Keuangan Berdarah-darah, Koran Tertua Berusia 80 Tahun Utusan Malaysia Berhenti Terbit Mulai Kamis
Harian berbahasa melayu tertua yang sudah berusia 80 tahun di Malaysia, Utusan Malaysia, terbit terakhir Rabu (21/8/2019)
TRIBUNBATAM.ID, KUALA LUMPUR - Harian berbahasa melayu tertua yang sudah berusia 80 tahun di Malaysia, Utusan Malaysia, terbit terakhir Rabu (21/8/2019) karena didera masalah keuangan.
Hal itu diumumkan setelah rapat terakhir pemegang saham, Senin (19/8/2019) di kantor Utusan di Kuala Lumpur.
Sekitar 100 pekerja dari divisi editorial publikasi yang terdiri dari jurnalis, fotografer dan desainer grafis menggelar protes di luar kantor mereka di Jalan Utusan, Senin (19/8/2019) pagi karena gaji mereka belum dibayar selama tiga bulan.
Presiden Persatuan Wartawan Nasional Malaysia (NUJM) Taufik Razak yang juga wartawan senior di Utusan Malaysia mengatakan bahwa ia diberitahu tentang masalah tersebut oleh rekan-rekannya.
• Tekuk Myanmar 5-0, Timnas U-18 Indonesia Rebut Juara Tiga Piala AFF U-18 2019
• Di Hanoi Ada Makam Khusus Bagi Hewan Peliharaan, Setiap Bulan Hantu, Pemiliknya Bawa Makanan
• Huawei Tetap Jual Ponsel 5G Pertamanya, Mate 20X 5G Meski Ada Perang Dagang
“Kami akan bekerja, hari terakhir kami adalah hari Rabu. Setelah itu, kita akan tutup. Tidak ada lagi operasi,” kata Taufik, yang juga kepala bagian Utusan Malaysia NUJ seperti dilansir TribunBatam.id dari Malay Mail.
Namun belum ada keterangan resmi dari pemilik perusahaan media yang menerbitkan Utusan dan Kosmo tersebut.
"Kami belum menerima apa pun dalam warna hitam dan putih, tetapi kami (NUJ Utusan) sudah diberitahu oleh seorang staf dari bos," kata Taufik.
Ketika ditanya apakah ada diskusi yang sedang berlangsung, dia menjawab: "Ya, kami sedang mendiskusikan tindakan apa yang akan diambil selanjutnya."
Malay Mail menerima konfirmasi dari sumber Utusan lainnya, editor Kosmo, Lokman Othman, bahwa penutupan Utusan dan Kosmo sudah final.
“Jadi saya pergi untuk rapat manajemen di Putrajaya dan saya ditugaskan untuk mengumumkan masalah ini."
“Termasuk hari ini, kami hanya memiliki tiga hari publikasi. Kemudian, edisi terakhir kami akan diterbitkan lusa (Rabu). Di halaman depan, kami akan mengumumkan bahwa Utusan Malaysia akan menghentikan publikasi mulai hari itu," katanya.
"Berarti besok kita masih akan bekerja untuk publikasi Rabu dan setelah itu kita tidak harus bekerja," Lokman dilaporkan.
Utusan Malaysia disebut-sebut mengalami masalah keuangan yangt berat dan beujung pada ketidakmampuan perusahaan untuk membayar gaji karyawan.
Akibatnya, para karyawan pada Senin pagi menggelar demo di kantor mereka, menuntut gaji mereka yang belum dibayar.
Perusahaan juga kesulitan mencari investor untuk menyuntik modal ke perusahaan yang berdiri tahun 1939 itu.
Lokman mengatakan, meskipun ada penghasilan dari tagihan yang masih ada, namun hal itu juga akan digunakan untuk membayar utang kepada pihak ketiga, terutama sekali untuk membayar biaya transportasi.
Lokman, yang dipromosikan sebagai editor Kosmo pada bulan April tahun ini mengatakan bahwa edisi online Utusan Malaysia dan Kosmo akan tetap melanjutkan operasi.
Kendati demikian, Lokman juga mengatakan bahwa ada periode "pendinginan" setelah Rabu, karena ada dua atau tiga investor akan datang untuk mengambil alih Grup Utusan.
Kendati demikian, kemungkinan akan ada PHK lebih dulu untuk para karyawan dan manajemen perusahaan saat ini sedang membahas paket pesangon untuk para karyawan.
“Jadi besok sekitar jam 4 sore, CEO akan mengadakan rapat dengan semua staf dan akan membicarakan masalah ini. Dia akan jujur. Jadi jika ada pertanyaan, silakan ajukan pertanyaan di sana,” katanya merujuk CEO Grup Utusan, Datuk Abd. Aziz Sheikh Fadzir, yang merupakan politisi Umno.
Utusan Malaysia sudah terbit sebelum kemerdekaan Malaysia pada tahun 1939, menggunakan nama Utusan Melayu dan berbahasa jawi (arab latin), baru kemudian terbit dalam aksara romawi pada 1 September 1967.
Dampak Runtuhnya Umno
Masalah keuangan di media ini sudah mulai terasa tahun lalu ketika karyawan mengancam akan melakukan mogok akibat masalah upah namun manajemen berhasil menegahnya setelah mereka melakukan pembicaraan damai.
Manajemen diberi waktu sampai 19 Agustus untuk menyelesaikan masalah, atau mereka akan melanjutkan dengan aksi demo.
Pada Desember 2018, sekitar 800 karyawan menerima skema pengunduran diri sukarela namun hal itu tidak menyelesaikan masalah.
Grup Utusan saat ini berstatus suspen di Bursa Efek Malaysia setelah gagal membayar utang hampir RM1,2 juta kepada dua bank.
Manajemen Utusan Malaysia berjuang untuk melepaskan asetnya, terutama bangunan yang dimiliki perusahaan untuk menyelesaikan masalah itu.
Menurut Taufik Razak, Utusan tidak memiliki cara lain untuk membayar gaji stafnya kecuali semua aset dilikuidasi.
Namun, likuidasi aset juga tidak mudah karena mereka juga tidak memperbaharui izin atau sertifikat gedung.
Hal ini terjadi karena ketika Umno berkuasa, hal ini tidak terpikirkan.
Taufik mengatakan, mereka merasa bahwa Umno akan selalu membantu setiap masalah perusahaan seperti yang terjadi saat partai itu berkuasa.
Namun setelah Umno dan Barisan Nasional (BN) digulingkan pada Pemilu 2018 lalu, semua kelabakan.
Di sela-sela demo karyawan, Taufik mengatakan bahwa banyak pekerja telah meminjam uang dari rentenir dan berjuang untuk memberi makan anak-anak mereka.
Sekretaris Jenderal Kongres Perdagangan Malaysia (MTUC) J. Solomon, yang hadir dalam protes tersebut, juga menyerukan agar cepatnya penyelesaian masalah para pekerja.
Ia mengecam para politisi Umno yang selama ini telah mendapat manfaat dari media ini selama puluhan tahun, namun saat ini meninggalkan mereka dalam kesulitan.
“Mereka juga mengatakan sedang mencari pembeli untuk mengambil alih Utusan, tetapi mereka tidak berhasil. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencoba menjual bangunan, tetapi mereka juga tidak berhasil. Kami merasa sangat sulit untuk mempercayai cerita itu karena mereka memiliki banyak properti tetapi tidak mau mengorbankannya demi media ini," kecamnya.
Solomon juga kaget bahwa Utusan Malaysia telah mengeluarkan skema pengunduran diri secara sukarela untuk banyak stafnya, namun tidak memiliki dana untuk membayar paket pesangon. Hal itu, menurut dia sebagai upaya untuk "menyesatkan dan menipu pekerja miskin".
"Ini melanggar hukum dan secara etis tidak benar manajemen mana pun," tambahnya.
Selain bangkrut, Utusan Melayu (Malaysia) Bhd menghadapi kemungkinan de-listing dari Bursa Malaysia akibat masalah keuangan, ditambah dengan kegagalan menemukan "ksatria putih" untuk menyelamatkan perusahaan.
Pada tanggal 30 Juni 2019, akumulasi kerugiannya dilaporkan mencapai RM261,61 juta ataiu sekitar Rp 913 miliar di Bursa Malaysia.
Pendapatan media ini menurun tajam akibat semakin turunnya oplah secara terus-menerus.
Seorang analis pasar modal mengatakan bahwa sulit bagi Utusan Malaysia bisa kembali terbit karena tidak mungkin bagi grup untuk meyakinkan calon investor untuk menghidupkan kembali bisnis media cetak.
"Beberapa pihak yang berpotensi telah menolak tawaran untuk mengakusisi karena utang korporat ini sangat besar sementara pendapatan terus menurun," kata sumber tersebut seperti dilansir Kantor Berita Bernama.
Oleh karena itu, grup tidak akan dapat memenuhi persyaratan Bursa Malaysia untuk mengangkat status Catatan Praktik 17 (PN17).
Bursa Malaysia Securities Bhd untuk melanjutkan penangguhan perdagangan sahamnya dan menghapus daftar perusahaan jika gagal menyerahkan rencana regularisasi korporat kepada pihak berwenang hari ini.
Utusan didirikan pertama kali di Queen Street, Singapura oleh Yusof Ishak, yang kemudian menjadi Presiden Singapura pertama.
Setelah Malaysia dan Singapura berpisah, media ini --seperti juga The Straits Times-- berpisah dan utusan Malaysia terbit di Kuala Lumpur tahun 1958.
Selama masa jayanya, sirkulasi surat kabar ini mencapai 350.000 eksemplar sehari pada 1990-an dan merupakan salah satu surat kabar terlaris di negara ini.
Namun setelah 2004, peredarannya merosot ke 250.000 eksemplar dan semakin tergerus hingg 144.438 eksemplar tahun 2016.
Utusan telah berada di zona merah sejak 2012 dan pada Agustus tahun lalu, mendapat status PN17 dari bursa akibat gagal bayar atas pembayaran utang pokok dan bunga kepada Bank Muamalat Malaysia Bhd dan Maybank Islamic Bhd dengan total RM1,18 juta.