KISAH INSPIRATIF
Ibu Luar Biasa, Sendirian Besarkan 16 Anak Hingga Sarjana. Makan Nasi dengan Garam dan Gula
Ibunya juga berpegang teguh pada prinsip tidak meminjam uang kepada siapapun untuk menghindari penumpukan utang
TRIBUNBATAM.ID, KELANTAN - "Benteng terkuat di muka bumi ini adalah seorang ibu," kata Napoleon Bonaparte, revolusioner Perancis.
Benar, cinta seorang ibu bisa lebih kuat dari apapun dalam menjaga keluarganya, dan selalu tampil di depan, saat masa-masa terberat dialami oleh keluarga.
Inilah yang digambarkan oleh Mohd Yazid Ismail, tentang ibunya, yang membesarkan dia dan 15 saudara kandungnya yang lain, sendirian.
Pengusaha dari Kota Baru, Kelantan, Malaysia ini menjadi viral di media sosial setelah mengnagkat kisah masa kecilnya di Facebook.
Dilansir Malay Mail, Yazid mengungkapkan bagaimana ibunya membesarkan 16 anak hanya dengan RM150 atau sekitar Rp 500 ribu sebulan.
Tidak hanya tumbuh dewasa, 16 anaknya itu juga menjadi sarjana dan sebagian besar menjadi orang yang sukses.
Pada saat yang sama, sang suaminya terbaring di tempat tidur akibat stroke.
“Orangtua saya punya 16 anak. Saudara satu hingga 11 adalah laki-laki dan 12 hingga 16 semuanya perempuan. Alhamdulillah, meskipun hidup itu sulit, kami ber-16 melanjutkan studi kami di universitas," kata Yazid.
Pada tahun 1991, ketika ibunya hamil anak yang ke-16, ayahnya terkena stroke dan kemudian menjadi lumpuh sehingga keluarga itu langsung kehilangan tulang punggung yang selama ini mencari nafkah.
“Kami tidak punya tabungan karena kami hanya punya cukup uang untuk memberi makan perut kami. Sebuah masjid kemudian turun tangan, menyumbangkan RM150 kepada kami setiap bulan,” tulisnya.
Uang yang jika saat ini dirupiahkan sekitar Rp 500 ribu itu diatur sedemikian rupa oleh sang ibu --yang tidak disebutkan namanya itu-- agar bisa cukup untuk hidup sebulan.
Yazid mengatakan, ibunya selalu bersikap tegas dan terus melakukan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bahkan dalam menghadapi kondisi suaminya yang semakin memburuk.
Ibunya juga berpegang teguh pada prinsip tidak meminjam uang kepada siapapun untuk menghindari penumpukan utang, sehingga hal itu menambah tekanan pada keuangan mereka.
Sehar-hari, keluarga besar itu hanya makan nasi putih dengan sedikit garam dan gula tanpa lauk.
Ibunya juga memasak dengan kayu bakar untuk menghemat uang.
“Bukannya kami tidak memiliki kompor gas/minyak, tetapi kami hanya ingin menghemat uang," katanya.
Setiap kali jumlah kayu bakar di dapur menipis, saudaraYazid dan saudara-saudaranya pergi ke hutan untuk stok kayu bakar.
Bahkan, kata Yazid, saat itu hanya keluarga merekalah di kampung itu yang menggunakan dan mengumpulkan kayu bakar untuk memasak.
Sepanjang masa kecilnya, Mohd Yazid mengatakan, ibunya adalah pilar kekuatan yang tidak pernah "mengaku kalah" dalam membesarkan anak-anaknya.
Di balik penderitaan itu semua, Yazid mengatakan bahwa Allah kemudian menganugerahkan dirinya kakak-beradik untuk mandiri, sekaligus menjadi keluarga yang kuat dan saling mendukung satu sama lain.
Untuk biaya sekolah, mereka mencari pekerjaan sambilan.
Namun tidak seorang pun yang putus sekolah karena sang ibu selalu memotivasi mereka untuk menjadi anaqk yang pintar dan berhasil.
Anak-anak itu mengumpulkan barang-barang daur ulang seperti kaleng aluminium dan botol untuk dijual. Kadang bekerja di pertanian, hanya untuk bisa menambah variasi makanan di atas meja.
Anak-anak keluarga yang lebih besar kemudian mulai kuliah dan mendapatkan beasiswa.
Mereka rela untuk melewatkan satu atau dua kali makan dalam sehari, agar bisa mengirim sebagian uang beasiswa mereka ke rumah.
Mohd Yazid, yang merupakan anak ke-11, mengatakan, dia selalu mengingat masa kecilnya setiap kali dia melihat seseorang mengumpulkan kaleng dan botol di pinggir jalan.
"Meskipun hidup saya mudah sekarang dan, alhamdulillah, bisnis saya berhasil, saya tidak akan pernah melupakan asal-usul saya."
Kisah Mohd Yazid juga dibagikan di Facebook oleh istrinya Widyana Ali, yang menganggapnya sebagai "kisah hidup" dan berharap itu akan menginspirasi para ibu yang saat ini sedang mengalami masa-masa sulit.