HONGKONG MENCEKAM! Korban Berjatuhan, Warga Buat Rantai Manusia Lindungi Demonstran dari Polisi
South China Morning Post, pukul 22.00 waktu setempat, sebanyak delapan pria dan seorang wanita dilarikan ke rumah sakit karena luka-luka
Polisi masih terus menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa di daerah Jalan Long Yat dekat Nam Pin Wai, sebuah desa dekat stasiun kereta api Yeun Long.
Yuen Long adalah kota baru di pinggiran Hong Kong.
Lokasi ini menjadi titik aksi Sabtu ini untuk memprotes serangan kelompok berbaju putih yang menyerang dan memukuli pendemo, Minggu lalu.
Triad, mafia atau preman Hongkong, dituduh berada di balik penyerangan itu, tetapi belum ada yang ditangkap oleh polisi, sehingga demonstran memprotes.
Polisi anti huru hara bergerak untuk membersihkan demonstran menuju ke halte MTR. Para pengunjuk rasa melarikan diri ke dalam stasiun. Beberapa orang membentuk rantai manusia di sekitar pengunjuk rasa dalam upaya nyata untuk memperlambat gerak polisi.
Kereta khusus
Ken Leung, seorang pekerja sosial berusia 28 tahun, tiba di stasiun Long Ping setelah jam 6 sore, membantu menyerukan kepada demonstran untuk meninggalkan lokasi sebelum gelap.
Menurut Leung, semua kereta dari Tuen Mun ke Hung Hom melewati stasiun Long Ping dan tidak berhenti.
Sebaliknya, kereta khusus dan kosong dikirim dari Tuen Mun ke Long Ping sebagai moda bagi pendemo.
Namun tidak demonstran yang naik karena mereka takut menjadi jebakan.
"Semua orang khawatir tentang kereta yang kosong," kata Leung.
"Kami mengingatkan mereka untuk mengenakan masker sebelum naik ke kereta dan berganti pakaian (hitam) ketika mereka tiba di stasiun berikutnya."
Kereta khusus ini masih beroperasi hingga pukul 20.45 malam namun tidak begitu diminati oleh demonstran.
Sekitar satu jam kemudian, akhirnya pengerahan kereta khusus berhenti dan diganti dengan kereta reguler sehingga para pendemo merasa lebih aman naik kereta tersebut.

Sementara itu, bentrokan masih terjadi di jalan raya karena polisi masih terus berupaya membubarkan pendemo yang sudah melakukan aksi sejak 6 Juni lalu, menolak RUU ekstradisi.