Kisah BJ Habibie dan Celotehan tentang Titik Merah Kecil yang Melegenda di Singapura hingga Kini
Saat menjabat Presiden RI, mendiang BJ Habibie sempat melontarkan celotehan legendaris dengan menyebut Singapura sebagai titik merah kecil di peta.
#Kisah BJ Habibie dan Celotehan tentang Titik Merah Kecil yang Melegenda di Singapura hingga Kini
TRIBUNBATAM.id - Nama mendiang BJ Habibie tak akan pernah dilupa bagi warga Indonesia terutama pernyataannya yang sempat membuat Singapura meradang.
Saat menjabat Presiden RI, mendiang BJ Habibie sempat melontarkan celotehan legendaris dengan menyebut Singapura sebagai titik merah kecil di peta.
Singapura sempat meradang mendengar sebutan itu dan hubungan kedua negara menurun pada masa penuh pergolakan di Indonesia setelah tumbangnya rezim Orde Baru.
Habibie lalu menjelaskan konteks penyebutan titik merah kecil (Little Red Dot) tersebut dan beberapa waktu kemudian ungkapan itu malah terkenal di Singapura dan mengilhami logo ulang tahun kemerdekaan Singapura ke-50.
Di dunia internasional, sosok BJ Habibie dikenal karena karyanya di bidang kedirgantaraan. Termasuk di antaranya adalah mengembangkan pesawat Airbus A-300B.

Kemudian di dunia politik, dia juga dikenang karena melakukan liberalisasi kebebasan pers serta partai politik, dan menghelat pemilu dini di 1999.
Meski dia menjabat terbilang singkat, yakni selama setahun, BJ Habibie pernah mengucapkan sebuah kutipan yang kemudian menjadi populer dan melegenda di Singapura.
Kutipan itu adalah Little Red Dot, atau Titik Merah Kecil. Kalimat itu dia ucapkan sebagai bentuk kritik dalam artikel yang dipublikasikan Asian Wall Street Journal 4 Agustus 1998.
Dilansir Mothership Mei 2018, kutipan itu muncul setelah Indonesia kolaps pasca-dihantam krisis finansial 1997 dengan GDP negara anjlok hingga menyentuh 15 persen.
Namun di sisi lain, Singapura tidak menderita terlalu parah.
Meski ekonomi mereka melambat sebagai dampak dari menurunnya permintaan dan kepercayaan di Asia Tenggara.
Krisis ekonomi yang melanda memaksa Presiden Muhammad Soeharto mengundurkan diri.
Penerusnya, BJ Habibie, merasa bahwa Negeri Singa tidak antusias menerimanya.
Bahkan, pendiri sekaligus perdana menteri pertama Lee Kuan Yew menyatakan pasar bakal menyambut negatif dengan rupiah bakal anjlok jika Habibie menjadi wakil presiden.
Sikap Singapura itu dilaporkan membuat Habibie langsung menunjuk peta di sela wawancara, dan kemudian mengucapkan kutipan yang menjadi sangat kontroversial.
"Tidak apa-apa bagi saya. Tetapi di sini ada 211 juta rakyat (di Indonesia). Seluruh area hijau ini adalah Indonesia. Sementara titik merah kecil (little red dot) adalah Singapura," katanya saat itu.
Sebagai tanggapan, PM saat itu Goh Chok Tong dalam kampanyenya 23 Agustus 1998 kemudian menyindir bahwa Singapura bakal membantu Indonesia meski wilayah mereka kecil.
Goh mencontohkan GDP mereka saat itu adalah 82 miliar dollar AS. Hanya 1 persen dari Amerika Serikat (8,1 triliun dollar AS), maupun Jepang (4,1 triliun dollar AS).