Dompet Digital Asing Menyerbu Menyerbu Indonesia, Persaingan Semakin Ketat
Persaingan uang elektronik nasional makin ketat. Tak cuma para pelaku industri keuangan digital tanah air
Sementara selain Alipay dan WeChat Pay, adapula aplikasi pesan instan WhatsApp yang juga akan melakukan penetrasi ke industri keuangan digital nasional dengan fitur WhatsApp Pay.
Berbeda dengan Alipay, dan WeChat Pay, WhatsApp Pay akan berfungsi sebagai dompet elektronik saja tanpa menerbitkan uang elektronik mandiri. WhatsApp Pay akan mengandalkan uang elektronik dari pemain lokal, baik dari bank maupun perusahaan teknologi finansial (Tekfin).
Sumber Kontan.co.id bilang bahwa kelak WhatsApp Pay akan juga akan memberikan fitur transfer antar bank berbiaya murah, hanya Rp 500 per transaksi. Sejumlah dompet elektronik lokal juga dikabarkan tengah didekati entitas Facebook Inc ini guna menggelar kerja sama.
Si sumber juga menyatakan bahwa kelak WhatsApp Pay akan dibawa Alto Halo ke Indonesia. Namun, Budhi membantah hal ini. “Bukan (AHDI). Sepengetahuan saya mereka pakai pola seperti India, tapi di Indonesia lebih sederhana fiturnya," lanjut Budhi.
WhatsApp Pay sendiri saat ini sudah digunakan di India setelah meluncurkan versi beta pada 2018. Saat ini WhatsApp tengah menunggu izin dari otoritas keuangan India untuk beroperasi secara resmi.
Tak mengancam Pemain Lokal
Masuknya tiga pelaku keuangan digital asing di Indonesia kelak akan menjadi tantangan serius bagi pelaku lokal. Sebab, secara global ketiganya memang punya penetrasi yang dalam.
Alipay misalnya sudah digunakan di 54 negara, WeChat Pay bahkan sudah dapat mentransaksikan 17 mata uang di 49 negara. nilai gabungan transaksi keduanya di luar Cina diperkirakan mencapai RMB 500 juta hingga RMB 600 juta per hari. Sementara keduanya masing-masing diperkirakan mencapai 1 miliar pengguna aktif per hari.
Sedangkan WhatsApp Pay, meski baru digunakan di India dan masih versi beta, sudah dipakai oleh 1 juta pengguna. Jumlah tersebut diprediksi akan makin meningkat karena WhatsApp sendiri telah menggandeng beberapa bank asal India misalnya ICICI Bank, Axis Bank, HDFC Bank, dan SBI.
Meski demikian beberapa pelaku lokal menilai kehadiran mereka tak akan mengancam. Sebaliknya, pelaku lokal justru terbuka untuk bekerja sama dengan pelaku asing tersebut.
“Alipay dan WeChat Pay sepemahaman saya hanya akan melayani turis asal Cina, bukan untuk WNI. Sedangkan WhatsApp Pay setahu saya juga akan bekerjasama dengan pemain lokal, meskipun belum ada izin baru Bank Indonesia,” kata Danu Wicaksana, CEO PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) pengelola LinkAja.
Danu menjelaskan buat LinkAja sendiri, kehadiran mereka tak jadi ancaman sebab LinkAja lebih fokus menggarap pasar kebutuhan seharihari (daily needs market).
Seperti pembelian listrik, pulsa terutama transportasi publik dari kereta listrik hingga tol. Fokus pasar yang disasar LinkAja bahkan berbeda dengan pelaku lokal yang biasanya menyasar ritel.
Sedangkan Head of Corporate Communications GoPay Winny Triswandhani, dan Chief Communication Officer DANA Chrisma Albandjar saat dimintai pendapatnya oleh Kontan.co.id justru mengaku membuka lebar pintu kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pelaku asing guna mendukung percepatan terciptanya masyarakat non tunai.