Dicap Berbahaya di Era Soeharto, Ini Sosok Sri Bintang Pamungkas Orator Gagalkan Pelantikan Jokowi
Sri Bintang Pamungkas dipermasalahkan gara-gara ajakannya untuk menggagalkan pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden RI. Siapa dia?
TRIBUNBATAM.id - Sosok Sri Bintang Pamungkas tak hentinya jadi kontroversial.
Baru-baru ini Sri Bintang Pamungkas dipermasalahkan gara-gara ajakannya untuk menggagalkan pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden RI.
Sri Bintang Pamungkas lantas jadi sorotan publik.
Ketua Umum PITI, Ipong Hembing Putra, mengungkapkan ajakan Sri Bintang tersebut tersebar di laman Youtube.
"PITI keberatan atas pernyataan video yang beredar di YouTube dimana bahwa Sri Bintang Pamungkas mengajak rakyat Indonesia untuk menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden Jokowi pada tanggal 20 Oktober 2019," ujar Ipong di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (4/9/2019).
• Soal Dugaan Makar, Aktivis Sri Bintang Pamungkas Ogah Tandatangani Berita Acara Pemeriksaan
• Istri Sri Bintang Pamungkas: Ini Mau Makar Pakai Apa, Pakai Korek Api?
• Soal Dugaan Makar, Aktivis Sri Bintang Pamungkas Ogah Tandatangani Berita Acara Pemeriksaan
• Rekan-rekan Lainnya Dibebaskan, Sri Bintang Pamungkas Tetap Ditahan. Ini Sebabnya

Melihat sosok Sri Bintang Pamungkas yang selalu terjerat kasus hukum karena serangkaian kontroversinya, berikut Rekam jejak Mantan Orator Penggulingan Presiden Soeharto tersebut.
Dilansir dari Wikipedia, Sri Bintang Pamungkas lahir dari sebuah keluarga sederhana di Tulungagung, Jawa Timur pada 25 Juni 1945.
Ayahnya bernama Moenadji Soerjohadikoesoemo, adalah seorang hakim, dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga Soekartinah. Pada tahun 1964, ia lulus dari SMA Negeri I, Surakarta, Jawa Tengah.
Pada Tahun 1979, ia melanjutkan studi ke Universitas Southern Carolina dan memperoleh gelar master (MSISE) (Master of Science in Industrial System Engineering).
Kemudian pada tahun 1984, Bintang tertarik belajar ekonomi, dan atas bantuan Georgia Institute of Technology ia bisa mengikuti program doktor di Iowa State University. ia meraih doktor PhD.
“Saya ini bukan kader PPP. Bintang tak mau setengah-setengah dengan pilihannya, masuk PPP bukan tanpa cita-cita.
Karena melihat umat Islam kurang maju, kurang daya pukulnya. Bintang bercita-cita agar PPP menjadi partai yang besar.
Untuk itu Bintang mengaku sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Baik istri maupun keenam anaknya sudah diajaknya bicara.
Menjelang akhir pemerintahan Soeharto, pada 29 Mei 1996, ia mendirikan PUDI.
Ia pun menjadi ketua umum PUDI.