Angin Segar Perang Dagang AS vs China. Beijing Mulai Buka Keran Impor Produk Pertanian AS

Pertemuan Shanghai, Rabu, membawa angin segar berakhirnya perang dagang AS vs China setelah Beijing setuju untuk membeli produk pertanian AS

EPA-EFE
Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer bersalaman dengan Wakil Presiden China Liu He dalam pertemuan perdagangan di Shanghai, China, Rabu (31/7/2019). 

"China telah mulai membeli kedelai dari AS, yang dapat membantu Trump menghadapi tekanan politik domestik, sementara itu perusahaan teknologi AS telah mengangkat suara mereka untuk melobi pemerintah AS untuk melonggarkan kontrol ekspor pada Huawei," kata profesor Wang Yong, pakar hubungan internasional dari Universitas Internasional Peking .

"Bankir Wall Street juga berharap untuk berinvestasi lebih banyak di China. Jika kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan, mereka akan kehilangan pasar Tiongkok yang diperkirakan akan semakin terbuka di tahun-tahun mendatang," katanya seperti dilansir South China Morning Post.

Tiongkok dapat mengubah perang dagang tersebut "dari krisis menjadi peluang’

Selain membeli lebih banyak produk pertanian, Beijing mungkin berjanji untuk mengubah beberapa peraturannya untuk mempermudah masuknya investasi asing di negara itu, menurut Pang Zhongying, seorang pakar hubungan internasional dengan Ocean University of China.

Tetapi pertemuan hari Rabu tersebut masih terlalu jauh untuk disebut sebagai perkembangan karena tidak ada pihak yang bergegas untuk membuat kesepakatan yang lebih spesifik.

Masalah-masalah sulit dari hubungan perdagangan kedua negara mungkin tidak akan segera diatasi karena Beijing juga tahu bahwa tahun 2020 adalah tahun politik di AS karena adanya pemilihan presiden baru.

Faktor lainnya, Trump bukan seorang yang mudah dipegang karena dalam sebuah kondisi kecil, ia bisa membuat keputusan yang sulit.

Di sisi lain, China juga tidak dalam kondisi yang tertekan dalam perdagangan global meskipun mengalami sedikit pernurunan.

Ekonomi Tiongkok diperkirakan masih tumbuh 6,2 persen pada kuartal kedua, sementara prospek ekonomi AS justru sedang tidak baik.

Meskipun perang dagang terus menekan pemilik pabrik di China, namun tidak saeburuk yang dibayangkan karena mereka dengan cepat terus mencari alternatif lain untuk mengatasi ketergantungan dari AS.

Seorang penasihat pemerintah Cina mengatakan Trump membutuhkan banyak hal untuk memperkuat kampanye presidennya, termasuk menghadapi tekanan ekonomi.

Meskipun Washington menerapkan tarif tinggi untuk produk-produk China, untuk jangka pendek bahkan akan memukul pasar ritel AS pada akhir tahun ini.

Pukulan paling besar itu adalah menghadapi Natal karena 90 persen asesoris natal diimpor dari China.

Sebuah sumber menyebutkan bahwa jika Trump tidak hati-hati dengan kebijakannnya, maka hal ini akan berdampak buruk pada Pilpres nanti.

Sementara bagi Beijing, perang dagang atau tidak, China masih merupakan negara adidaya manufaktur yang memiliki jaringan perdagangan internasional dan akan sulit dikalahkan.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved