DEMO HONG KONG
Demo Hong Kong Berakhir, Seruan Mogok Belajar Jadi Cara Baru Melawan Pemerintah
Mogok belajar ini digaungkan oleh Partai Demosisto yang didirikan oleh aktivis Occupy Joshua Wong Cho-fung, sebagai bagian kampanye anti-pemerintah
TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Setelah aksi demo Hong Kong mereda dan berakhir, Minggu (18/8/2019), saat ini beredar isu bahwa para pelajar di Hong Kong akan melanjutkannya dengan aksi mogok belajar, bulan depan.
Saat ini sekolah di Hong Kong sedang libur musim panas dan memulai kembali aktivitas pendidikan pada September nanti.
Munculnya isu mogok belajar ini membuat otoritas pendidikan Hong Kong turun tangan untuk memeriksa seluruh sekolah dan universitas.
Pihak departemen pendidikan Hong Kong meminta seluruh sekolah mencatat siswa dan guru yang tidak hadir di hari pertama sekolah nanti, termasuk universitas yang sebagian besar mahasiswanya terlibat dalam aksi demo sejak awal Juni lalu.
• VIDEO VIRAL - Dua Polisi Hong Kong Terekam CCTV Menganiaya Tahanan di Rumah Sakit
• Demo Hong Kong Mulai Damai, Bentrok Pindah ke Luar Negeri
• Utusan Malaysia Tak Jadi Tutup, Naik Harga dan Jual Saham Baru di Bursa
Menteri Pendidikan Kevin Yeung Yun-hung menekankan bahwa pihak berwenang memiliki tanggung jawab untuk mengetahui tentang imbauan mogok belajar tersebut dalam pernyataannya, Selasa (20/8/2019), seperti dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post.
Boikot kelas atau mogok belajar ini digaungkan oleh partai lokal Demosisto yang didirikan oleh aktivis Occupy Joshua Wong Cho-fung, sebagai bagian dari kampanye anti-pemerintah yang lebih luas.

Partai Demosisto menyerukan mogok belajar itu setiap hari Senin.
Seperti diketahui, demonstran pro-demokrasi di Hong Kong yang menggelar aksi demo selama 11 minggu terakhir memang didominasi oleh mahasiswa dan serikat buruh.
Sebelumnya, gerakan boikot juga digaungkan para demonstran terhadap perusahaan-perusahaan yang tidak mendukung demonstran pro-demokrasi dan cenderung pro-Beijing.
Bahkan, demonstran juga mengkampanyekan boikot terhadap film Disney "Mulan" yang akan tayang pada 2020 nanti karena pemeran utamanya, Crystal Liu Yifei membuat pernyataan memberikan dukungan kepada polisi Hong Kong di akun Instagram-nya.
Liu diketahui membagikan unggahan media Partai Komunis China "People's Daily" di Weibo (Twitter buatan China).
Mahasiswa merencanakan mogok belajar untuk memaksa pemerintah memenuhi tuntutan pemrotes anti-pemerintah, seperti menarik penuh RUU ekstradisi yang saat ini dibekukan serta penyelidikan independen terhadap polisi yang dianggap brutal saat menghadapi demonstran.
“Mogok belajar bukan solusi ... Apakah boikot berlangsung lama atau seminggu sekali, itu akan mengganggu pendidikan siswa dan itu akan merugikan masa depan mereka. Bukan itu yang ingin kita lihat,” kata Yeung.
Yeung mengatakan, pihaknya akan memanggil kepala sekolah pada hari-hari pertama tahun ajaran baru untuk melihat apakah ada masalah, tetapi tidak akan mengumpulkan nama individu.
“Mengenai sanksi, kami akan menyerahkannya kepada manajemen sekolah untuk memutuskannya secara profesional. Tapi kami percaya sekolah akan melakukan konseling terlebih dahulu (terhadap siswa mereka),” tambah Yeung.
Kendati demikian, Yeung memperingatkan bahwa pihak berwenang tidak akan memberi toleransi terhadap intimidasi di sekolah untuk kampanye mogok belajar ini.
Teddy Tang Chun-keung, ketua Asosiasi Kepala Sekolah Menengah Hong Kong berharap para aktivis tidak akan membawa politik ke halaman sekolah.
Ia berharap para siswa bisa memisahkan kepentingan politik dengan kepentingan masda depan mereka, begitu juga untuk para guru.
"Untuk guru, jika mereka tidak datang bekerja, mereka tidak dapat mengambil cuti," kata Tang.
Serikat Guru Profesional yang Sabtu lalu turun ke jalan untuk memberi dukungan kepada para siswanya mengatakan, serikat itu menghormati rencana siswa, tetapi tidak ada rencana untuk memobilisasi guru untuk mogok.
Dr Esther Ho Yuk-fan, wakil ketua Asosiasi Asosiasi Karier dan Bimbingan Guru Hong Kong mengatakan, asosiasinya akan menyusun pedoman untuk membantu para guru menangani mogok belajar dan menawarkan konseling kepada siswa yang ambil bagian.
“Kita seharusnya tidak bertujuan untuk mendisiplinkan siswa, tetapi kita harus menunjukkan bahwa kita peduli pada mereka dan mendengarkan pandangan mereka,” kata Dr. Ho.
"Tentu saja kita juga harus memberi tahu mereka bahwa sekolah adalah unit pendidikan dan ada hal-hal yang tidak bisa mereka lakukan dan memperhatikan pendidikan mereka sendiri," katanya.
Universitas Shue Yan dan City University menyatakan dengan jelas bahwa mereka tidak akan menghukum siswa karena mogok belajar.
Universitas Hong Kong mengatakan akan mengawasi situasi.
Universitas China mengatakan, mereka menghormati kebebasan berbicara dan kebebasan akademik, tetapi menekankan agar mahasiswa yang ikut serta dalam mogok juga menghormati keputusan orang lain yang ingin belajar.
Universitas Politeknik dan Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong juga mengatakan mereka akan mempertahankan kegiatan belajar mengajar yang normal.
Akademi untuk Seni Pertunjukan juga mengatakan telah menetapkan aturan dan peraturan untuk menangani pengiriman program akademik, urusan kemahasiswaan dan masalah terkait lainnya.
“Ini akan terus menjadi prinsip panduan bagi akademi selama masa-masa sulit ini. Kami berharap bahwa semua pihak dapat menemukan cara untuk berkomunikasi secara rasional dan terlibat dalam dialog terbuka, ” kata akademi itu dalam sebuah pernyataan.
Mahasiswa baru Wilson Tsang, juga sedang mempelajari cara membangun komunikasi dengan mahasiswanya.
Dukungan Ribuan Guru
Seperti diberitakan sebelumnya, ribuan guru bergabung dengan demonstran di bawah hujan pada Sabtu (17/8) pagi.
Polisi sebelumnya telah melarang aksi tersebut, namun akhirnya memberikan persetujuan pada menit-menit terakhir setelah perubahan rute, dari Taman Hoi Sham di To Kwa Wan ke stasiun MTR Whampoa.
Demo berakhir dengan damai karena pengunjuk rasa membubarkan diri menjelang malam untuk menghindari bentrokan dengan polisi.

Suasana demo berubah damai pada tiga hari terakhir karena demonstran berpakaian hitam mengubah strategi mereka, provokasi dan bentrokan justru membuat rakyat Hong Kong terbelah.
Puncaknya Selasa lalu, ketika mereka menghalangi para turis memasuki gerbang keberangkatan Bandara Internasional Hong Kong dan menganiaya dua wartawan asal China daratan.
Aksi ini kemudian menuai kecaman sehingga memaksa pimpinan demo meminta maaf.
Pada Sabtu pagi, ribuan guru sekolah di Hong Kong berbaris ke kediaman resmi pemimpin kota, Sabtu pagi.
Mereka melakukan rally di sisi Kowloon di Victoria Harbour dan menutup jalan utama meuju Admiralty sambil membawa pamplet bertuliskan "Lindungi generasi berikutnya".
Para guru mengikatkan pita putih ke pagar Kantor Pemerintah untuk menunjukkan dukungan mereka kepada para demonstran --termasuk anak sekolah-- yang telah turun ke jalan sejak awal Juni lalu.
Mereka mengatakan pemerintah pemimpin Carrie Lam harus menjawab tuntutan para pemrotes dan berhenti menggunakan kekerasan polisi untuk membubarkan demonstrasi.
"Kami ingin melindungi siswa kami, anak-anak kami, sehingga para guru bersedia untuk keluar dan berbicara untuk anak-anak itu. Kami berdiri di samping mereka sehingga mereka tidak sendirian," kata Fung Wai-wah, presiden Profesional Hong Kong Serikat Guru, yang menyelenggarakan pawai.

Turunnya para guru ini setelah bentrokan yang terjadi sejak sebulan terakhir antara polisi dan pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Pihak pendemo menuduh polisi brutal namun polisi mengatakan bahwa para pendemo terus mendesak mereka dan melakukan provokasi dengan merusak pos-pos polisi di seluruh penjuru Hong Kong.
Selain itu, pendemo juga mulai mengganggu ketertiban umum dengan memblokir jalan raya, stasiun MRT dan bandara sehingga mengganggu masyarakat lain.
Polisi menangkap ratusan orang dengan berbagai tuduhan, mulai dari penggunaan bom molotov, senter laser, hingga merlawan petugas.
"Meskipun kita semua takut ditangkap, kita harus terus berjalan," kata Minnie Lee, seorang pekerja logistik berusia 31 tahun dalam aksi Sabtu.
“Yang kami perjuangkan adalah demokrasi dan hak kami. Kami tidak melakukan kesalahan apa pun. Jika kita berhenti sekarang, segalanya akan bertambah buruk.”