Idih, Siswa SMA dan Guru Pria Berseragam Rok di Sekolah Taiwan
Seluruh sekolah di dunia, mungkin para siswa pria tidak ada yang memakai rok, tetapi berbeda dengan sekolah di Taiwan ini.
Sebelumnya, negara pulau yang hingga saat ini masih diklaim oleh China sebagai wilayahnya itu juga menjadi negara pertama di Asia yang melegalkan pernikahan sesama jenis, Mei lalu.
"Ini adalah momen bersejarah, dan kemenangan bagi Taiwan," kata Bruce Chu, yang berkampanye untuk pengesahan RUU tersebut, seperti dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post.
• Digugat Anggota Polisi yang Prilaku Menyimpang, Polda Jateng Siapkan Tim Hukum
• WADUH! Emak-emak Ini Nekat Tidur di Jalan Cegat Mobil Presiden Jokowi
• Massimiliano Allegri Tinggalkan Juventus, Pep Guardiola Ogah ke Turin. Ini Daftar 4 Kandidat
Di tengah hujan deras, mereka membentangkan plakat yang menggambarkan kesetaraan pernikahan sebagai hak asasi manusia yang universal.
Seperti juga di banyak negara, perubahan UU ini memang menimbulkan pro dan kontra sejak lama antara pendukung dan penentang pernikahan sesama jenis.
Jennifer Lu, kepala koordinator kelompok hak-hak gay mengatakan, undang-undang itu tidak sempurna tetapi memenuhi sebagian besar kebutuhan pasangan sesama jenis.
"Taiwan bergerak sejalan dengan tren dunia yang menggemakan seruan universal untuk persamaan hak," kata Lu.

Undang-undang ini memberi sebagian besar hak kepada pasangan gay dan heteroseksual di bawah hukum sipil.
UU ini juga memberikan hal kepada pasangan gay untuk mengadopsi anak, namun dengan syarat masih memiliki kekerabatan.
Selain itu, pihak berwenang akan mengakui pernikahan pasangan gay antara warga negara Taiwan dan warga negara asing.
Namun syaratnya cukup berat, pasangan itu mestilah berasal dari negara negara yang juga mendukung pernikahan sesama jenis.
RUU ini mengikuti putusan pengadilan konstitusi 2017 yang mengatakan bahwa undang-undang yang melarang pasangan sesama jenis untuk menikah melanggar konstitusi pulau tersebut.
Anggota parlemen yang mendukung konstitusi pernikahan sejenis tersebut berjumlah 66 suara berbanding 27 suara,
Voting yang bertepatan dengan Hari Internasional Melawan Homofobia, Transphobia dan Biphobia merupakan kemenangan besar bagi komunitas LGBT di negara pulau terasebut.
"Bagi saya hasilnya hari ini tidak 100 persen sempurna, tetapi sudah cukup bagus untuk komunitas gay karena memberikan definisi hukum," tambah Elias Tseng, seorang pendeta gay yang berada di antara kerumunan di luar parlemen.