan mental Wawan memprihatinkan. Dipasung bertahun-tahun, Wawan diduga mengidap malnutrisi.
"IS diantar dari LSM Gerak Cepat Bersama ke Yayasan Jamrud Biru dengan kondisi fisik memprihatinkan dan keadaan mentalnya lumayan parah. Dia enggak ngeh sekeliling, saraf motoriknya kayaknya sudah rusak," kata Suhartono.
“Kalau enggak salah sekitar April 2019 datang. Yang jelas diantar ke sini dalam kondisi sudah sakit begini, kurus, pucat. Saat datang berat badannya 23 kilogram," imbuhnya.
Namun, semakin hari di Yayasan Jamrud Biru, Wawan menunjukkan tanda-tanda positif. Suhartono menyebut, berat badan Wawan sudah bertambah hingga 34 kilogram. Petugas yayasan juga rutin memberinya terapi.
"Ada beberapa yang kami lakukan. Ada terapi saraf, totok, dan juga terapi ramuan air kelapa, pembinaan agama. Walaupun dia tidak merespons tapi pelan-pelan kami didik agar dia mengerti," jelas Suhartono.
Pria 43 tahun itu kemudian mempraktikkan salah satu bentuk terapi yang ia terapkan pada IS.
Ia menarik tangan IS hingga tubuh kurusnya berdiri. Kedua tangannya dipisahkan sambil dipijit.
"Kami tarik tangannya pelan-pelan. Kami coba pijit, kegiatan lain kami ajak muter, keliling panti. Kalau pagi, jari tangannya saya kasih beban 2-3 kilogram untuk dia pegang, walaupun ditaruh lagi benda itu. Kami gerakkan seperti senam," katanya.
Kini Wawan masih menanti hari-hari cerah kembali datang menyapanya.
Indikasi ke arah sana semakin terang-benderang.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siapa Sangka IS Pernah Dipasung Belasan Tahun Sebelum Dikenal sebagai Wawan Game".