Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Anggota TNI Tewas Dicangkul, Dikepung Tentara & Tewas Ditembak

Putra Ahmad Yani, Irawan Sura Eddy kala itu berusia 7 tahun terbangun dan mendapati ia. sendirian kemudian bergegas mencari ibundanya

youtube/wikipedia
Anggota TNI Tewas Dicangkul, Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Dikepung Tentara dan Tewas Ditembak 

#Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Anggota TNI Tewas Dicangkul, Dikepung Tentara & Tewas Ditembak

TRIBUNBATAM.id - Nama perwira tinggi TNI AD jenderal TNI Ahmad Yani akan terus dikenang sebagai pahlawan revolusi.

Jenderal TNI Ahmad Yani menjadi korban kekejaman PKI pada peristiwa gerakan 30 September 1965.

Peristiwa itu adalah penculikan para jenderal TNI AD oleh PKI.

Sebelum sang jenderal diculik, PKI sudah melakukan beberapa aksi yang cukup membahayakan kedaulatan negara

Dilansir dari Sosok.id dalam artikel 'Ketika Jenderal Ahmad Yani Siap Siagakan Kopassus untuk Melawan PKI : Asah Pisau Komandomu!', PKI pernah meminta kepada pemerintah agar mempersenjatai buruh dan tani demi kepentingan bela negara.

PKI menyebut jika buruh dan tani dipersenjatai akan menjadi Angkatan Kelima, di luar AD, AL, AU dan Kepolisian.

Soeharto Pernah Hendak Diracun Tikus Oleh Perempuan, Ngaku-ngaku Anak Soeharto Saat G30S/PKI

Tak Seperti yang Diberitakan, Pengakuan Sebenarnya Dokter yang Otopsi Jasad Para Korban G30S/PKI

Bahkan Perdana Menteri China Chou En Lai ketika itu siap sedia menyuplai 100 ribu pucuk

senjata untuk buruh dan tani Indonesia.

Mengutip Buku Sejarah TNI yang diterbitkan oleh Pusat Sejarah Mabes TNI tahun

2000, permintaan 'nyeleneh' PKI ini berhasil digagalkan TNI AD.

Sebab TNI AD menilai PKI berusaha menunggangi buruh dan tani untuk dijadikan unsur bersenjata mereka.

Salah satu contoh sudah terpampang dalam peristiwa Bandar Betsy di Simalungun, Sumatera Utara dimana buruh dan tani simpatisan PKI bergerak menyerobot tanah milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).

Bahkan seorang anggota TNI Pelda Soedjono yang sedang melaksanakan tugas untuk pengamanan, mati dicangkul simpatisan PKI saat peristiwa itu.

Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani marah mengetahui aksi barbar PKI itu.

"Bisa timbul anarki dalam negara kalau kasus ini dibiarkan!" ujar Ahmad Yani marah.

Saat menghadiri HUT Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD/Kopassus) tanggal 15 Juli

1965 di Jakarta, jenderal TNI itu masih dongkol dengan PKI.

Kopassus
Kopassus (Kompas/KARTONO RYADI)

Di depan hadapan para prajurit Korps Baret Merah, Yani berpesan agar Kopassus selalu siap

siaga menghadapi PKI yang makin keterlaluan.

"RPKAD harus tetap memelihara kesiapsiagaan yang merupakan ciri khasnya dalam keadaan

apapun, terutama dalam keadaan gawat ini. Asah pisau komandomu, bersihkan senjatamu,"

tegas Yani.

Tiga bulan usai Yani berpidato di HUT RPKAD, G30S/PKI meletus.

Ahmad Yani dijadikan target utama karena ia merupakan pemimpin tertinggi di

lingkungan TNI AD saat itu.

Ahmad Yani Bersimbah Darah

Jenderal TNI Ahmad Yani sempat berdebat sengit saat rumahnya di kepung tentara yang

ternyata antek PKI

Namun, perdebatan itu justru membuat sang jenderal bersimbah darah karena ditembak oleh

para tentara tersebut

Dilansir dari Sosok.grid.id dalam artikel 'Kala Anak Ahmad Yani Kisahkan Detik-detik

Mendebarkan G30S/PKI, Irawan Sura Eddy: Pak Bangun Pak, Ada Tjakrabirawa Mencari Bapak',

tragedi ini terjadi di Jalan Lembang, Jakarta pada Jumat (1/10/1965)

Rumah yang ditinggali oleh Panglima Angkatan Darat  kala itu, Letnan Jenderal Ahmad Yani 

menjadi saksi bisu peristiwa berdarah yang pernah terjadi di Indonesia.

Jenderal Ahmad Yani
Jenderal Ahmad Yani (IST Tribun Batam)

Putra Ahmad Yani, Irawan Sura Eddy kala itu berusia 7 tahun terbangun dan mendapati ia

sendirian kemudian bergegas mencari ibundanya.

Tetapi sang ibunda tak ada, karena sedang berada du rumah lainnya di Jalan Taman Surapati.

Maka ia membangunkan Mbok Mirah, pembantu dirumah Ahmad Yani kala itu untuk

menemaninya duduk di ruang keluarga belakang.

Eddy ingin menunggu sang ibu pulang kerumah agar bisa melanjutkan tidur malamnya.

Detik selanjutnya, terdengar suara gaduh dari tempat penjagaan rumah dinas

Panglima Angkatan Darat tersebut.

Heningnya malam itu terpecah oleh kegaduhan tersebut oleh kedatangan sepasukan tentara

tak dikenal dengan cepat masuk ke halaman rumah.

Dalam buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966", menuliskan bagaimana tentara yang

berseragam Cakrabirawa dengan senjata lengkap tersebut datang ke rumah sang Jenderal.

Tentara yang dipimpin Pembantu Letnan Satu Mukidjan dan Sersan Raswad segera masuk ke

dalam rumah melalui belakang.

Pintu belakang rumah sengaja tak dikunci sebab Nyoya Yayu Rullah Ahmad Yani belum pulang

ke rumah.

Sepasukan tentara tersebut segera bergerak mengepung rumah dari segala penjuru.

Bertemulah anggota tentara tersebut dengan Eddy dan Mbok Milah yang kala itu sedang duduk

di ruang belakang dan tak jauh dari pintu belakang rumah.

Mereka pun bertanya keberadaan ayah dari bocah berusia tujuh tahun tersebut.

"Bapak masih tidur", jawab Mbok Milah, dikutip dari buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966".

Dengan mengatasnamakan perintah presiden Soekarno untuk segera menjemput Ahmad Yani,

mereka meminta agar sang jenderal segera dibangunkan.

Pembantu rumah tangga tersebut terdiam dan tak beranjak dari tempat duduknya.

Tentara-tentara itupun meminta Eddy untuk membangunkan sang ayah yang masih terlelap

dalam tidurnya.

Dengan menggoyangkan kaki ayahnya tersebut bocah laki-laki itu membangunkan ayahnya

sembari berkata, "Pak bangun pak. Ada Tjakrabirawa mencari bapak. Bapak diminta datang ke Istana".

Ahmad Yani perlahan membuka mata dan bertanya ada apa sepagi ini ada tentara datang

mengganggu istirahatnya.

Sang Jenderal melihat melalui jendela kaca yang menghubungkan ruang makan dengan ruang

belakang.

Ternyata pasukan tersebut telah masuk ke dalam rumah dan siap siaga membawa senjata

yang mereka genggam.

Eddy dengan perasaan takut langsung berlari ke ruang belakang dan berdiri di dekat kolam ikan.

Dari tempat ini ia bisa mendengar jelas percakapan antara Jenderal dengan prajurit-prajurit tersebut.

Panglima Angkatan Darat itupun mendekati tentara-tentara yang telah memenuhi rumahnya.

Perdebatan sengit pun terjadi hingga kemarahan Ahmad Yani terdengar oleh Eddy

Beberapa saat kemudian tembakan pun terdengar, membuat Sang Jenderal tersungkur di

lantai ruang makan kediamannya tersebut.

Sontak saudara-saudara Eddy terbangun dan keluar ke ruang makan, mereka mendapati

ayahnya tengah diseret dan bersimpah darah.

Salah satu dari tentara tersebut membentak saudara-saudara Eddy untuk masuk kembali ke

kamar masing-masing.

Mereka diancam akan ditembak kalau tak mengindahkan perintah tersebut.

Dini hari pukul 04.00 1 Oktober 1965 menjadi peristiwa yang tak dapat dilupakan oleh Irawan

Sura Eddy atas meninggalnya ayahandanya.

#Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Anggota TNI Tewas Dicangkul, Dikepung Tentara & Tewas Ditembak

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Anggota TNI Tewas Dicangkul, Debat Letjen TNI Ahmad Yani vs PKI, Dikepung Tentara dan Tewas Ditembak

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved